Kamis, 24 Oktober 2013

AN APOLOGIZE


AN APOLOGIZE
     
 " Hei, gadis manis, air matamu jatuh menbasahi wajahmu yang lembut dan seputih salju. Apakah hatimu terluka seperti luka ku kala itu sewaktu kau tinggalkan aku. Kini kau memohon padaku untuk mengulang kembali masa percintaan kita? Ah mana mungkin!"

Aku tersenyum sambil menatap wajahmu yang indah. Kau terus berkata-kata dengan bahasa  santun cermin pribadimu, itulah sebab mengapa aku jatuh cinta kepadamu dulu. Kau bukan hanya cantik secara fisik tapi, juga hatimu yang lembut lagi penuh kasih sayang. Namun setelah kau pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun untukku, cintaku jadi pudar.
Kau tahu kepergianmu menyiksaku, membuatku menjalani hari-hari kosong dan sepi. Aku mencarimu disetiap tempat yang mungkin kau singgahi tapi, tak seoranng pun yang tahu prihal keberadaanmu. Kemana kau pergi waktu itu gadisku?.
Aku pun putus asa mencarimu, sia-sia semuannya.tegannya kau pergi tanpa aku tahu. Aku kesal dan marah. Dan aku menangis merinduimu!. Hanya sisa kenangan kita menjadi penghibur. Potretmu yang ku pajang didalam kamar tersenyum manis  membuat sakit hatiku. Aku bertanya-tanya pada setiap bintang : “ kemana kau bawa gadis manisku?”.
Lalu aku memutuskan meninggalkann kota seribu kenangan bersamamu itu. Ku pikir sudah saatnya ku kubur  kisah kita yang dulu sangat bahagia.meski tak sanggup tapi, itulah yang terbaik demi hidupku. Aku pun pergi meninggalkan ibu kota. Ku bawa barang-barangku kecuali, yang mengingatkanku padamu. Aku pergi menuju lampung kota kelahiranku. Disanalah kakek dan nenekku berada.
Kedua orang tuakku sempat melarang, namun dengan perdebatan yang sengit dan sebuah alasan yang kuat, akhirnya  merekapun mengizinkan aku untuk  pergi.
Dilampung  aku mencari pekerjaan, aku diterima disebuah deler mobil. Hari berganti hari pekerjaanku menyita waktu, hingga aku berhasil melupakanmu. Apalagi setelah aku mengenal seoranng perempuan, bernama  Anastasia. Lalu kami jatuh cinta. Aku pun berhasil melupakanmu.., sayang.
Gadis manis, kau sekarang diam terpaku. Mulutmu tak lagi berbicara. Kau sudahi kata  ma’af yang terangkai indah, mungkin kata-kata tersebut telah kau rangkai jauh hari untuk kau katakan padakku..? Di ibu kota ini lagi kita bertemu.  Bila saja aku tahu kau sudah kembali dari persembunyianmu yang entah dimana, aku pasti akan pulang untuk ku leburkan kerinduanku, ya.. walaupun aku kecewa telah kau tinggalkan. Namun aku tak bisa membohongi diriku bahwa cintamu masih mengisi disudut hatiku.
Tapi gadis manis, semuanya sudah terlambat. Pesta pertunanganku diadakan seminggu setelah ku lihat dirimu menangis didepanku, hari ini. Anastasia sudah ku pilih sebagai wanita  pendamping  hidupku. Karena  dialah aku bangkit dari keterpurukan, dan menjalani lagi hari-hari penuh bahagia, seperti kebahagaan kita dahulu.
Lalu air matamu  jatuh saat kau mulai lagi berkata-kata anggun. Ku dengar suaramu bagai sepoi angin. Sungguh aku tidak sanggup menatap sinar dimatamu. Cintamu padaku memang masih utuh  seperti sedia kala, perasaan agung yang pernah kita kuasai.
Akh mengerti sekarang. Kepergianmu itu adalah untuk mencari secercah harapan. Kau pergi ke Singapura. Kenapa  kau tidak memberitahuku sejak semula  bahwa  kau mengidap liver?. Dengan air mata yang tak kunjung mengering kau  bercerita bahwa kau tidak ingin membuatku cemas dan khawatir. Kau salah! justru karena  kepergianmu yang mendadak tanpa pamit itu, menjadikan aku sangat kecewa dan merasa tidak dianggap!. Bukankah kau tahu aku mencintaimu secara tulus-ikhlas?, sehidup semati?, dan aku telah berjanji sebelumnya  padamu bahwa aku akan selalu ada dalam suka dan duka?.
“ Akan ku hapus air matamu.., akan ku lebarkan senyumanmu?” Itu janjiku.
Akh, aku tidak berhak lagi marah. Walau bagaimanapun kau tetap menanggung penderitaan. Ku coba memahami keadaanmu. Aku tak ingin menyalahkan waktu yang berlalu. Itu adalah sudut pandangmu jika mengira aku akan baik-baik saja kau tinggalkan.
Ketika kau berperang melawan kesakitanmu, keajaiban itu datang setelah sekian lama kau tunggu. Seorang pria baik mendonorkan hatinya untuk mengganti hatimu yang karat oleh kangker jahanam. Aku tertawa kecil saat kau tuturkan bahhwa didetk-detik pergantian hatimu yang baru, kau bertanya pada  dirimu sendiri : “ apakah nanti jika hatimu telah diganti dengan hati yang baru akan terus mencintaiku?” pemikiran itulah yang kemudian membawamu pada mimpi yang indah bersamaku sewaktu kau tak sadar diri.
Mimpi bersamaku kkau  anggap bagaikan fajar yang perlahan mengisi bara semangat didadamu. Hingga akhirnnya kau melalui masa-masa kritis. Kau sembuh gadis manis.
Meski hatimu telah diganti dengan hati  seorang malaikat yang mendonorkannya padamu, cintamu ternyata masih utuh kepadaku. Aku kini jadi dilemma…
Lalu kau kembali ke ibu kota ini, begitupun dengan aku. Kita bertemu lagi dipantai pasir putih yang mengendap kenangan kita. Tapi aku datang kali ini dengan kekasihku, calon istriku Anastasia. Sedang kau datang seorang diri, membawa cinta agung itu. Kau tersenyum bahagia  ketika kau melihatku sendiri duduk diantara kapal-kapal yang berlabuh. Anastasia kekasihku saat itu sedang pergi membeli es kelapa  muda tak jauh dari tempatku duduk.
Kemudian, Anastasia  datang membawa es kelapa muda. Dia tersennyum kepada  kami  yang sedang menangis. Lalu kau segera menghapus  air matamu dengan sapu tangan pemberianku saat kau ulang tahun.., ternyata masih kau simpan. Lalu kau mengisyaratkan aku agar mengusap air mataku dengan sapu tangan  itu. Lalu kita berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Anastasia memberi segelas es kelapa mudanya untukmu, sedang kami meminumnya  segelas berdua. Kau pandang aku dengan senyum Monalisa yang tidak mudah ku tebak!
Gadis manis, senja dipulau itu hampir tenggelam. Kau pamit pada kami untuk menempuh jalanmu. Dihatiku, aku panjatkan seribu doa agar kau sehat selau dan bahagia.
Seandainya  waktu bisa ku putar, kebenaran itu akan ku kuak agar tak satu pun menjadi momok yang membelenggu aku. Bila esok kita dipertemukan lagi dalam satu kesempatan nun indah, aku ingin menyuntingmu menjadi permaisuri hatiku. Hanya satu namamu yang mengisi hari bahagiaku. Gadis manis, namamu Kamelia.
                                                            ***  
Anastasia bertanya tentangmu. Dia juga memujimu katanya kau cantik rupawan. Dengan tak ragu ku jawab bahwa, kau adalah tetanggaku waktu sekomplek dulu. Aku balik bertanya lagi pada diriku : “ siapa kau?”. Ternyata kau adalah gadis manis yang masih berada diantara ruang hati ini. Setelah aku tahu bahwa  kau meninggalkan aku karena sakit, membuatku ingin menangis sepanjang hari itu. Tapi kekasihku pun menjadi penetral kesedihanku bagai kan segumpal awan yang meneduhkan ku, saat matahari kejam menyinari. Akan tetapi tetap saja bila aku sendiri, bayanganmu yang selau menjelma.
Gadis manis, ranum pagi yang hampir jatuh karena purnama yang bermandi petang. Matahari terbenam sejak kau beranjak pergi mengucapakan kata pamit  pada kami. Ku pandangi kau dari jauh. Ku lihat kau menggenggam erat sapu tangan itu seraya kau hapus  air matamu. Kau menangisi kekalahan atas misteri hidup yang tak berpihak padaku atau padamu.
                                                            ***
Lalu kami, aku dan Anastasia bertunangan. Kami mengikat kesepakatan. Aku berjanji pada diriku untuk mencintainya secara tulus. Akan ku tempatkan Anastasia setinggi-tingginya didalam hatiku. Itu berarti tidak ada  nama lain, juga tidak ada namamu.
Namun kenyataannya, kau adalah masa lalu ku yang indah. Sampai akhirnya ku lamar Anastasia didepan kedua orang tuanya. Pernikahanpun dilakasanakan. Gadis manis.., aku dan dia pun melangsungkan pernikahan. Kami mengucap janji sehidup semati dihadapan Allah SWT.
Orang-orang menyaksikan pernikahan kami dengan meriah. Aku tidak ingin lagi mengingatmu tentang duka nestapa kisah cinta kita. Akan tetapi gadis  manis, setelah pernikahan sakral itu, musibah datang pada kami. Pesawat yang kami tumpangi ketika hendak bulan madu ke pulau Bali, mengalami kecelakaan. Kami jatuh.
Diantara penumpang ada 5 orang yang meninggal, lainnya luka-luka. Dan Anastasiakku termasuk daftar nama yang meninggal dunia. Oh ya  Allah, aku lemas tiada berdaya. Perasaan itu persis seperi perasaan saat kau tinggalakan aku. Tidak ada yang dapat ku perbuat selain memasrahkan segalannya kepada Tuhan yang maha esa.., mungkin Allah berkehendak lain terhadapku. Hanya do’a  yang  ku panjatkan semoga Anastasiakku ditempatkan diperaduan yang indah disisiNya. Amin.
                                                            ***
Hampir setahun kejadian itu berlalu. Aku menenangkan diriku yang kalut. Lalu aku mulai mencarimu lagi gadis. Aku datang ke kediamanmu, namun gerbang rumahmu yang menjulang tinggi itu tertutup rapat. Tak ada seoranng pun yang berada disana, hanya seorang penjaga rumah yang yag memberithuku  dari celah kecil digerbang tersebut bahwa kau sudah pergi. Itulah kata-kata yang lelaki paruh baya itu katakan, “ sudah pergi “. Kemana lagi engkau pergi? Kemana harus ku cari? Dimana kau gadis manis?.
Pencarianku dimulai lagi bagaikan berpetualang mencari bunga salju dimusim kering. Aku tak habis  cara. Ku cari dirimu dimesin pencari pertemanan “ facebook”. Ku ketik nama panjangmu “CAMELLIA FERONICA “, lalu ku klik kata search, dan profilmu pun muncul. Bahagianya aku saat menemukanmu. Fotomu sangat indah, kau tersenyum menawan. Lalu ku buka secara detail album fotomu. Disana terdapat foto-fotomu saat kau berkeliling dunia.
Sejak saat itu ku kirimi kau beruluh-puluh pesan. Ku tunggu balasan darimu namun keberadaanmu seperti angin yang berhembus, antara ada dan tiada. Sedang apa kau gadis manis? Sudahkah kau baca pesan dariku didinding facebookmu? Kenapa kau tidak membalasku? Apakah kau malah membenciku lantaran aku menikah denngan Anastasia?. Akh.., aku rasa kau bukan gadis seperti itu. Mana ada secuil kebencian dihati malaikat cantik seperti dirimu. Lalu, bagaimana ku lewati hari-hari tanpa kehadiranmu? Sedangkan rasa  rinduku menusuk sampai ke jantung. Sungguh aku rindu…
Gadis manis, aku menjumpai teman karibmu  dalam facebook bernama Anjani. Aku bertanya padanya tentang keberadaanmu. Aku berjanji meski kau berada di ujung dunia pun akan ku kejar. Karena aku tidak ingin kehilanganmu lagi.
Hari berganti hari, Ajani mengajakku untuk bertemu denganmu. Anjani mengantarku ke tempat tinggalmu. Padahal aku merasa lebih baik dia berikan saja alamat rumahmu atau  nomer telponmu. Karena aku takut merepotkan dia.
Perjalanan dari Jakarta-Banndung ku tempuhi. Ternyata kau ada di Bandung, kota yang terkenal dengan sebutan Paris van Java tersebut. Kota yang katanya  sejuk dan indah. Aku larut dalam lamunan, ku bayangkan pertemuan kita!. Dalam perjalanan panjang itu, Anjani sering kali menatapi wajah ku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Namun aku tak peduli karena bayanganmu  mengisi rongga dadaku.
Gadis manis, rumahmu terletak dikaki gunung. Hawa-nya sangat sejuk. Ku rasakan hadirmu saat itu. “ Apa kabar Kamelia?” kalimat itu ingin segera ku ucapkan untukmu. Aku tidak sabar.
“ Oh Tuhan.., tidak! Tidak! Ini mimpi..!, aku tidak percaya..”
Anjani ternyata membwaku ke sebuah pemakaman umum. Apa-apaan ini!. Gadis manis, ku baca huruf di nisan itu tertuliskan namamu, Camellia feronica. Kau telah berpulang ke negeri damai ditempat Anastasia juga berada. Hatiku hancur.
Anjani bercerita bahwa liver yang kau derita ternyata datang kembali. Kau dan kedua orang tuamu mencari cara agar kau tetap bisa hidup. Namun kematianmu tak terelakan. Operasi yang kau jalani ternyata gagal. Kau pun menghembuskan nafas terakhirmu.
“ Tuhan, apakah ini adil untukku? Kenapa kau gariskan takdir ini kepadaku?...”

Hidupku apalah artinya
Dimataku tinggal kesepian
Tak peduli mentari menerangi
Tak peduli bintag-bintang menghiasi
Empedu sama rasannya
Kesendirian membabi buta
Amboi..
Dimana bidadariku
Yang kau rampas
Yang kauu bawa pergi
Misteri apa yang tercatat dalamm garisku
Wanitaku meninggalkan aku
Biarkan ku renungi
Ungkiin penerimaan jalan yang pantas
Luka hanya  so’al menunggu waktu
Semoga tabah berurat dalam nadiku…

Kini aku dalam tangis merindukan cinta. Para bidadari bersenandung di istana langit. Ia tersennyum padaku yang sendiri. Hidupku masih panjang. Semoga Tuhan menciptakan mereka berdua dalam satu jati diri. Hingga tak lagi ku nikmati ini sepi!!!.

                                                            END











Tidak ada komentar:

Posting Komentar