Selasa, 08 Oktober 2013

CERPEN: ANYELIR UNTUK MAMA


ANYELIR UNTUK MAMA
Mutiara bergegas pergi ke toko bunga. Dari kampusnya ia hanya berjalan kaki sekitar 15 menit. Buku-buku tebal ala mahasiswanya ia taruh dalam tas selempang. Mutiara adalah seorang gadis pandai dan percaya diri. Katanya apa yang ada  dalam dirinya merupakan warisan biologis dari ibunya. Pahlawan yang ia kagumi  juga ibunya. Ia menjunjung tinggi kedudukan ibunya yang telah melahirkannya ke dunia. Tanpa ibunya ia bukanah siapa-siapa.
Selama ini ia mengabdi dan berbakti pada ibunya. Ia tidak ingin membuat ibunya kecewa dan bersedih. Baginya ibunya tersebut adalah nafas yang memberinya kehidupan,
Pernah suatu ketika sahabatnya yang bernama  Rianti, berseteru dengan ibunya. Rianti kabur dari rumah sebagai protes karena ibunya  tidak merestui hubungannya dengan kekasihnya. Ibunya sangat khawatir padanya sehingga  ia mencari-cari Rianti dimana-mana. satu minggu Rianti tidak pulang, bahkan sepeggal pesan singkat pun tidak ada. Dua minggu kemudian Rianti mendatangi kediaman Mutiara. Ia datang dalam keadaan menangis. Melihat keadaan Rianti yang seperti itu, Mutiara memeluknya.
“ Rianti, apa kamu baik-baik saja?” tanya Mutiara.
“ Ra.., aku tidak tahu harus bagaimana menceritakannya…” jawab Rianti.
“ Kamu tenangkan dirimu dulu.., nih minum lah segelas air ini…”
 Makasih Mutiara…”
“ Ceritakan pelan-pelan kepadaku apa yang sebenarnya menimpa kammu?”
“ Ini tentang Aldi, pacar saya. Ternyata apa yang ibu nasehatkan padaku benar bahwa, Aldi bukanlah cowok baik-baik.” Cerita Rianti.
“ Ada apa dengan Aldi?” tanya Yara penasaran. Rianti mengusap airmatanya dengan selembar tisyu yang Mutiara berikan.
“ Aldi menghamili Sindi! teman sekampusnnya!”
“ Apa? Asstagfirullahalazim..,keterlaluan! Tapi dengan kejadian itu, kamu sadarkan siapa Aldi sebenarnya?, dan kamu paham kan bahwa  nasehat yang diberikan oleh orang tua kita  itu adalah baik untuk mu? yang penting kamu sekarang telah menyesali semua tindakan salahmu tersebut. Kamu harus meminta maaf pada ibumu.”
“ Apa ibukku akan memaafkankku ?” tanya Rianti sangsi.
“ Tentu sayang. Tidak ada seorang ibu yang tega melihat anaknya bersedih. Berjanjilah pada ibumu, terlebih pada  dirimu sendiri untuk tidak mengecewakannya lagi!.”
“ Terimakasih Mutiara..”
Ibu adalah cinta  pertama yang mengjarkan hakikat memberi tanpa  harus mmenerima. Hakikat berjuang tanpa mengenal putus asa. Hakikat cinta tanpa  ada  rasa kebencian. Tidak ada  seorang ibupun yang hendak menjerumuskan anaknya dalam lembah kesengsaraan. Serigala pun mencintai anaknya..! Asalkan buah hatinya  bahagia  maka ia akan merasa bahagia, begitulah  ibu kita yang melahirkann kita. Do’a darinya  sepanjang masa..
“ Dalam keadaanmu yang patah hati, ibumu bagaikan shifa yang mengobati sakitmu. Pulanglah Rianti..” kata-kata Mutiara meluluhkan hatinya. Ia pun pulang dan berjanji akan berbakti.
Mutiara  masih berjalan menuju toko bunga. Wajahnya  berseri-seri sambil menyanyikan lagu berjudul MAMA.

Hannya ini ku nyanyikann
 senanndung lagu rinduku
Untuk mama.
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu rinduku untuk mama…

Setibanya Mutiara di toko bunga. Ia  membeli bunga anyelir  merah muda untuk ia  persembahkan pada  ibunya. Harganya hanya 50 ribu seikat. Mutiara pun pulang. Sepanjang jalan, ia  ciumi bunga  anyelir yang dibawanya itu.
Ketika ia sedang asyik berjalan, tiba-tiba  dari persimpangan jalan itu seorang pria bersepeda  menabraknya sehingga Mutiara terjatuh. Sedangkan bunga anyelir yang barusan dibelinya  telah tergilas sepeda pria tadi.
“ Akh..! anyelirku..” rintih Mutiara. Ia terduduk dipinggir jalan. Siku tanganya lecet dan berdarah. Lalu ia  bangkit. Luka  itu baginya tidak berarti, tetapi ia tidak rela melihat anyelir itu tergilas. Mutiara  marah, dicengkeramnya kerah baju pria tadi.
“ Kamu nggak  punya  mata apa?” bentak Mutiara.
“ Maaf saya tidak sengaja!”
“ Cepat ganti rugi..!”
“ Harganya berapa? Apa kamu mau saya  ganti? seratus ribu?”
“ Kamu pikir saya mau uang? Yang saya mau kamu ganti bunga itu dengan bunga yang sama!”
“ Tapi saya lagi buru-buru! Saya sedang ditunggu oleh dosen saya  dalam urusan yang penting! boleh saya pergi?”
“ Tidak bisa. Kamu harus mengantar saya ke toko bunga  tadi!”
“ Ya sudah baiklah.”
Mutiara pun membonceng disepeda pria bernama  Bagas. Dalam perjalanan Bagas mengajaknya berbincang.
“ Kamu tipe romantis ya? anyelir itu buat pacar kamu?” tanya Bagas sambil megayuh sepedanya.
“ Bodoh! Malu-maluin deh cewek ngasih bunga sama cowok?. Lagian aku nggak punya cowok!. Bunga itu mau aku persembahkan buat…”
“ Nenek kamu?” celetos Bagas mencandainya.
“ Hus., nenekku nggak suka  sama bunga!.. Itu bunga buat ibuku! Apa kamu nggak tahu kalau hari ini tanggal 22 desember, mothers day?”
“ Oh.., iya hari ini kan mothers day..” ucap Bagas mengiyakan.
“ Aku kasih tahu kamu ya, diseluruh dunia hari ibu dirayakan pada tanggal dan cara yang berbeda dan unik. Pada  tanggal 21 maret masyarakat timur tengah, seperti Arab, Kuait, dan Libanon merayakan hari ibu. Tangggal 10 mei hari ibu dirayakan di Amerika, Australia, dan China. Sedang di Indonesia sendiri hari ibu dirayalan pada tanggal 22 desember. Oh ya, di Mexico ketika hari ibu datang orang-orang berkumpul untuk bersama-sama bermain orchestra dengan mennyanyikan lagu berjudul LAS MANANITAS, sebagai lagu persembahan untuk ibu mereka.”
Bagas menganggut-nganggut sambil berkata : “ sangat menarik!”. Mereka pun kemudian sampai di toko bunga. Toko bunga  tersebut tepat berada diperempatan lampu merah, tempat yang strategis untuk berdagang. Kemudian Bagas dan Mutiara  memilih-milih bunga anyelir.
“ Anyelir merah ini…” Mutiara mulai bercerita.
 “ …artinya : aku percaya akan cinta-kasihmu ibu. Sementara anyelir merah muda ini  artinya : cintaku akan selalu membara  padamu ibu. Sedang annyelir putih ini artinya : cintaku akan selalu hidup selama-lamannya...”
“ Kamu cerdas..!” puji Bagas
 Mutiara pun mengambil 2 ikat anyelir berwarna merah muda. Satu untuk ibunya, satu lagi untuk ibu Bagas.
“ Seikat annyelir merah muda  ini untuk ibummu…”
“ Ibuku?”
“ Iya  ibumu…”
“ Ibuku sudah meninggal…” Bagas tampak sedih. Seandainnya  memang ibunya masih hidup, mungkin beliau sangat senang menerima seikat anyelir yang semerbak mewangi.
“ Maafkan aku Bagas, aku tidak tahu…”
Akhirnnya Mutiara mengambil anyelir berwarna putih untuk Bagas persembahkan di pusara ibunya. Bagaspun mengantar Mutiara pulang sampai kerumahnya. Mereka  seperti teman lama yang berreuni.
“ Apa kamu tahu Bagas, kenapa Indonesia merayakan hari ibu pada tanggal 22 Desembber?”
“ Aku tahu. Karena pada tanggal 22 desember adalah hari dimana konggres perempuan diselennggarakan tepat pada pada tanggal 22 desember tahun1928. Konggers ini berlangsung digedung yang sekarang kita kenal dengan nama MANDALA BAKTHI WANITATAMA di Jogja. Ide untuk menetapkan hari ibu dicetuskan pada kongggres perempuan ke-3 tahun 1938 dan disetujui oleh presiden Sukarno dalam dekrit presiden no. 316 tahun 1959. Pada saat dicetuskan hari ibu dimaksudkan untuk merayakan kemajuan bangsa. Namun seiring perubahan zaman, maka perayaan hari ibu menjadi sebuah simbol kasih sayang untuk ibu-ibu kita.” Jawab Bagas.
“ Excellent. Apa kamu mahasiswa fakultas sejarah?” tanya Mutiara menebak.
“ Ya gitu deh…heheh ”
“ Em..pantes!”
Saat mereka  sedang berguyon membahas hari ibu, tiba-tiba handphone Mutiara berdering. Dari ayahnya.
“Sayang kamu dimana?” tanya  ayahnya.
“ Ada apa ayah? kok tumben telpon dijam sibuk kerja?”
“ Na.., ibumu kecelakaan…”
“ ibu? Kecelakaan?...”
Perasaan riang menjadi sedih. Mutiara memohon pada Bagas untuk mengantarnya  ke  rumah sakit tempat ibunya dirawat. Bagas pun dengan senang hati, mengantarnnya. Ia  kayuh sepedanya dengan kencang. Mutiara berpegangan secara erat pada tubuh Bagas. Anyelir yang ia  genggam,hanya tinggal ranting, kelopaknya jatuh satu persatu berterbangan dibadan jalan.
Dalah hati Mutiara, hanya do’a yang senantiasa  ia  panjatkan untuk ibunya. Air matanya berlinang. Ia  tidak menduga musibah ini akan terjadi di hari kasih sayang. “ Ya Allah selamatkan ibu hamba ya Allah…” begitulah do’a Mutiara.
Sesampainnya dirumah sakit. Tim dokter tidak menngizinkan seoranng pun untuk memasuki ruang pasien sebelum ia siuman. Mutiara pun memandangi ibunya  dari kaca pintu. Anyelir yang ia genggam sudah tak utuh lagi, kelopaknya berjatuhan di jalanan namun keindahannya masih terasa.
“Sewaktu ibumu pulang dari pasar, sebuah mobil pribadi menabraknya. Namun mereka tidak mempunyai taggungjawab sama sekali sehingga ibunya dibiarkan tergeletak dipinggir jalan dengan darah segar mengalir dari tubuhnya. Untung saja ada tukang ojek yang baik hati, ia pun menolong ibumu.”
“ Dimana sekarang tukang ojek yang menyelamatkan ibu ayah? Aku ingin megucapkan banyak terimakasih”
“ Beliau sudah pulang..”
Setelah menunggu beberapa jam, salah seorang suster memberitahu mereka bahwa mereka diizinkan untuk menjenguknya. Mutiara dan ayahnya pun memasuki ruangan sedangkan Bagas hanya melihat mereka dari pintu kaca.
“ Ibu, doaku semoga engkau cepat sembuh. Mutiara akan selau ada di sisi ibu untuk menjaga sampai kapan pun. Ini bu..,seikat anyelir merah muda ku persembahkan sebagai bukti rasa sayang ku yang tiada terkira…”
Bagas sangat terharu menyaksikan Mutiara. Ia salut pada pribadi Mutiara  yang menjunjung tinggi ibunya. Ia pun jadi belajar banyak pada gadis manis  itu. Lalu ia  bermaksud mengunjungi ibunya dipuusarannya. Akan ia  persembahhkan seikat anyelir sebagai ungkapan cintanya yang akan selalu hidup selama-lamanya.


                                                            END.

Note : terinspirasi dari artikel yang berjudul sama di majalah INTAI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar