Senin, 25 November 2013

PUISI KAMELIA


TRUE LOVE NEVER DIE’S
Kematian Satria
Gerimis rintik-rintik. Pagi itu tampak seperti senja yang tenggelam. Selendang kelabu membentuk ayunan. Seakan menimang kesedihan berlarut-larut. “ ada apa hari ini?” hanya itu pertanyaan yang tersirat. Tanpa jawaban atau tafsiran-tafsiran.
Pukul 06.30 WIB, nasi goreng dimeja makan buatan ibunya telah habis. Ia mencuci piring lalu masuk ke kamarnya. Ia melihat jadwal pelajaran yang terpampang didinding sebelah rak buku. Lalu ia mengambil buku-buku mata pelajaran, dan memasukannya ke dalam tasnya. Ketika hendak pergi, ia menyadari bahwa tali tasnya hampir  putus. Ia pun bergegas mengambil jarum dan benang. Benang itu ia masukan pada lubang jarum yang kecil. Matanya yang bening sanggup memasukan benang ke lubang  jarum. Satu demi satu ia menjahit. Hatinya kalut entah oleh apa. Ia menetral perasaan dengan mendendangkan sebuah lagu. Selintas ia teringat Satria. Lagu itu membuatnya kembali pada masa lalu. Masa saat ia dan Satria bahagia. Tapi sakit telah membuat Satria tidak berdaya.
“Akh..” jarum itu menusuk jarinya. Ia menahan sakit.kemudian dihisaplah darah dari tangannya. Agar tidak terjadi infeksi akibat jarum itu.
 pukul 06.45 WIB ia berangkat sekolah.
Angkutan umum berhenti didepannya. Meskipun sudah sesak oleh penumpang  namun, pak supir tidak mau rugi, ia terus menambah penumpang hingga didalamnya pengap udara.. selama 15 menit perjalanan menuju sekolah. Ia sekolah di SMA negeri  1 indramayu. Angkutan berhenti didepan kodim. Di tengahnya terdapat taman bunga yang indah. Patung pahlawan pun juga dibangun ditengah-tengahnya. Jalan itu disebut bunderan mangga atau simpang lima. disebut bunderan mangga karena terdapat  3 buah mangga pas ditengah-tengah bunderan jalan. Disebut simpang lima yaitu karena terdapat 5 jalur atau simpang dijalan itu. Perlu diketahui bahwa masyarakat Indramayu bangga karena disebut sebagai kota mangga. Buah lezat yang disukai semua orang.
“ Kamelia…” sapa Ina dan Silvi yang berlari mengejarnya.
“ Hai…” jawab Kamelia.
“ Mel, kok murung? Apa karena matahari hari ini besinar redup? Senyumanmu juga tampak redup.”   Tebak Ina.
“ Ah bisa aja kamu Na. ya maybe kebawa suasana kali ya?”
“ Oh ya hari ini ada pelajaran pak Qomar. Bahasa Indonesia. Kita disuruh maju satu persatu baca puisi.” Ina mengingatkan
“ Semua puisinya diambil dari karya-karya Chairikl anwar.bukunya bisa diambil diperpustakaan, berjudul AKU” silvi menambahkan.
“ Nah ! masalahnya kami tidak bisa baca puisi..! em.., ajarin kami ya hehehe..” pinta ian merayu.
“ Aku? Aku juga amatiran. Siapa bilang bisa baca puisi?”
“ Bulan kemarin yang menjadi juara 1 lomba baca puisi dan saritilawah siapa? Hayo?” balas Silvi.
Kamelia pun tidak bisa menyangkal lagi. Sesampainya dikelas ia mengajari keduanya membaca puisi. Semua karya puisi Chairil anwar ia hafal semua. Hingga Ina dan Silvi mengaguminya. Kamelia menguasai semua cara-cara dalam pembacaan puisi. Mimik, intonasi, nada, maupun penjiwaan telah ia pelajari secara mendalam.
“ Mau membaca puisi yang mana?” Tanya kamelia.
“ Ya sudah aku ajari kalian membaca puisi berjudul AKU aja ya. itu puisi yang paling aku sukai.”
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang pun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka kan bisa ku bawa berlari.., berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku tidak peduli aku ingin hidup
Seribu tahun lagi.


Silvi dan Ina menyimak Kamelia, lalu mereka pun satu persatu membaca puisi itu. Kamelia mendengarkannya sambil membenarkan cara membacanya.jam pelajaran pun dimulai. Pak Qomar datang. Ia membawa tas berisi buku-buku tugas siswa. Semua siswa mendapat nilai mulai dari  6,5- 80. Hanya kamelialah yang mendapat nilai 9,2. Pak Qomar bangga terhadapnya, ia terus memuji.
“ Baiklah anak-anak.., sesuai perjanjian kita. Hari ini bapak akan menilai kalian membaca puisi.”
Banyak siswa laki-laki yang tidak menyukai membaca puisi. Bagi mereka, membaca puisi itu lebih sulit daripada pelajaran IPA lainnya. Satu persatu siswa lainnya dipanggil menurut absen. Suasana kadang tenang, kadang bergemuruh. Ada saat dimana mereka terbawa hening karena seorang siswa membacakan puisi itu dengan hening. Ada pula saat mereka  saling mencela atau berteriak, itu disebabkan jika seorang siswa tidak bisa sama sekali membaca Puisi. Yang jelas, diakhir mereka membacakan puisi, selalu saja ada tepuk tangan yang meriah.
Tiba giliran kamelia. Semua mata menatapnya. Kamelia melangkah dengan penuh percaya diri.
“ Mel, tunjukan merahmu!” teriak Ina.
Kamelia menghampiri pak Qomar, lalu bertanya.
“ Pak, boleh saya mendeklamasikan puisi?”
“ Oh.., itu bagus sekali. Silahkan..” jawab pak Qomar. Lalu Kamelia pun melangkah. Ditengah-tengah tatapan mereka mula-mula ia menatap seluruh siswa, suasana hening.
Bukan kematian datang menusuk kalbu
Keridhoanmu menerima segala tiba
Tak ku tahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta

Air matanya mengalir. Ia teringat kakaknya yang telah meninggal 2 tahun silam. Ia meninggal saat menjadi buruh migran. Disaudi Arabia. Saat itu ia jatuh sakit namun, majikannya tidak segera membawanya ke dokter. Sampai kakaknya yang bernama Liana itu meninggal. 6 tahun Liana bekerja disana. Dulu ia berharap agar adik-adiknya dapat sekolah tinggi. Namun malang bukan kepalang, Tuhan yang maha esa telah memanggilnya.
Air mata Kamelia kian deras. Para siswa masih diam. Lalu dengan puisi itu Kamelia bernyanyi. Suaranya yang indah semakin membuat mereka tersihir. Ina dan Silvi tahu bahwa puisi itu ia persembahkan bagi kakaknya. Mereka berdua turut berduka. Tepuk tangan bergemuruh. Mereka berdecak kagum. Pak Qomar pun memastikan bahwa diraport nanti, kamelia mengatongi nilai 9.
Pelajaran bahasa Indonesia pun selesai. Bel istirahat berbunyi. Datang seorang siswa laki-kaki bernama Giant. Tak seperti arti namanya yang dalam bahasa inggris artinya: “ besar”, dia malah kurus dan tinggi. Giant  sering menggoda kamelia.
“ Eh.., Mel. Lihat dibawah kaki kamu.” Kata Giant.
“ Ada apa?” tanyanya.
“ Itu.., puisi kamu jatuh!”
Giant pun berlalu menuju kantin. Kamelia bernafas panjang. Ia melirik ke arah Giant dengan penuh kesal. Ina dan Silvi pun menenangkannya. Mereka lalu duduk bersama diteras depan kelasnya. Saling bercerita.
“ Oh ya, Na..kemaren Tomi datang ke rumahku. Dia mengajakku jalan-jalan sore. Aku seneng deh karena dia gak marah lagi sama aku. Dia tuh ya.., cowok yang paling sabar yang pernah gue temui. Coba elu hitung Na.., sudah berapa kali gue nyelingkuhin dia? Satu.., dua.., tiga..” cerita Silvi.
“ Wah..,rekor buat kamu Vi..!” Ina bertepuk tangan. Silvi pun tersenyum, begitu pula kamelia. Namun senyuman kamelia berubah sedih saat Ina bertanya prihal keadaan Satria.
“ Ngomong-ngomong keadaan Satria gimana Mel?apa dia udah agak baikan?” Tanya Ina.
“ Kemarin saudara dekatnya mengatakan kalau hari ini dia akan dioperasi. Hanya operasi jalan satu-satunya buat kesembuhan Satria! Sakit usus buntu yang dideritanya sangat parah. Ditambah lagi penyakit paru-paru yang juga parah! Membuat dia semakin lemah! Do’akan Satria teman-teman.., aku sangat menycintainya. Dia sangat baik padaku, dia segalanya bagiku.” Ucap Kamelia.
“ Semoga ada keajaiban yang datang mel! Kami selalu mendo’akan yang terbaik untuk Satria.” Ina mendo’akan.
“ Kamu harus sabar ya Mel, semoga Allah memberikan umur panjang padanya agar kalian bisa bersama lagi…” Silvi menambahkan.
                                                            ***
Hari itu di sekolah tampak murung. Gerimis rintik-rintik semakin deras. Ketika jam pelajaran telah usai, kamelia pun beranjak pulang. Didepan gerbang sekolah, Kamelia melihat bayangan Satria sedang berjalan kearahnya membawa payung, tetapi bayangan itu menghilang saat Kamelia berlari mengejar bayangan itu. Bayangan Satria tampak begitu nyata didepan matanya, sehingga ia sangat terkejut.
“ Ini hanya halusinasi! Mungkin karena akhir-akhir ini otakku dipenuhi dengan Satria! Ya Allah sembuhkan Satria.. jangan biarkan dia menderita. Sembuhkanlah penyakitnya ya Allah…”
Pukul 14.20  WIB Kamelia tiba dirumahnya. Rumahnya yang sederhana. Ibunya sedang tidur dengan adik perempuannya benama Vily berumur 2 tahun. Ayahnya sedang bekerja menanam sayur. Sedangkan adik lelakinya yang berumur 10 tahun, sedang bermain bola dengan teman sebayanya. Kamelia memasuki kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Dimeja belajarnya telah terpajang rapi sebuah potretnya bersama Satria. Potret tersebut menggambarkan suasana pegunungan yang indah. Memang pada saat itu mereka sedang mendaki gunung Ciremai. Satria tersenyum sambil membawa bendera merah putih. Kamelia jadi terfikirkan masa-masa indah itu. Ia pun mengambil potret itu untuk ia dekap. Namun seseorang yang mengetuk pintu rumahnya telah mengagetkan dirinya, sehingga fotanya bersama Satria terjatuh.
Serpihan-serpihan bekas kaca bingkai foto tersebut ia biarkan saja dilantai. Kamelia bergegas membuka pintu. Rupanya yang dating adalah kerabat dekat Satria.
“Iya bi, ada apa ya?’ Tanya Kamelia.
Dilihatnya mereka yang datang. Matanya sembab seperti habis menangis. Kamelia dalam hati menahan penasaran. Ada sesuatu yang terjadi pada mereka! Sesuatu yang menyedihkan kiranya.
“ Coba ceritakan pada saya, ada apa dengan kalian?”
“ Kamelia, kami ingin menyampaikan berita duka..” kata bi Sari kakak ipar Satria.
“ Apa?” Tanya kamelia dengan nada rendah.
“ Mel, Satria meninggal dunia..”
Oh Tuhan!
Apakah ini hanya mimpi? Biarkan ini menjadi mimpi buruk! Jangan biarkan ini terjadi, ia ingin mengulang lagi masa-masa bahagianya dengan Satria. Bola matanya berkaca-kaca. Hatinya perih bagaikan ditusuk duri. Hanya ada kenangan indah yang bersimpul dimemorinya. Senyum manis bibir Satria mengelilingi matanya. Ia ingin menghentikan waktu, lalu mendorongnya kembali. Kembali pada saat mereka memadu kasih.., kembali pada saat mereka berjanji. Berjanji setia sampai mati.
Kamelia berduka. ia bergegas menuju kediaman Satria. Ia mengambil air  whudu lalu membaca  surat Yasin. Setibanya ia disana. Ia melihat tubuh gagah yang menjadi layu dan kaku. Satria terbujur dengan kain tapih sebagai penutupnya. Air mata Kamelia deras tak terbendung. Dirinya berkata untuk berhenti menangis, tapi airmata itu mengalir dengan sendirinya.
Kenangan bersamanya terusik lagi. Bayangan saat Satria mengaji dipengajian terlintas. Lelaki sebaik dirinya telah berpulang. Allah yang maha pencipta memangginya untuk selama-lamanya.  Andai ia dapat membangunkannya dari tidur panjang? Akh, tidak mungkin!
“ Sayang bangun..,sudah sore! Jangan tidur terlalu lama. Ini aku ada disampingmu.., bangunlah aku telah datang!” suara itu ada didalam batin Kamelia.
“ Ya Allah terimalah amalan dan ibadahnya. Dan maafkanlah segala khilaf dan dosanya. Tempatkanlah dia pada peraduanMu yang damai.., cintai dan kasihilah dia! Kabulkanlah do’aku ini. Amin.” Kamelia menghapus airmatanya. Ia kemudian menghampiri ibunda Satria. Ibu Aya sedang menangisi putra sulungnya. Ia menggenggam baju milik Satria. Ketika kamelia dating, ia berurai air mata sambil memeluknya.
“ Na, Kamelia.., Satria sudah pergi! Ia telah menyusul bapaknya yang lebih dulu disurga. Sekarang ibu hanya sendiri, rasa-rasanya ingin mati saja!” kata ibu Aya, ibunda Satria.
“ Istigfar bu.., jangan ngomong begitu. Ikhlaskan kepergiannya. Masih ada aku yang menemani ibu. Kita harus kuat bu!” air mata mereka tidak pula padam. Tangis pecah diruang itu.
Seandainya itu hanya mimpi.., mungkin mereka tidak akan seperih ini. Mereka tidak bisa untuk tidak menangis, orang yang dicintainya telah mati. Sebentar lagi, tanah akan menguburnya selama-lamanya. Dan tidak ada lagi canda-tawanya. Hanya kenangan yang tersisa yang datang saat malam-malam tiba.
Ibu Aya sudah agak tenang. Mba Anah selaku kakak Satria memeluknya erat-erat. Kamelia keluar dari ruang itu. Ia duduk didepan pintu, meratapi sedih. Disalah satu sudut ruangan, ia melihat poster berukuran besar yang didalamnya terdapat gambar Satria. Poster tersebut mengingatkan tentang bahaya global warming yang telah melanda dunia. Satria adalah salah satu pecinta alam sejati. Hobinya yaitu mendaki gunung dan menanam pohon disana. Atas kebaikannya tersebut, banyak pengikut-pengikutnya yang merasakan kehilangan yang mendalam.
Gerimis sudah reda. Kamelia ikut mengantar Satria ke peristirahatannya yang terakhir.
“ Selamat jalan cinta dan sayangku. Aku akan merindukanmu. Bahagialah disana,hiduplah ditanah lapangmu dengan bahagia. cepat atau lambat aku harap kita akan dipersatukan kembali dalam kisah cinta yang kekal abadi. Selamat jalan Satria… “ ucap Kamelia pada batu nisan bertuliskan Satria bin Ikhsan, 1988-2005.
Setelah itu ia kembali ke rumah duka. Ia berjalan seperti orang ling-lung. Hilang tenaganya!. Matanya merah airmatanya kering. Sesampainya disana, paman satria baru saja datang dari subang. Ia mengenal dekat dengan Kamelia, sehingga pada saat ia menjumpai Kamelia, paman tersebut memeluknya.
“ Mel, sabar ya? relakan kepergiannya. Satria sudah damai dipangkuannya. Kamu harus jadi wanita tegar. Meski ini sangat berat, tapi apa daya hidupnya dan hidup kita tidak sealam. Cepat atau lambat kita pun akan menyusulnya” kata paman
Kemudian kamelia pamit pulang pada mereka. Ibunda Satria mengantarnya sampai ia pergi.
“ Mel, hati-hati ya mengendarai motornya! Kamu harus jenguk ibu sering-sering..,” kata ibu Aya.
“ Iya, bu. Ibu yang sabar ya, kita ikhlaskan kepergian Satria!”
Kamelia pun pulang.
                                                            ***
Sesampainya dirumah ia mandi, kemudian solat ashar. Khusuk  sekali ia berdo’a. Airmatanya membasahi sajadah. Setelah ia mengaji surat Yasin, ia mengambil tasbih lalu berzikir. Sampai ia tertidur. Sampai jam 5 sore menjelang ia masih berada ditempat sholat dalam keadaan lelah. Lalu ibunya datang untuk membangunkan kamelia.
“ Mel, cepat bangun…, dari siang kamu ibu perhatikan belum makan! Ada apa sih?” Tanya ibunya penasaran.
“ Tidak apa-apaa bu,  hanya kelelahan!”
Kamelia menyembunyikan kedukaannya. Bila ibunya tahu bahwa ia terpukul karena kepergian Satria, ibunya akan marah. Karena sejak semula mereka berpacaran, ibunya tidak pernah memberikan restunya untuk mereka. Kata-kata yang dulu diucapkan oleh ibunya selalu terngiang ditelinganya.
“ Mel, jangan kamu dekati lagi anak bernama Satria itu! ibu tidak sudi dunia-akhirat melihat kamu dekat dengannya! Dia itu tidak pantas untuk kamu mel! Lagi pula kamu sedang sekolah! Anak sekolah tidak boleh berpacaran!. Mel, dia itu orang miskin, ibu minta tolong padamu dengarkan nasihat ibu!”
“ Alasan ibu tidak masuk akal! Bukankah kita juga orang miskin bu?”
“ Kalau kamu sadar kita ini orang miskin, kamu jangan dekati dia lagi! Apa jadinya jika orang miskin menikah dengan orang miskin?”
Begitulah percek-cokan mereka pada kala itu. Selama lebih dari 2 tahun mereka menjalin hubungan, telah mereka lewati berbagai halangan. Janji Satria kepadanya masih terngiang.
“ Mel, hanya kematian dan ketidakpercayaan yang akan memisahkan cinta kita berdua! Mylove only you forever!” janji Satria.
Sore yang kelabu tersebut, Kamelia hanya memakan sesuap nasi. Ia lebih memilih untuk sendirian didalam kamarnya, menikmati bayangan-bayangan masa lalu yang masih terasa sulit untuk dilupakan.
                                                                        ***
Esoknya saat ia hendak berangat kesekolah, ia mendapat surat dari teman akrab Satria. Dari kak Beny.
“ Mel, ada titipan buat kamu.” Kata kak Beni menyerahkan selembar surat.
“ Apa?”
“ Ini.., surat dari Satria sebelum ia meninggal.”
Kameliapun menerima surat dari kak Beni. Hatinya bergetar menebak issi apakah yang Satria tulis sebelum maut menjemputnya? Kamelia pun membuka perlahan surat tersebut lalu membacanya.
To : mylove beloved.
Sayangku Kamelia, aku merasa akhir-akhir ini hari tidak seindah dulu. Mentari tak ramah menyapa kita. Selalu ada mendung berarak, dan gerimis yang datang. Mengapa hatiku kalut seperti ini. Ada ketakutaan menyusup dibalik nadiku, ketakutan yang seakan-akan merampas semua waktuku. Aku takut kematian akan terjadi padaku, aku belum siap mel! Seandainya Allah ta’ala mengizinkanku untuk hidup lebih lama, aku ingin memperbaiki diri dan membahagiakanmu Mel.
Ketika ku gerakan tubuh malang ini, ku sadari aku tidak sekuat dulu. Sakit ini menjadkanku payah. Maaf kan aku Kamelia aku bukanlah batu karang yang tegar menerjang badai dilautan!. Aku lelah dengan pembaringan ini mel, aku ingin lekas sembuh…, aku ingin bercanda dan tertawa denganmu lagi. Berkejaran dipantai bermain pasir. Kapan kita mengulangnya? Aku rindu padamu Mel. Aku ingin bertemu!. Namun sepertinya harapanku hanya sebatas semu. Karena saat aku menulis surat ini, sakitku sudah merajai seluruh tubuh ini. Sakitnya kerinduan dan sakaratulmaut yang akan menjemput rasanya sama saja. Aku sangat mencintaimu Mel. Maafkanlah aku yag harus pergi meninggalkan mu. Namamu akan ku bawa kemanapun aku pergi. Selamat tinggal Kameliaku, sayang ku, kekasihku…

Satria
Mylove only you forever
Kamelia menangis lagi. Kak Beny merasakan kesedihan yang terpancar dari raut kamelia. Sebagai sahabat Satria, kak Beny pun merasakan kehilangan yang mendalam.
“ Bawa ini Mel, kamu memerlukannya!” kak Beny memberikan sapu tangannya. “ cepat naik Mel, saya antar kamu ke sekolah!” kak Beny mengantar Kamelia sampai ke sekolahnya.

Sejak kematian Satria, Kamelia mengalami hari-hari sepi. Senyumnya tak sama seperti dulu. Meski Satria telah pergi, tapi cintanya akan selalu abadi. Fotonya masih ia simpan lengkap dengan surat-surat cintanya. Termasuk bunga edelwis yang Satria petik dari puncak  pegunungan Ciremai. Edelwis tersebut ia taruh didalam vas bunga kecil dan meletakannya dilemari kaca. Seperti cinta mereka, bunga edelwis pun mewangi dan abadi.






 
Pertemuan Candra, Kamelia dan Yosi
Dua tahun sudah berlalu. Kesepian telah menjubahinya segenap kebiasaan. Kamelia  tidak lagi memikirkan so’al cinta. Fokusnya kini hanya pada sekolah. Meski wajah ayu dan inner beautynya sanggup memperdayakan semua lelaki. Kamelia bagaikan bunga mekar dipagi hari, membuat mereka ingin memetiknya. Alangkah sempurnanya kamelia.
Siang itu matahari dengan sengit menyinari. Kamelia baru pulang dari sekolah. Keringat mengucur dari pelipisnya. Ia memasuki kamarnya, lalu ditaruhnya tasnya dimeja belajar. Kemudian ia berganti pakaian, lalu mencuci wajahnya. Ketika ia pergi ke dapur, dilihatnya macam lauk-pauk terhidang dimeja. Ibunya telah menyiapkan segala hidangan itu untuk Kamelia. Akan tetapi rasa lelah membuatnya memilih untuk terlebih dahulu merebahkan dirinya diatas kasur.
Ia pun menuju kamar. Ia lentangkan sekujur tubuhnya. Wajahnya mendongak ke atas melihati awang-awang. Pikiranya menjelajah masalalu, namun belum sempat ia menikmatinya, tiba-tiba terasa getar SMS masuk dihandphonenya. Ia pun membukannya.
“ Hai.., boleh saya tahu ini no. siapa? Bls ” tulis SMS itu.
Ia pun tidak menghiraukannya, lalu kembali merebahkan diri. Ia rentangkan tangannya seperti Isya almasih. Namun nomer yang tak dikenal itupun lagi-lagi mengiriminya pesan singkat. Kamelia pun membalasnya.
“ Maaf sebenarnya ada perlu apa? Saya Kamelia.” Kamelia membalas.
“ Salam kenal, saya Candra.” Balasnya.
Kamelia pun meletakan handphonenya dilaci lemari. Ia tidak ingin menghiraukannya lagi. Namun nada telpon darinya telah menggangu istirahatnya. Kamelia bangkit dari tempat tidur, lalu mengangkat telepon dari Candra.
“ Iya, assalamualaikum…” sapa Kamelia.
“ Walaikumsalam. Em..,namany Kamelia ya? hallo, kenalkan nama saya Candra. Maaf saya mengganggu.”
“ Nggak pa-pa. ada apa ya?”
“ Pengen kenal aja! Bolehkan? Oh, ya kamu udah kuliah apa belum?” Tanya Candra.
“Saya?”
“ Iya, siapa lagi!”
“ Saya masih SMA kelas XII ”
“ Oh, bentar lagi lulus dong! Ada rencana kuliah dimana nih?”
“ Masih belum kepikiran tuh. Oh ya sya putus dulu ya telponnya. Bye…” jawab Kamelia.
“ Tunggu!” teriak Candra ditelpon.
( nut..nut..nut ) telepon pun mati.
Sejak hari itu Candra sering mengiriminya pesan. Kamelia pun sedikit terhibur. Meski mereka belum bertemu  namun, seiring waktu berjalan mereka seperti pena dan kertas. Saling membutuhkan. Candra berkali-kali mengajaknya ketemuan, namun Kamelia selalu menolak. Alasannya karena ia tidak mempunyai waktu luang. Pada saat itu sekolahnya sedang menyelenggarakan ujian praktek. Kamelia disibukan oleh tugasnya membuat sebuah film bersama kelompoknya.
Namun dihari yang tidak terduga, Candra nekat menemui Kamelia disekolahnya.
“ Mel, saya ada digerbang sekolah, kamu dimana?” SMS Candra.
“ Apa? Kok kamu nggak bilang dulu kalau mau kesekolah saya? Saya lagi sibuk sekarang. Ada tugas membuat film secara kelompok!”
“ Mel, keluarlah sebentar saja.., semenit saja!” Candra memohon.
“ Ya sudah sebentar lagi saya kesitu.”
Kamelia pun datang. Ia sudah didepan gerbang. Matanya celingak-celinguk mencari keberadaan Candra, yang sama sekali tidak diketahui rupa wajahnya. Kamelia menelponnya.
“ Kamu dimana?” tanyanya. Ia pun melihat seorang pemuda yang mengangkat telepon. Ia lalu melirik kearah Kamelia.
“ Hai.., ini saya Candra!” mereka pun saling tersenyum. Candra pun menghampiri Kamelia.
“ Mel, kamu lagi sibuk banget ya? kalau orang-orang pinter tuh emang selalu sibuk!”
“ Iya nih. Tapi sekarang teman-teman lagi pada break. Mereka pada makan dikatin!”
“Maaf ya saya mengganggu waktu istirahat kamu!”
“ Nggak pa-pa kok!”
“ Oh ya, filmnya tentang apa ya? pasti kamu yang jadi sutradaranya?”
“ Iya saya sutradaranya. Filmnya tentang seorang pemuda atheis yang jatuh cinta pada perempuan ahli agama!”
“ Wah tema yang bagus, kalau sudah jadi saya boleh nonton?” pinta Candra.
“ Nggak janji ya…” ucap Kamelia.
Kemudiandari jauh Silvi berteriak :
“ Mel.., ayo kita mulai syuting lagi!”
“ Iya, bentar lagi saya kesana! Apa teman-teman sudah pada siap?”
Kameliapun pamit pada Candra untuk menyelesaikan proses Syutingnya.
“ Maaf ya kak Candra, saya harus segera kesana! Sampai ketemu lagi…”
“ Oh iya Mel, makasih ya sudah meluangkan waktunya untuk saya… good luck buat filmnya..!”
Mereka pu berpisah. Kamelia dan teman-temannya melanjutkan Syuting. Sementara itu dalam perjalanan pulang, Candra tidak henti-hentinya mengingat Kamelia. Ia telah jatuh cinta pada kamelia.
“ Kamelia adalah gadis yang menawan. Cantik, pintar dan sangat berwibawa. Ops saya lupa menanyainya, apa dia sudah punya pacar atau belum?” Tanya candra pada dirinya sendiri. Ia pun mengirimi Kamelia pesan singkat.
“ Assalamualaikum, mel.., makasih ya udah mau ketemu saya. Oh ya,ada yang marah nggak nih?” SMS Candra. Kamelia tidak membalasnya. Padahal Candra menunggu-nunggu balasan itu. Sampai hari berganti pun ia tidak mendapat balasan dari Kamelia.
Sudah beberapa kali Candra menanyai kamelia prihal kekasih hatinya. Namun tak sepatah katapun kamelia menjawab pertanyaan itu. Baginya masa lalu nya tidak pantas diketahui oleh siapapun. Apalagi Candra yang hanya kemarin dikenalnya. Ia tahu bahwa Candra menaruh perasaan suka untuknya. Namun hatinya masih tertutup untuk mencintai. Meski disadari, kehadiran Candra telah membuka perlahan tirai sepi yang selama ini menutupi hari-harinya.
                                                            ***
Malam itu Kamelia menangis. Ia mendapat kabar dari sahabat karibnya dari Singapura. Namanya Sonia. Sonia mengiriminya sebuah pesan singkat. Sudah hampir 3 tahun Sonia mengabdikan diri di negari singa. Ayahnya telah meninggal saat ia baru satu tahun bekerja disana. Sonia ikut berduka cita atas kematian Satria. Satria baginya adalah sahabat terbaik.
“ Mel, sahabatku. Apa kamu masih ingat padaku? Aku sudah mendengar berita  bahwa Satria telah meninggal dunia. Hati mu pasti sedih. Mel, mungkin aku pun akan menyusulnya, karena sekarang aku terkena tumor. Tumor sebesar bola ping-pong bersarang dipayudaraku!” tulis Sonia.
“ Kamu yang sabar Sonia! Jangan pesimis. Minta majikanmu agar secepatnya kamu dioperasi, sebelum tumor itu menjadi kankar. Berdo’alah minta yang terbaik dari Allah!”
 Tidak bisa Mel. Majikanku malah hendak memulangkan aku ke Indonesia. Karena operasi di Singapura sangat mahal, dan hasil kerjaku tidak cukup untuk operasi itu. Tiket pun sudah aku beli, seminggu lagi aku pulang!”
“ Kalau itu yang terbaik. Sampai ketemu kawan. Di Indonesia pun kamu bisa operasi. Keluarga besarmu pasti pasti akan menyemangatimu. Jangan menyerah!”
 “ Terimakasih Mel…”
                                                ***
Seminggu kemudian Sonia pulang. Kulitnya putih dan bersih. Rambutnya panjang, ia seperti boneka berbie. Pagi sebelum berangkat sekolah, kamelia mengunjungi kediaman Sonia.. mereka berpelukan. Namun nostalgia mereka hanya sebentar karena waktu menunjukan pukul 6.30 WIB, saatnya Kamelia berangkat sekolah.
“ Sonia, tunggu aku pulang ya. aku mau cerita banyak sama kamu. Banyak sekali yang terjadi dalam hidupku setelah kamu pergi!”
“ Ya. belajar yang giat Mel!” kata Sonia.
Kamelia pun pergi sekolah. Saat ia dalam proses belajar, tiba-tiba handphone Kamelia berdering. Ia pun menjadi pusat perhatian. Semua teman-teman siswa menatap tajam kearah Kamelia. Ibu guru yang sedang mengajar pun menegurnya.
“ Matikan handphone kamu Kamelia!” bentak ibu Ratna selaku guru matapelajaran fisika.
“ Maaf ibu! Saya tidak akan mengulanginya..”
Kamelia pun segera mematikan handphonenya. Ia melihat dilayar HP bahwa barusan yang mengganggu belajarnya adalah Candra.
Setelah hari-hari berlalu. Sonia bercerita pada Kamelia bahwa ia membutuhkan seorang teman lelaki. Sedangkan satu-satunya teman lelaki Kamelia hanyalah Candra. Oleh karena Kamelia merasa tidak begitu suka dengan Candra, maka ia bermaksud untuk menjodohkan Sonia dengan Candra. Kamelia lalu memberikan no. HP Sonia kepada Candra.
“ Ini no. siapa Mel? “ Tanya Candra.
“ Coba aja kak Candra telpon nomer itu!” ucap Kamelia.
Candra pun menelpon Sonia. Mereka tampaknya sangat nyambung. Mereka untuk merencanakan pertemuan. 
                                                            ***
Sore telah menjelang. Lalu lintas dijalan raya itu dipenuhi kendaraan bermotor. Para pegawai, mahasiswa, anak-anak remaja, dan lainnya saatnya pulang. Dihalaman rumah Candra sedang memberi makan ikan-ikan dikolam kecilnya.
Namanya Yosi, seorang perawat yang bekerja dirumah sakit RSUD Indramayu baru saja pulang bekerja. Ia belum menjadi PNS, setahun yang lalu ia diwisuda, diakademi perawatan PEMDA. Sama halnya dengan Candra yang juga seprofesi. Padahal cita-citanya dahulu menjadi polisi, namun tidak terlaksana. Meskipun sampai sekarang ia ingin sekali menjadi polisi.
Yosi berperawakan tinggi, kulitnya putih bersih, dan ia pandai berkata-kata. Yosi merupakan lulusan terbaik diakper tempatnya menimba ilmu. Saat melihat Candra sedang member ikan-ikannya, ia pun mampir sejenak.
“ Hai bro..” sapa Yosi.
“ Baru pulang pak mantri?”
 Iya nih..”
“ Bro, saya sudah ketemu sama Kamelia. Gila.., dia cantik banget! Apalagi kalau kamu merasakan inner beautynya..”
“ Yang bener? Saya jadi penasaran nih..”
“ Nanti malam saya sama Sonia mau ketemuan sama Sonia..”
“ Siapa lagi uh Sonia?”
“ Temannya Kamelia! Mungkin Sonia akan datang dengan Kamelia. Apa kamu mau temenin saya?”
“ Sip lah…”
Malam pun datang.Candra dan Yosi menunggu Sonia dialun-alun kota Indramayu.  Sonia pun lalu datang, tapi dia bukan dengan Kamelia melainkan dengan Anah.
Yosi berbisik dengan Candra.
“ Mana yang namanya Kamelia?” kata Yosi.
“ Dia kayaknya nggak datang…”
“ Yang namanya Sonia mana?” Tanya Yosi lagi.
“ Aku juga masih belum tahu bro! secara ini kan pertemuan pertama.”
Sonia pun menghampiri mereka.
“ Em…, Candra ya?” tebak Sonia dengan senyuman mengembang. Sonia jelas tahu mana yang namanya Candra. Karena Kamelia telah lebih dulu memberitahunya bahwa Candra mempunyai tahi lalat diatas bibirnya. Mereka saling berkenalan. Pertemuan pertama itu membuat Sonia jatuh cinta pada Candra. Anah pun juga menyukai Yosi. Mereka berbagi cerita. Tiba-tia HP Sonia bordering.
“ Dari siapa?” Tanya Anah.
“ Oh ini Kamelia yang menelpon.” Sonia menloud speaker HP nya. Mereka semua pun mendengarkan pembicaraan mereka.
“ Son, sorry kami nggak bisa kesitu. Aku dan mba Maya motornya mogok! Sekarang kami dalam perjalannan pulang, diantar ojek!”
“ Loh bagaimana bisa? Dimana kalian mogok? Kalian pokoknya harus datang” keluh Sonia. Telpon pun terputus. Mereka semua kecewa karena kamelia dan mba Maya tidak datang, namun Kamelia dan mba Maya tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai mereka. Tidak beberapa lama kemudian mereka sampai. Kamelia mengumpat dibelakang mba Maya sambil tertawa terbahak-bahak. Sedari tadi Yosi memperhatikan Kamelia. Candra menyapanya.
“ Hai Mel..,”
“ Hai kak Candra!”
Sonia pun menghampiri mereka.” Ketawa aja terus!, pinter ya udah bikin orang tua jantungan!” kata Sonia.
“ Ya maaf. Kan biar seru!”
Kamelia pun berkenalan dengan Yosi. Ia dan Candra mengobrol seru. Yosi berusaha menyela cerita-cerita mereka. Mereka pun asyik mengobrol. Sampai tak terasa sudah jam 9 malam. Kamelia harus pulang. Pertemuan yang indah bagi Candra, Yosi, kamelia, dan Sonia.

 

OPERASI

Keluarga Sonia sudah menyiapkan bekal makan siang untuk ke rumah sakit. Dengan mobil pribadi milik pamannya, Sonia serta keluarga besar mengantarnya kerumah sakit. Hari itu Sonia sudah siap lahir dan bathin untuk dioperasi. Ada khawatir yang menyelinap dimasing-masing relung hati mereka. Takut apabila operasi yang dijalankan akan mengalami kegagalan. Mereka terus mengucap do’a, begitupun dengan Kamelia yang senantiasa mendo’akan sahabat tercintanya. Kamelia tidak bisa mengantarnya kerumah sakit karena saat itu telah dilaksaakan ujian semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009.
Setelah meminum obat bius yang diberikan dokter, Sonia tidak sadarkan diri. Ia pun dibawa ke ruang operasi. Sementara itu keluarganya menunggu dengan sabar di lobi rumah sakit. Selama tak lebih dari 2 jam, tim dokter berhasil mengangkat tumor dipayudaranya.. tumor tersebut dimasukan dalam plastik, kemudian suster memperlihatkan tumor tersebut kepada anggota keluarganya. Mba Maya pun mengabadikan tumor itu dihandphonenya.
Lalu Sonia sadar. Ia mempertanyakan apakah operasinya sudah dilaksanakan?. Karena ia merasa proses operasi yang telah dilaluinya tidak sedikit pun terasa sakit. Mba Maya pun memberitahunya bahwa tumor yang bersarang dalam payudaranya telah berhasil diangkat. Ia menunjukan gambar foto tumor itu pada Sonia. Ia pun bersyukur.
Kamelia mendapatkan SMS dari maya.
“ Mel, Alhamdulilah operasinya berhasil!”
Kamelia pun merasa lega.
Sepulang dari rumah sakit, Sonia beristirahat dikamar. Ibunya mengiriskannya buah-buahan. Kamelia datang menjenguk Sonia. Mereka pun bercerita banyak soal kehidupannya.
“Mel, sat aku di Singapura, aku mendapat firasat. Aku bermimpi tentang Satria. Dalam mimpi ku ia pamit kepadaku. Aku bertanya pada Satria, kemana ia akan pergi? Tapi ia hanya tersenyum kecil dan meambaikan tangannya! Seminggu kemudian aku mendapat kabar dari mba Maya kalau Satria sudah meninggal. Mel, kamu pasti sangat terluka!” cerita Sonia.
“Duniaku tanpa suara, bahkan angin yang berhembus tak ku rasa. Mentari yang dengan garang menyinari tidak menghapus kegelapanku.. sepi. Kosong. Aku terpuruk hari-hari itu. Aku sangat mencintai Satria. Aku tidak ngin dia pergi! Tapi apa yang bisa aku lakukan? Kini cintanya hidup dihatiku, kemarin, hari ini dan selamanya. “ kata Kamelia bersedih.
“ Udah ah jangan menangis! Mulai hari ini kita harus bahagia! janji?”
“ Janji!” mereka pun tersenyum.
“ Oh, ya.., tadi Yosy telepon. Dia banyak nanyain so’al kamu Mel! Aku juga cerita kalau pacar kamu sudah meninggal Mel.”
“ Apa?!”
“ Iya Mel, aku sudah menceritakan   semuanya so’al kamu Mel! Yang jelas aku nggak jelek-jelekin kamu kok Mel! ”
“ Kok diceritain sih Son? Aku kan jadi nggak enak sama Yosi. Aku Cuma nggak mau aja dikasihani!”
“ Siapa lagi yang mau ngasihani kamu!” ucap Sonia bercanda. Lalu ia melanjutkan : “ Yosi naksir sama kamu Mel! Kamu mau nggak sama dia? Lupain Satria Mel! Satria sudah tenang di alamnya.”
“ Kamu ngomong apa sih? Ngada-ngada! Aku nggak mungkin sama Yosi, kita lebih baik jadi teman!”
“ Apa yang nggak mungkin didunia ini Mel? Mobil aja bisa melaju.., kapal bisa berlayar.., pesawat pun bisa terbang! Apa yang nggak mungkin?”
Kamelia diam tidak menjawab. Ia hanya tidak suka dengan Yosi. Sonia pun melanjutkan bicaranya.
“ Dan aku mau ngucapin terimakasih sama kamu karena sudah mengenalkan aku dengan Candra. Dia orangnya asyik, suka bercanda, manis pula!”
Ada cemburu merasuk hati Kamelia. Ia sadar ia telah menaruh rasa pada Candra. Namun hatinya telah berjanji untuk menyerahkan Candra pada Sonia. Karena Kamelia sangat menyayangi sahabat kecilnya itu.
                                                            ***
Yosi meminta bantuan Sonia untuk membantunya mendekati Kamelia. Sonia pun meminta bantuan Yosi untuk mendekatkan dirinya pada Candra. Mereka pun bekerjasama demi perasaannya. Namun tidak disadari oleh mereka, bahwa pada saat itu Candra dan kamelia semakin akrab.
Tidak sengaja Sonia membuka kotak inbox milik Kamelia. Ada SMS Candra yang terkesan terlalu memperhatikan Kamelia. Ia membacanya :
“Mel, udah makan belum? Mam bareng yuk..” SMS Candra pada Kamelia.
Sonia pun membuka semua SMS dari Candra, termasuk item terkirim yang telah kamelia kirim pada Candra. Kamelia pun datang. Ia mendapati Sonia sedang menggenggam HPnya. Kamelia yang datang dengan membawa secangkir the langsung bertanya.
“ Ada apa Son?”
“ Mel, coba kamu jawab jujur. Apa kamu mencintai Candra?”
“ Em…em…” Kamelia tergagap.
“ Cepat jawab yang jujur Mel!”
“ Tidak! Aku sama sekali tidak mencintai Candra!”
“ Tatap mataku Mel! Dan jawablah dengan jujur!”
“ Untuk apa?”
“ Untuk memastikan apakah kamu jujur atau berbohong!”
 Sonia menyerah. Apapun usahanya, kamelia tetap tidak akan membuka perasaannya terhadapnya. Ia pesimis. Pantas jika Candra menyukai Kamelia, dan bukan dirinya. Kamelia pun merasa tidak nyaman. Ia pun menelpon Yosi. Kamelia dan Yosi berencana untuk mempertemukan keduanya. Rencana pertemuan itu, telah dinanti-nantikan oleh Yosi. Karena sebenarnya ia ingin bertemu dengan Kamelia.
Hari yang dinanti tiba. Mereka berempat bertemu. Yosi dan Kamelia sengaja duduk berjauhan dari Candra dan Sonia. Lalu mereka meninggalkan Candra dan Sonia, mereka berjalan menyusuri alun-alun kota. Namun tidak diduga Candra marah hari itu. Ia mencari Yosi dan Kamelia. Sedangkan Sonia begitu tegang.
“ Apa-apaan ini?” Candra kesal.
“ Saya sudah menghubungi Kamelia agar segera datang.’‘ kata Sonia menenankan Candra.
Sonia menelpon Kamelia untuk sagera kembali. Namun tiba-tiba hujan turun hingga Kkamelia dan Yosi terpaksa berteduh dalam waktu yang lama. Sonia dan Candra pun membisu menunggu kedatangan mereka. Dinginnya malam itu.., Yosi memberikan switernya sebagai selimut untuk Kamelia. Ia ingin menyentuh jari-jari Kamelia, namun ia malu.
“ Mel.., boleh aku bertanya?”
“ Apa? Tanya aja!”
“ Apa kamu belum bisa melupakan kekasihmu yang bernama Satria itu?”
Kamelia menatap mata Yosi dengan tajam. Yosi pun serba salah, takut apabila Kamelia sampai marah karena pertanyaan tersebut.
“ Maaf Mel, kalau pertanyaan itu menyinggung perasaan kamu. Sebaiknya kamu jangan menjawabnya kalau kamu tidak ingin menjawab!” kata Yosi menambahkan.
“ Sampai saat ini aku belum bisa melupakannya!”
“ Sampai kapan Mel? Masalalu itu harus kamu lupakan! Kamu jangan larut dalam kesedihan yang sebenarnya sudah berlalu itu. Buka hatimu untuk cinta yang lain Mel!”
 matanya merah. Yosi telah menyentuh hatinya.
“ Seandainya aku bisa dan aku mampu, aku pasti menemukan pengganti. Tapi hatiku selalu berkata tidak!”
Sejak pertemuan itu. Kamelia sering membayangkan Yosi. Bahkan Yosi hadir dalam mimpinya. Dua kali Yosi hadir. Pemuda itu telah menyadarkan Kamelia untuk tidak menutupi pintu hatinya. Hingga saat itu, Yosi selalu berusaha membahagikan Kamelia. Ia begitu perhatian padanya. Yosi selalu meluangkan waktunya demi Kamelia. Akhirnya, saat cinta itu tumbuh dan bersemi lebat dihati Yosi, ia pun mengungkapkan perasaannya kepada Kamelia. Namun  hari saat ia mengungkapan cintanya, adalah hari pada saat Satria meninggal dunia. Hal yang tak terduga itu sangat menyakitkan hatinya. Karena bagi Kamelia, momen kematian kekasihnya tersebut adalah momen kenangan terakhir, dan kenangan terakhir itu tidak boleh dinodai dengan kehadiran lelaki lain.
“ Aku tidak bisa jadi kekasihmu Yos! Tolong jangan ganggu aku lagi. Aku ingin sendiri!”
Yosi sama sekali tidak tahu kalau hari itu adalah hari duka bagi Kamelia. Oleh karena itulah sikapnya berubah menjadi dingin. Tapi Yosi tidak patah arang. Ia terus berusaha menepati relung hati Kamelia. Waktu demi waktu berlalu, hati Kamelia pun luluh atas buah kesabaran Yosi. Dimatanya Yosi adalah pemuda tangguh penuh pendirian.
Dikit demi sedikit Kamelia belajar mencintai Yosi. Ia mencoba mempercayai Yosi dengan seluruh jiwa raganya. Sampai akhirnya mereka menjalin sebuah kisah asmara.Kamelia pun mendapat pengganti. Seorang pemuda yang dipercaya akan membangun kembali menara surga yang telah roboh.., membangun kembali kisah yang indah. Saat Kamelia menangis, kini ada Yosi yang menghapus air matanya. Getar cinta makin terasa. Ia ingin membalut luka dihatinya, mengisi hari-hari Kamelia dengan segudang kebahagiaan.
 aku janji akan membalut lukamu, menghapus air matamu dan ku lebarkan senyumanmu…
Laksana  supernova
Seakan-akan ia telah menemukan mata air ditengah sahara. Mata air yang selama ini menjadi satu-satunya harapan untuk sebuah kehidupan berarti! Bagaikan surgaloka yang tak tergambar, begitulah perasaannya saat untuk kedua kalinya ia menemukan satu pemuda yang dicintai dan yang mencintainya. Wangi pelangi meriasi hari-hari, setelah sekian lama hujan turun. Air matanya bukan lagi cerita yang membasahi kitab-kitab dongengnya. Kebahagiaan yang datang, membalut luka hatinya. Senyum itu pun lebar bagai mekarnya magnolia. Sinar-sinar terpancar dimatanya, cerminan maha sempurna supernova. Bintang segala bintang!
“ Kamelia.., akan ku hapus air matamu dan ku lebarkan senyummu! “ janji Yosi.
Janji manis itu tersimpan dibenaknya. Ia tidak lagi ragu untuk memberikan segenap cintanya pada Yosi. Lebar pintu hatinya terbuka.  Cinta Yosi baginya nafas yang memberikannya makna hidup untuk yang kedua. Meski bayangan Satria selalu hadir saat mereka bersama. Namun kesungguhan Yosi meyakinkannya bahwa dialah cinta terakhir. Yosi menata serpihan-serpihan cinta yang berkeping, menjadi satu bangunan kokoh bagai batu karang.
Dikamar Kamelia masih terpajang foto Satria. Senyumannya seakan hidup. Membawa Kamelia pada masa lalu. Nyanyian cinta sejati bergema ditelinganya, suara Satria terdengar merdu. Satria seakan membisikan kata-kata cinta! Difoto itu Satria tersenyum sambil memetik gitar, 2004 silam. Difoto itu ia keren dan sangat hebat..! Secepat kilat bayangan itu sirna. Kamelia kembali membuka matanya yang tersihir oleh kenangan. Kemudian ia membuka almarinya, bunga edelwis berpita merah terpang-pang dalam vas bunga kaca. Harumnya sangat terasa, menyentuh sanubarinya. Ia melihati edelwis itu, lalu membuka tumpukan-timpukan buku, ia mencari sebuah diary terakhir milik Satria.
Diary 2005. Disana ia temui foto-foto kenangannya bersama Satria. Ada puisi cinta dari Satria untuknya.
Adakah untukku pilihan lain
Saat  aku bahagia  bersamamu
Kau genggam jemariku…
Adakah lorong waktu
Kembali pada hari itu
Adakah?
Kau bayang semu dalam mimpi
Harapan tak kan pernah jadi nyata
Ku sentuh kabut malam ini
tanpa hadirmu : sepi, sunyi, sendiri!


Dibawah puisi itu terdapat pula kata-kata Satria:
“Ya Tuhan, ada apa dengan hidupku? Memikul beban yang tidak bisa ku tanggung. Wajarkah seandainya air mata ini senantiasa mengiringi cerita hidupku? Kerinduan yang tidak bisa ku tahan pada kekasihku. Ingin rasanya aku tidur, dari waktu membinasakan kalbu. Hingga pada saat aku terbangun, berharap semua akan menjadi indah. Keadaan yang membuat ku nelangsa!
Apakah kekasihku juga merasakannya? Jalan setapak dan berliku yang aku lalui teramat jauh dan lelah. Dihati selalu bertanya apakah aku sanggup? Pembaringan ini, kesepian ini menuntut ku untuk menangis. Ketika malam datang menyusun  bintang-bintang dan, bulan menjadi sahabatku. Aku bercerita pada mereka tentang kekasihku, Kamelia. Ingin ku hadirkan senyumannya didalam mimpiku.., manis sekali dia…”


Kamelia menghirup nafas panjang, hatinya koyak. Sudah menjadi tekadnya untuk mengubur indah masalalu. Ia ingin Yosi menjadi satu-satunya nama yang tertulis dihatinya. Satu persatu kenangan itu ia kubur. Semua benda yang mengingatkannya pada Satria, ia masukan dalam ransel kecil. Diary-diary itu, foto-foto, surat-surat cinta, liontin, dan kemeja Satria. Kemeja tersebut selama ini masih ia pakai menjelang tidur, untuk menghadirkan satria dalam bayangannya. Satu yang amat berat ia masukan didalam ransel, yaitu edelwis.. ia pun tetap membiarkan edelwis itu berada didalam lemari. Tanda abadi.
Perjuangan Satria memetik bunga edelwis tidaklah mudah. Ia mendaki pegunungan Ciremai selama 3 hari 3 malam. Katanya ia sampai kehabisan bekal makanan hingga terpaksa mencari ubi maupun singkong seadanya untuk dikonsumsi. Satria berjanji akan memetik bunga itu sebagai oleh- oleh untuk Kamelia sebagai bukti perjuangannya. Subhanallah.
setelah semuanya selesai, Kamelia pun beranjak tidur. Ia ditemani siaran radio yang saat itu membahas tentang cinta pertama. Ia tidak menghiraukannya, lalu mematikan radio itu dan beranjak tidur. Malam itu baginya malam yang panjang. Karena ia sedang menantikan pagi. Pada pagi hari nanti ia dan Yosi merencanakan sebuah pertemuan. Ia merangkai episode indah bersama kekasih tercintanya, Yosi.
Kencan tersebut untuk pertama kali setelah mereka jadian. Yosi libur kerja selama dua hari, waktu luang itu hanya untuk Kamelia. Perjalanan panjang menuju rumah kamelia pun ia tempuhi. Cinta mereka bagai nyala api yang berkobaran. Kebahagiaan yang dinanti mencapai puncak. Senyuman Monalisa yang tak pernah pudar kini menghiasi Kamelia.., keadaan saat setiap detiknya adalah permata.
Hari perjanjian u tiba. Kamelia menunggu Yosi menjemputnya. Ia duduk manis di depan rumah, menunggu sang kekasih.
Yosi menelpon.
“ Sayang dimana rumahnya?”
“ Didepan mushola. Berpagar besi berwarna emas. No. 17 “
“ Wah kayaknya kejauhan! Harus muter balik nih…” Yosi pun memutar balik motornya. Ia pun mencari-cari rumah Kamelia. Dijalan Kamelia menunggu, mereka pun bertemu.
“ Hai sayang..” sapa Yosi tersenyum penuh rindu.
“ Hai.., tadi sampai mana  pak perawat? Pasien baru lagi nunggu disana? atau nenek-nenek minta disuntik?” canda Kamelia membuat Yosi tertawa.
“ Tadi itu pangeran sedang mencari persinggahan tuan putri.., eh ternyata ada disini. Sekarang pangeran telah datang. Silahkan menunggang kuda, akan ku bawa kau ke tempat yang indah.”
“ Dengan senang hati.., “ kata Kamelia sambil menjunjung roknya, mengiyakan ajakan Yosi.
Mereka melihat cinta dimata itu. Yosi mengangkat tangannya lalu berkata :
“ Sayang, tahukah mengapa tuhan menciptakan ruas-ruas diantara jari jemari kita?”
Kamelia menggelengkan kepala. “ kenapa?” tanyanya ingin tahu.
“ Karena suatu hari nanti akan ada seseorang yang mengisi ruang-ruang itu.”
Kamelia tersenyum.
“Seperti tangan kita yang menyatu. Tolong jangan lepaskan tanganmu. Aku ingin selalu bersamamu. “ pinta Kamelia.
“ Tidak akan! Aku pun begitu ingin selalu bersamamu.” Yosi mengecup tangannya lalu mencium keningnya.
Senja mulai terbenam. Dipantai itu terukir kenangan. Gemuruh ombak yang bertabuh, menyanyikan lagu asmara, buih mengukir namanya. Dipantai pasir putih mengukir kebahagia.
Hari-hari menyenangkan dalam hidup sudah mereka lewati. Beruntung rasanya menemukan sosok seperti Yosi. Pemuda yang pengertian dan penyayang. Hari selanjutnya saat malam menjelang. Mereka dilanda kerinduan. Sesudah pertemuan pertama itu, selanjutnya mereka tidak lagi bertemu. Karena jadwal kerja Yosi yang sibuk.
Malam  sehabis pulang kerja, jam 08.15 WIB. Dikamarnya Yosi merebahkan diri. Udara dingin menyentuh kulit. Wangi kamelia terasa. Ia ingin memeluk gadis pujaannya, hingga berguguran daun-daun kerinduan yang bersemi dihatinya. Ia mengambil handphonenya, membuka phonebook. Nama Kamelia berada diposisi paling atas. Ia menelponnya. Namun yang terdengar hanya suara operator.
“ Maaf, nomer yang anda tuju sedang sibuk!” berkali-kali ia menghubungi kamelia, tapi tidak ada jawaban. Air mata rindupun mangalir, karena rindu yang dalam. Ternyata  pada saat itu Kamelia pun mencoba menghubungi Yosi. Mereka dilanda badai kerinduan. Sesak sekali dada, ingin rasanya menyentuh purnama namun apalah daya. Cinta apa yang sebenarnya datang melanda mereka? Kenapa ruang dan waktu tidak memihak pada mereka? Padahal ia ingin sekali bertemu. Saling memandang matanya, yang menyiratkan sejuta makna cinta.
Mereka kemudian memandangi bintang-bintang, ada satu bintang yang paling terang berkelap-kelip. Sunyi sekali malam itu. Nyanyian jangkrik yang bernyanyi juga menyeru kerinduan. Jam 21.00 WIB Kamelia menelpon Yosi, Yosi masih memandangi langit dari jendela kamarnya. Saying, ia tidak mendengar panggilan dari HPnya. Karena HPnya telah ia letakan dibawah bantal. Dua kali Kamelia menelpon, sampai ia tertidur.
Jam 22.00 WIB  Yosi memeriksa handphonenya. Ia temukan 2 panggilan tak terjawab dilayar handphonenya. Saat Yosi menghubungi balik Kamelia, ia pun sudah tertidur. Yosi pu mengiriminya pesan singkat.
“ Cinta.., udah bobo ya? met bobo ya? mimpiin aa ya?”
Kerinduan mereka tidak terobati. Hanya satu do’a melelapkan tidurnya:
“ Tuhan, pertemukan kami dalam mimpi yang indah!”
                                                                        ***
Kamelia jatuh sakit. 2 hari ia tidak berangkat sekolah. Yosi sangat khawatir. Ia meminta temannya untuk menggantikannya ‘jaga malam’. Hari itu Yosi datang menengok Kamelia  lalu memberi  Kamelia obat untuk sakitnya. Kamelia pun segera sembuh. Melihat kesungguhan Yosi, kamelia jadi  yakin bahwa Yosi merupakan pelabuhan terakhir untuknya. Ibunya Kamelia sangat menyukai Yosi, arena Yosi adalah lelaki yang pandai mengambil hati seseorang. Dulu, saat Kamelia berhubungan dngan Satria ibunya selalu melarang. Alasannya, karena Satria tidak mempunyai keahlian dan miskin. Wajar jika sekarang ibunya menyukai Yosi, dia sudah menjadi pegawai, mandiri, dan bertanggung jawab.
Ketika Yosi mendapat libur, ia berjanji akan datang bersama Kamelia. Ia membawa Kamelia berkeliling kota Indramayu. Mereka mengenang pertemuan pertamanya dialun-alun. Mereka duduk dibangku, sambil bercerita. Saat sedang aysik bercerita, seorang penjual kacang rebus berlalu dihadapan mereka. Yosi pun menarik tangan Kamelia untuk mengejar si peagang kacang rebus.
Yosi pun membuka dompetnya. Didalam dompet itu terselip seorang perempuan,tapi bukan foto Kamelia. Tak sengaja Kamelia melihat foto tersebut, hatinya cemburu. Kamelia ingin bertanya, namun ia takut dirinya bisa marah, dan apabila dirinya marah, maka sulit baginya untuk meredakan emosi. Kamelia diam. Peasaannya berubah 180 derajat, untuk tersenyum pun bibirnya kelu. Saat Yosi bertanya sesuatu pun ia hanya menjawabnya singkat. Mata Kamelia berkaca-kaca hampir saja menangis, namun ia segera menghapusnya. Ia hanya tak ingin jika Yosi tahu kalau ia cemburu.
“ Sayang, lihat deh bulan yang mengintip dibalik pohon cemara, pasti ia iri melihat kita.” Kata Yosi mencoba romantis.
“ Kamelia hanya meliriknya, kemudian mengiyakan perkataannya.
“ Oh ya sayang, kamu haus nggak? Aa beli minuman ya?!”
“ Jangan! Nggak usah..” cegah Kamelia. Kamelia yang semula berdiri, kini duduk lagi dibangku itu. Yosi pun mengikuti. Kacang rebus yang barusan dibeli itu ada disisi mereka. Pikiran kamelia kini dihinggapi pertanyaan tentang siapa sebenarnya foto perempuan didompet Yosi?. Yosi merasakan ada kejanggalan yang terjadi pada diri Kamelia, ia pun menggenggam tangan kekasihnya itu, namun Kamelia menepisnya.
“ Sayang, kenapa?kok nangis?.... sayang?” Tanya Yosi khawatir.
“ Aku tidak apa-apa!” kamelia masih membungkam. Yosi mendekatkan dirinya, lalu memeluk Kamelia. Kamelia pun membalas pelukan Yosi, lalu menangis didadanya.
“ Sayang, ada apa? Maafkan Aa jika ada yang salah!” kata Yosi seraya membelai rambut panjang Kamelia. Kamelia tersedu-sedu. Ia lalu bertanya :
“ Didompet Aa, siapa perempuan itu?” kata Kamelia.
“ Oh..,” Yosi membuka dompetnya dan mengambil foto itu.
“ Kamelia sayang, foto ini tidak berarti apa-apa buat Aa. Dia sebenarnya mantan Aa dulu sewaktu masih SMA. Aa hanya lupa tidak segera membuangnya! Sekarang, tolong percayalah pada Aa! Aa sangat mencintai Kamelia!” Yosi menyobek foto itu, dihadapan Kamelia. Yosi merasa bersalah, hatinya juga merasakan  sakitnya cemburu, seperti yang Kamelia rasakan!
“ Kamelia, jangan menangis lagi. Aa jadi ikut nangis!”
Kamelia memandang bola mata Yosi yang juga berkaca-kaca. Yosi lalu tersenyum, ia pun menghapus air mata Kamelia. Ia pun mencium keningnya, lalu memeluknya erat-erat. Bintang dan bulan diatas langit menjadi saksi romantisme kisah mereka.suara angin malam bagai alunan biola yang indah. Yosi berjanji untuk selalu membahagiakan Kamelia. Ia tidak ingin membuatnya menangis dan bersedih.
                                                                         ***
Hari berganti hari. Mereka seperti didalam dekapan sayap bidadari. Terasa hangat dan damai. Mereka dijunjung oleh segerombolan Pegasus, untuk dibawanya ke langit tertinggi, tempat maha keindahan bernaung. Bumi, laut, udara, gunung, telah menjunjung mereka..! Tidak ada yang mengalahkan cintanya kecuali kehendak Tuhan. Semoga kebahagiaan abadi, pinta Kamelia. 




KEDATANGAN ANGEL
            Di rumah sakit umum daerah  indramayu atau yang biasa disebut RSUD, dua suster baru diterima magang kerja. Mereka adalah Angel dan Vina. Mereka adalah adik kelas Yosi saat masih kuliah. Angel memendam cintanya kepada Yosi selama hampir 3 tahun. Angel sangat bahagia, saat ia dan Yosi dipertemukan dalam satu pekerjaan di RSUD. Bunga-bunga cinta yang dulu sempat layu, kini bersemi lagi.
Angel adalah gadis cantik. Kulitnya putih dan tubuhnya semampai. Angel merupakan putri semata wayang dari salah satu anggota DPRD kota Indramayu. Sebenarnya banyak lelaki yang naksir pada Angel, tapi ia hanya menginginkan cinta Yosi. Ia berjanji akan sekuat tenaga untuk mendapatkan cintanya, walau ke china akan ia kejar!!!.
“ Vin, itu dia orang yang selama ini aku cari-cari?”
“ Dia siapa?” Tanya Vina.
“ Yosi..! kamu ingat kan pada senior kita dulu yang keren…”
“ Mana?” Vina celingukan mencari sosok Yosi.
“ Yah Vin…, do’I  mau pulang tuh!”
“ Depat kamu samperin!”
Angel pun mengejar Yosi yang hampir pulang. Sepatu hak tinggi yang dipakainya, membuat kakinya terkilir. Namun ia berlari, terus berlari. Sementara itu Yosi telah menancapkan gasnya. Ia pun berlalu. Angel melepas sepatunya, ia berlari mengejar Yosi. Melalui kaca sepion, Yosi melihat bayangan Angel, namun ia menghiraukannya. Merkapun semakin jauh. Yosi terus melaju, tanpa harus peduli pada perempuan yang tidak dikenalinya itu. Angel kelelahan, ia pun berhenti. Ia duduk di sebuah pohon rindang.keringat bercucuran melalui pelipisnya.
Hayalannya jauh melayang pada masa lalu. Masa ketika Yosi membimbingnya OSPEK. Tidak terasa waktu berputar begitu cepat. Rasanya baru emarin ia melihat Yosi, dan jatuh cinta padanya. Sudah berpuluh-puluh surat cintanya tidak terbalas, begitu pula dengan cintanya. Dunia terasa berhenti berputar kala itu. Ada sepasang burung gereja yang mengambil alih perhatiannya, ia menatapi burung gereja yang sedang bercengkrama didahan-dahan pohon itu. Ia tersenyum,. Akan tetapi, hatinya merasa sakit, sakit karena cintanya kepada Yosi tidak pernah terbalas. Angel menangis.
Vina menyusul Angel dengan menaiki sepeda motornya. Ia melihat Angel sedang menangis. Vina merogoh kantongnya untuk memberikannya tisyu. Kemudian ia duduk bersebelahan dengan Angel dibawah pohon itu. Vina membaca mata Angel. Sepertinya  dimata sahabatnya itu tersirat maha cinta untuk Yosi. Vina memeluk Angel, menenangkan dirinya.
“ Sabar La, kamu pasti bisa mendapatkan Yosi! Lihat dirimu? Apa sih yang kurang? Kamu cantik, baik, pintar…, semua lelaki menyukaimu! Seandainya sejak semula, kamu katakan secara baik-baik prihal perasaanmu itu.., mungkin Yosi akan menerimamu. Namun sayang.., kamu hanya berani mengiriminya surat kaleng! Ah.., sekarang kamu jangan khawatir, besok atau lusa atau mungkin hari-hari yang akan datang,  kamu akan mempunyai banyak kesempatan untuk mendapatkan perhatian dari Yosi!” ucap Vina.
“ Terimakasih Na.., sungguh kamu sahabat yang terbaik!” Angel memeluk Vina.
Hari menjelang sore. Mereka masih duduk ditempat yang sama. Tukang baso keliling berhenti didepan mereka. Angel pun mentraktir Vina makan baso. Lampu-lampu dijalan mulai menyala, suara adzan terdengaar merdu. Mereka segera pulang untuk menunaikan ibadah sholat magrib.
                                                            ***
Esokya Angel berangkat kerja dengan penuh semangat. Sepatu yang ia kenakan  adalah baru, yang membuatnya semakin percaya diri. Ia melangkah dengan pasti, tersenyum pada semua orang. Hatinya bertekad agar menang dalam perjuangannya, mendapatkan perhatian Yosi.
Setelah Angel memarkirkan motor matic kesayangannya, ia lalu menuju ruang perawat. Di lobi, ia melihat Yosi sedang berjalan dilorong. Hatinya deg-degan. Ia menemukan ide. Dengan ide tersebut, ia berharap akan menjadi dekat dengan Yosi. Bergegas ia keluarkan buku-buku dari dalam tasnya untuk ia pegang. Dari balik tembok, ia menunggu kedatangan Yosi. Saat Yosi semakin dekat ia pun mengambil ancang-ancang. Pada saat itu Yosi sedang membaca SMS. Angela pun menabrak Yosi…
Handphone Yosi pecah jadi dua. Buku-buku Angela berantakan kemana-mana. Angela jatuh tersungkur, sedangkan Yosi merasa bahwa  kejadian itu begitu cepat.
“Aduh… maaf, ini salah saya! Tolong maafkan saya! “ ucap Angela sambil membereskan buku-bukunya.
“ Tidak. Saya yang salah! Aduh saya jadi tidak enak!” Yosi pun ikut membereskan buku-buku milik Angela. Kemudian yosi mengambil handphonenya yang jatuh. Diselipan buku itu Yosi menemukan foto Angela semasa OSPEK, ada diri Yosi dalam foto tersebut.
“ Oh, dari AKPER PEMDA juga ya?” taya Yosi. Angelapun mengiyakan pertanyaannya. Saat tidak sengaja mata mereka bertatapan, Yosi pun jadi teringat akan Angela.
“ Sepertinya saya kenal? Kalau nggak salah nama kamu Angela kan?” tebak Yosi sambil berusaha membangunkan Angela.
“ Ya. saya Angela.”
Dari UGD salah satu dokter memanggil Yosi. Ia pun meninggalkan Angela, dan menghampiri dokter.
“ Iya dok, ada apa?” Yosi menghadap dokter.
“ Bantu saya menyiapkan infus dan tabung gas, diruang operasi!” perintah dokter.
“ Baik dok!”
“ Terimakasih!”

Sementara itu Kamelia mencoba menelpon Yosi, namun nomernya tidak aktif. Ia resah. “ mungkin baterainya habis. “ dugaannya. Kamelia menunggu telpon dari Yosi. Kemana-mana pun ia genggam HP’nya.  Sampai ia tertidur.
Keesokan harinya, masih tetap tidak ada kabar dari Yosi. Saat Handphonenya berdering, ia bergegas mengangkat telpon itu yang ternyata bukan dari Yosi.
“ Kemana sih a Yosi? Sudah dua hari dia nggak kasih kabar?” Kamelia hanya takut jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kemudian ada lagi nada SMS masuk. Kamelia pun membukanya. Lagi-lagi bukan dari Yosi, ia kecewa. Kamelia pun menghubungi Yosi untuk kesekian kalinya. Tapi hanya suara operator yang bicara.
Setelah beberapa hari menunggu kabar dari Yosi, akhirnya Yosi  mengirim SMS.
“ Assalamualaikum sayang, ni Aa maaf ya baru bisa menghubungi kamu, ini juga pakai nomer teman. Hp Aa lagi diservis!”
Kamelia pun membalas.
“ Syukurlah ada kabar. Aku hanya khawatir! Ya udah selamat bekerja ya…I love you ”
Hubungan mereka sampai saat itu masih baik-baik saja. Kamelia pun menghadapi ujian akhir nasional dengan lancar. Ujian akhir sekolah dan ujian praktik akan dilaksanakan setelah UAN berakhir.
Ketika Kamelia dan kelompok belajarnya mengerjakan tugas disalah satu temannya,ia melihat bahwa Yosi pulang dengan membonceng seorang perempuan. Ia pada awalnya tidak percaya, akan tetapi setelah ia memperhatikannya secara dekat, ternyata benar itu adalah Yosi dengan rekan kerja seprofesinya. Perempuan tersebut adalah Angel. Angel dengan sengaja memegang pinggang Yosi seperti sepasang kekasih.
Setelah Kamelia pulang dari rumah temannya itu, ia sengaja tidak mengaktifkan handphonenya. Malam jam 22.00 WIB kamelia mengaktifkan lagi handphonenya. 3 SMS masuk dan 5 kali panggilan dari Yosi.
SMS 1 : “ Sayang, Aa baru pulang kerja nih.., duh capeknya! Lapar lagi..! mau nggak masakin buat Aa?’
SMS 2 : “ Kok nggak dibalas? Lagi ngapain? Lagi belajar ya? nanti dibalas ya…”
SMS 3: “ Sayang kenapa? Angkat dong telponnya?!”
Ketika Kamelia sedang membaca SMS dari Yosi, Yosi pun menelpon. segera Kamelia merejectnya. Lagi, ia menelpon!.lalu Kamelia mengirim SMS..
“ Jangan hubungi aku lagi!”
 Yosi tidak paham, mengapa Kamelia mengiriminya SMS seperti itu.
“ Kok SMSnya kayak gitu sih sayang? Ada apa? Aa punya salah apa?” balas Yosi.
Kamelia sangat cemburu. Hatinya bagai terbakar menyaksikan Yosi, dengan seorang perempuan berboncengan dengan mesra. Tanpa mendengarkan penjelasan dari Yosi, Kamelia menonakttifkan lagi handphonenya. Sampai 2 hari mereka tidak berkomunikasi.
Dalam pekerjaannya, Yosi merasa sangat kacau. Dalam pikirannya hanya ada Kamelia. Ia tidak tahu mengapa Kamelia marah kepadanya. Kerja pun jadi tidak bersemangat seperti biasanya. Sedangkan keberadaan Angela semakin membuatnya runyam. Angela tidak putus asa medekati Yosi. Apalagi hubungannya dengan Kamelia sedang berantakan, itulah saat yang tepat untuk mengambil hatinya. Saat Yosi mengantarkan Angela pulang hari itu, karena pada saat itu Angela berpura-pura bahwa ia sedang mengalami disminorhae, alias sakit datang bulan.
Di RSUD Indramayu, sirine ambulan terdengar kencang. Mobil tersebut berhenti didepan UGD. Pasien baru datang dengan berlumur darah. Luka tersebut akibat tabrakan dijalan Jendral Sudirman, antara sepeda motor dan mobil pribadi. Nafas orang itu tersendat-sendat, hampir meregang nyawa. Beberapa perawat datang memberinya pertolongan. Yosi memberikan infus dan alat bantu pernafasan.
Disaat yang gawat, Angela menelpon Yosi dengan no. pribadi. Handphone Yosi pun bergetar. Ia pun langsung mengangkatnya, karena ia pikir telpon itu dari Kamelia. “ nanti aku telpon lagi!” jawab Yosi ditelpon. Namun setelah Yosi mematikannya, telpon dari nomer pribadi tersebut tetap berdering. Salah satu perawat rekan Yosi pun menegurnya.
“ cepat matikan HP nya! niat kerja nggak?! Sekarang keadaannya sedang gawat! Kamu mengerti?!”
Yosi merasa tidak enak. Satu jam kemudian, tiba-tiba alat bantu pernafasan tidak berfungsi. Perawat yang bertugas kelabakan, mereka bergegas melakukan segala macam pertolongan, namun pasien tersebut meninggal dunia. Yosi mendapat teguran dari dokter. Hari itu pun menjadi hari terburuk baginya. Yosi menenangkan diri, ia duduk sendiri disudut rumah sakit. Angela datang. Ia bermaksud mendamaikan perasaan Yosi. Namun Yosi mengusirnya.
“Tinggalkan aku sendiri!”
“ Tapi Yos, aku ingin menemanimu! “ Angela memohon.
“ Please tinggal kan aku! Atau aku yang akan pergi?”
Angela pun meninggalkan yosi dengan perasaan terhina. Yosi begitu angkuh kepadanya, membuat hatinya terluka.
                                                                        ***
Sepulang dari rumah sakit, Yosi mampir kerumah Candra. Candra bercerita pada Yosi, tentang perasaan cemburu Kamelia. Karena Kamelia selalu menceritakan sesuatunya pada Candra dan Sonia sahabatnya.
“ Bro, tadi Kamelia menelponku. Dia melihat kamu dengan seorang suster berboncengan dengan mesra.” Cerita Candra.
“ Apa? Trus kamu bilang apa?” kata Yosi.
“ Aku bilang.., kalau dia hanya teman biasa. Aku yakinkan pada Kamelia, kalau kamu tidak akan menghianatinya!”
“ Ini hanya salah paham!”
“ Memangnya perempuan yang Kamelia maksud itu siapa bro?”
“ Dia adik kelas kita. Apa kamu masih ingat dengan Angela yang dulusering mengirimi aku surat?”
“ Oh.., yang cantik itu?”
Setelah berbincang cukup lama dengan Candra, Yosi pun pamit pulang. Sesampainya dirumah, Yosi mengirimi Kamelia SMS.
“ Mel, tadi aku ketemu sama Candra dia sudah menceritakan semuanya. Sekarang aku tahu alasan kamu bersikap demikaian. Mel, perempuan itu hanya temanku. Kita tidak ada hubungan apa-apa! Kemarin aku hanya mengantarnya pulang, itu aja! Tolong percayalah padaku Mel?”
Kamelia pun menerima permintaan maaf dari Yosi. Ia membalas pesannya.
“ Iya a.., maafkan aku juga yang salah paham. Sekarng aku percaya padamu…”
                                                            ***
Hari berikutnya Angela memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Yosi. Malam itu mereka kebagian dinas malam. Hanya berdua diruang UGD, Yosi dan Angel.
“ Yos…” sapa Angel memegang pundak Yosi. Yosi meliriknya.
“ Iya. Ada apa?” kata Yosi. Angela memeluk Yosi, namun Yosi dengan cepat menghempas tangannya.
“ Apa-apaan ini? Lepaskan!!!” bentak Yosi. Angela pun terjatuh.
“ Kenapa? Kenapa kau begitu angkuh dan dingin terhadapku Yosi? Jangan perlakukan aku seperti ini aku mohon! Rasa-rasanya aku ingin mati saja, jika kau masih tidak menganggap keberadaanmu! Kau tahu aku sangat mencintaimu!” ucap Angela.
“ Kamu ini bodoh sekali! Ini rumah sakit tahu! Jangan melakukan hal yang tidak-tidak!” tegur Yosi. Angela mencoba memeluknya lagi, namun Yosi memberikan perlakuan yang sama, yaitu menolaknya. Yosi dengan terpaksa mendorong tuboh Angela, sampai ia terjatuh. Angela berdarah.
“ Maafkan aku Angela! Bukan maksudku untuk mencelakaimu…” Yosi membangunkan Angela, lalu membalut lukanya.
Pagipun datang. Jam 07.30 mereka pulang. Angela diantar oleh Yosi. Kalau bukan karena kejadian malam itu, Yosi tidak akan mau mengantar Angela, itu hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Pada hari itu, kediaman Angela sedang sepi. Ayah dan Ibu Angela sedang bertugas diluar kota. Angela meminta Yosi mampir ke rumahnya sejenak.
“ Main dulu ya Yos.., saya akan buatkan kopi dan sarapan buat kamu!”
“ Maaf Angel.., sebaiknya aku pergi…”
“ Sebentar saja aku mohon…”
“ Iya…”
Yosi pun masuk ke dalam rumah itu. Karena menunggu Angela yang sangat lama, ia pun tertidur disofa. Tiba-tiba HP Yosi berdering. Angela pun mengangkat telpon itu.
“ Hallo, ini siapa?” Tanya Angela.
“ loh ini siapa? Dimana Yosi?” Tanya Kamelia.
“ Kenalkan saya Angela.”
“ Angela?”
“ Ya Angela tunangan Yosi! ”
“ Apa?”
Kamelia mematikan handphonenya. Kamelia yakin, kalau perempuan yang tidak dikenalnya tersebut hanya membohonginya. Angela tersenyum penuh tipu daya. Cinta telah membuat mata hatinya buta. Angela tidak bisa lagi membedakan antara hitam dan putihnya warna kehidupan. Angela menggoda Yosi dengan tingkah laku anehnya. Yosi yang setengah sadar saat itu, melihat diri Angela sabagai Kamelia. Angela baru saja mandi kala itu, dan hanya mengenakan handuk. Dengan tingkah seksi, Angela membuka satu persatu kancing baju Yosi. Yosi yang terlena oleh kecantikan  tubuh Angela, membuka perlahan-lahan handuknya. Betapa terpesona!. Setan telah merasuk dalam diri kedua insan yang dilanda mabuk kepayang.
Kamelia menelpon Yosi berkali-kali. Namun Yosi tidak menghiraukan suara itu. Angela telah memperdayainya. Kamelia berfirasat buruk pada Yosi. Ia takut jika Yosi akan menyia-nyiakannya. Karena sekarang Yosi telah jatuh dalam pelukan Angela!.
                                                                        ***
Ujian nasional, ujian sekolah, dan ujian praktek sudah dilaksanakan. Kamelia mendaftar di universitas Padjajaran fakultas sastra. Tabungan peninggalan dari kakanya, ia gunakan untuk biaya pendidikannya. Seperti wasiat kakaknya, bahwa uang tersebut adalah untuk biaya kuliahnya.
Disekolah Kamelia. Dikantor guru, ibu Ratna sedang mencari data-data praktek. Ternyata data praktek milik Kamelia menghilang, sehingga ibu Ratna tidak bisa memberikan nilai akhir untuknya. Akhirnya ibu Ratna memutuskan untuk mengikutsertakan Kamelia dalam ujian praktek susulan, bersama teman-teman lainnya.
Kamelia pun mengikuti ujian praktek susulan. Praktek tersebut dilaksanaka di ruang laboratorium sekolah. Disana kamelia dengan tekun melaksanakan tugasnya. Ia bersama siswa-siswa lainnya sedand mempersiapkan alat dan bahan untuk praktek tersebut. Namun tidak disangka, saat Kamelia sedang mengambil zat warna diatas lemari, tiba-tiba cairan alkohol tumpah diwajahnya.
Awalnya ia tidak merasakan sakit. Namun lama-kelamaan sebagian wajahnya memerah dan melepuh. Atas kejadian tersebut, ruang laboratorium menjadi gaduh. Para siswa dari kelas lain berdatangan melihat peristiwa itu. Seorang cleaning service disekolah itupun segera membawa Kamelia ke UKS. Sayang sekali, ibu Ratna yang menyelenggarakan praktek tersebut tidak ada ditempat, karena ia sedang membeli peralatan praktek yang belum tersedia dilaboratorium. Pak Khotib selaku guru olahraga berlari menuju ruang rawat Kamelia.
“ Luka ini sangat parah! Cepat bawa kamelia kerumah sakit!” perintah pak Khotib.
“ Apa kita perlu menelepon ambulans pak?” Tanya seorang cleaning service.
“ Tidak. Pakai mobil saya! Cepat bopong Kamelia!”
“ Baik pak…”
Kamelia pun dibawa ke RSUD indramayu. Kebetulan hari itu Yosi tidak bekerja. Kamelia dirawat diruang 2a. beberapa siswa teman dekat Kamelia seperti Silvi dan Ina menemaninya. Ada juga pak Khotib yang penuh tanggungjawab. Sementara itu, ibu Ratna sedang dalam perjalanan, ia telah diberitahu bahwa ada kecelakaan pada anak didiknya.
Satu hari berlalu. Yosi pun berangkat kerja. Ia memarkirkan motornya. Di lobi, Angela setia menunggui Yosi. Saat Yosi datang, ia  membaca para pasien baru yang datang kemarin. Padahal yosi membaca nama Kamelia dipapan tersebut. Namun ia hanya mengabaikannya. Karena ia piker, bahwa orang yang bernama Kamelia itu terdapat banyak. Yosi pun berjalan keruang perawat bersama Angela.mereka Melalui kamar 2a, kamar dimana Kamelia menjalani perawatan. Saat  Kamelia melihat Yosi sedang berjalan dengan Angela, hati Kamelia hancur. Ia  tidak menyangka, jika Yosi akan menghianati cintanya. Tuhan pun tahu jika dia mencintai lelaki itu dengan kesungguhannya. Hanya lelaki itu yang dulu sanggup mengambil perhatiannya, sampai ia menyerahkan segudang kepercayaan untuk setia pada lelaki itu. Yosi menduakan dirinya!.
Kamelia melihat bayangannya sendiri didepan cermin. Sebagian wajahnya merah dan menghitam. Air matanya jatuh. Hatinya terluka, ia bertanya : “ apakah Yosi akan menerima keadaan ku yang seperti ini?”. Walaupun  saat itu Angela sudah menjadi kekasih Yosi, namun Kamelia akan memaafkannya, dan menerima perlakuan tidak adil itu. Kamelia rela dimadu, asal jangan disia-siakan!. Ia sangat mencintai Yosi.
Bicaralah satu kata
Atau sebut namaku
Aku harap kau ingat
Akulah kekasih hatimu
Kini, dirimu berpaling
Meninggalkan aku dalam derita
Sakitnya hati mencintai kamu
Kau sia-siakan aku!
Ada apa dengan cinta kita
Mengapa kau berubah?
Sejenak pejamkanlah mata
Dan ingat kenangan kita…

2008 Kamelia.

***
Candra menelpon Yosi untuk memintainya pertolongan.
“ Hai bro..,kamu masih dirumah sakit?”
“ Yap benar! Ada apa?”
“ Pulangnya mampir dulu ke rumah ya? adikku sakit. Panasnya nggak turun-turun. Aku udah belikan dia obat sih dari apotik, tapi tidak ada perubahan!”
“ Ok, saya pasti kesitu!”
“ Oh ya.., katanya kamelia dirawat dirumah sakit ya? diRSUD?”
“Loh kata siapa?”
“ Kata Sonia.”
“ Benarkah? Kok saya tidak tahu?” Yosi mematikan teleponnya. Ia langsung berlari menuju ruangan kamelia. Namun saying Kamelaa telah pulang. Hanya ada pasien baru yang menepati ruang itu, seorang kakek yang terkena struk. Disamping kakek tersebut duduk istrinya.., seorang nenek. Nenek tersebut dengan penuh perhatian, memijit kaki kakek. Sambil memijit, mereka berbincang.
“Kek, nenek tidak bisa hidup tanpa kakek! Cepet lah sembuh kek. Kita berdua harus terus bersama hingga maut memisahkan kita.” Kata nenek.
“ Iya nek, terimakasih atas kesetianmu padaku nek..,kakek sangat mencintai nenek…”
Begitulah kira-kira percakapan kedua kakek dan nenek itu. Cinta mereka sangat kuat. Indah sekali hubungan antara mereka. Melihat keharmonisan sepasang suami-istri yang renta itu, Yosi tersenyum-senyum. Kemudian Angela datang, membawa bekal makan siang untuk Yosi. Dari jauh Kamelia yang belum pulang kerumah, melihati Yosi. Wajah yang menjadi cacat tersebut ia tutupi menggunakan masker. Dengan  tanpa sepengetahuan Yosi, Kamelia sengaja melewati mereka. Air mata Kamelia deras, menetes mengiringi langkahnya.
Kini Kamelia menangis lagi. Wajahnya tidak secantik dulu…





  
DEPRESI

Bunga-bunga telah gugur. Angin menghempas kelopak dan putiknya. Tiada ada lagi kupu-kupu dan kumbang yang datang berlomba menghisap madunya. Bunga yang mekar jadi layu, kini pesonanya bagaikan sebuah kursi kosong, yang diam ditemeram malam. Lilin kecil berkedip menerangi kesunyian. Entah bayangan apa yang mengisi benaknya. Ia hanya memandangi arah yang tidak jelas. Memperhatikan cahaya lilin, maupun segala bentuk-bentuk yang wajar, yang sebenarnya selalu ia temui. Tapi pikirannya menjadi aneh. Kamelia seperti boneka yang bisu. Matanya menatap kekosongan, seperti bodoh!.
Kecelakaan pada wajahnya tersebut, dan cinta Yosi yang terbagi telah memberinya pengaruh yang besar dalam perubahan itu. Kamelia dilanda depresi yang hebat! Ia telah menulis puisi yang  tercatat pada tanggal 02-09-2009.
Ombak yang bergulung.
Pemudaku, sedang apa dirimu
Maukah kau menceritakan
Tentang senja yang begitu indah hari ini?
Dipantai pasir putih
Sambil mengenang masa  lalu.
Saat itu mimpimu dan mimpiku masih menyatu
Sendiriku mengenang cintaku yang hilang
Hamparan pasir putih,
Dan ombak yang bergulung
Tinggal mentari senja
Adakah kau simpan kisahku
yang terbenam bersamamu…

Untuk Yosi.
Bayangan itu seakan menamparnya. Ia menutup telinganya lalu menjerit. Kamelia ketakutan. Berawal saat Yosi dan Kamlia bertemu. Yosi tidak tahu bahwa kamelia mendapat kecelakaan kecil yang ternyata berdampak besar pada wajahnya. Peristiwa tumpahnya cairan alkohol  pada wajah Kamelia merubah seluruh kehidupannya. Bahkan Yosi pun menjadi berpaling! Yosi tidak mau menerima kondisi Kamelia yang seperti itu, sehingga cinta yang begitu besar pun kini pudar. Disaat yang tidak menentu, Yosi berjalan berdua dengan Angela didepannya. Perasaan kamelia pun hancur tak terobati.
Kata-kata manis dan janji kesetiaan, tentang cinta sejati hanya dibibir. Angelalah yang sedang menikmati kemenangannya, karena berhasil mendapatkan Yosi dengan sepenuhnya..! Yosi dengan mudah membuang jauh kenangannya bersama kamelia. Ia buang jauh-jauh masa lalu. Kamelia kini stress dan depresi. Ia seperti orang yang bisu, bernyawa tapi seperti mati. Yosi lupa akan janjinya tempo dulu, bahwa ia akan menghapus airmatanya dan melebarkan senyumnya. Sedang kamelia terlalu berharap pada Yosi, yang ternyata menghianatinya!.
Ia pernah menemui Yosi di RSUD, namun satpam  mengusirnya. Meskipun Kamelia beberapa kali menghubunginya, untuk memberitahukan kepadanya bahwa dia sedang berada dipintu gerbang, menunggunya. Namun Yosi hanya mengiriminya SMS yang membuat pikirannya bertambah kacau.
“ Jangan menelponku lagi! Hubungan kita sudah berakhir. Saya sangat membencimu sekarang. Gara-gara kamu pasien saya meninggal tempo dulu!”.
Kamelia tidak mengerti maksud SMS tersebut. Mengapa Yosi yang dulu sangat mencintainya tega menuduhnya, sebagai penyebab matinya pasiennya?. Yosi menulis dalam SMS tersebut bahwa gara-gara kamelia yang terus-menerus menelponnya pada waktu itu sehingga pikirannya kacau dan menyebabkan pasienya meninggal. Atas tuduhan yang kejam itulah, Kamelia  mengalami depresi yang hebat.
                                                                 ***
Keluarganya sangat panik. Ibunya yang saat itu sedang mengandung adiknya menangisi Kamelia. Entah apa yang harus mereka perbuat, hanya do’a yang mereka panjatkan. Meminta pada Allah agar kesembuhan menyertai Kamelia. Untung saja seorang teman Kamelia datang menjenguknya dari Jakarta. Namanya Sahrul. Beliau sangat sedih, melihat keterpurukan sahabat karibnya itu. Keceriaan yang selalu ada padanya kini berubah senyap. Kulitnya pucat dan tampak kurus. Ia menikmati dunia sepinya.
Sonia datang menghampiri Sahrul, yang saat itu sedang menyuapi kamelia makan siang. Sahrul bertanya tentang sebab musabab ia menjadi depresi. Soniapun bercerita sejak awal, saat Kamelia ditinggal mati oleh Satria, hingga ia dikhianati oleh Yosi. Sahrul merasa iba.
“Kakakku seorang psykiatri. Saya akan mencoba menghubunginya. Semoga saja dia bisa meluangkan waktunya dan membantu Kamelia!’ ucap Sahrul.
Kemudian Sahrul menelpon kakak perempuannya untuk membantu kondisi Kamelia, namanya Dr. mila.phd, spesialis syaraf. Sonia pun menggantikan Sahrul menyuapi Kamelia
Sahrul berbicara ditelpon dengan kakaknya. Setelah itu mendapat keputusan bahwa Kamelia harus tinggal dirumah sakit jiwa, dimana Dr. mila bertugas. Sahrul pun meminta persetujuan dari kedua orang tua Kamelia. Mereka pun menyetujuinya, karena inilah jalan satu-satunya yang terbaik.
Betapa dalam luka yang tergores. Seumur hidup tidak akan terhapus. Sepahit itu hidup yang dijalani, bagai daun kering yang berserakan tertiup angin!.
Selama 2 minggu, Kamelia dirawat dirumah sakit jiwa. Ia mulai peka terhadap hidupnya. Dari jendela kamar ia membaca huruf bertuliskan: “ Panti rehabilitasi rumah sakit jiwa”. Ia menangis pilu. Ia sadar cintanya terhadap Yosi membuatnya payah. Ia merasa bukan lagi simbol batu karang, ia bukan simbol ketegaran!.
Dr. mila datang menengok perkembangannya.
“ Selamat siang, Kamelia? Bagaimana kabarmu hari ini?” Tanya Dr. Mila.
“ Saya sudah baikan dok. Terimakasih telah merawat saya..”
“ Sahrul bercerita banyak tentangmu. Katanya, dulu kamu pernah menyelamatkan dia sewaktu dia tenggelam dikolam renang? Sahrul tidak pernah melupakan kejadian tersebut. Baginya kau adalah penolong. Oleh karena itulah saya sebagai kakaknya ingin mengucapkan terimakaih banyak padamu, Kamelia.”
“ Saya yang harus berterimakasih pada dokter Mila dan Sahrul. Kalian orang-orang yang baik. Sekarang Sahrul dimana ya dok?”
“ Sahrul sedang kuliah. Biasanya setelah dia pulang kuliah, dia langsung menengok kondisimu!”
“ Kuliah?”
Kamelia teringat tujuannya untuk melanjutkan kuliah. Ia terlalu lama hidup dalam sepi dan kegulitaan hati. Tanpa ia ketahui, ia telah diterima diuniversitas Padjajaran. Namun karena kamelia tidak mendaftar ulang, maka namanya di black list. Apa boleh buat, ia tidak bisa memutar waktu kembali. Karena sakit itu ia gagal kuliah ditahun tersebut. Mungkin tahun berikutnya. Kamelia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa menerima atas apa yang terjadi pada hidupnya. Kata-kata yang diucapkan dr. Mila barusan terngiang ditelinganya.
“ Tidak ada yang abadi didunia ini. Serahkan lah hidup dan matimu, Jodoh dan masa depan hanya kepada Allah. Dialah maha kekal pemilik jiwa manusia. Kamu harus mempunyai jati diri. Jadilah sahabat untuk dirimu, sayangi dirimu! Jangan biarkan seseorang melukaimu, bahagiakan dirimu sendiri! Write in your heart that everyday is the best day of the year. “
Diruang nun sunyi sel rumah sakit jiwa itu, Kamelia merenungi setiap peristiwa pahit dan getir hidupnya. Dalam pikirannya terlintas masa-masa indahnya bersama Satria dan hari kematian itu. Terus, terbayang sosok menarik Yosi yang hadir menghapus dukanya. Yosi yang bagai malaikat suci yang mampu menjarah semua ladang airmatanya. Sampai akhirnya ia bangunkan lagi sebuah tempat terburuk bernama pulau nestapa. Yosi yang membuatnya jadi gila!.
Kemudian Sahrul datang membawa sepotong roti keju kesukaan Kamelia. Sahrulpun mengajaknya bercanda. Mereka bercerita tentang masa kecilnya. Esoknya, Kamelia diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Sahrul mengantarnya pulang…
                                                                        ***
Kamelia tiba dirumahnya bersama Sahrul. Pintu rumahnya tertutup rapat. Tidak ada seorang pun yang hadir. Kamelia tidak tahu kemanakah mereka pergi. Setelah hampir setengah jam mereka menunggu, salah seorang tetangganya datang memberitahu Kamelia, bahwa ibunya sedang dirawat dirumah sakit, karena pendarahan. Kamelia menatap wajah Sahrul, Ia berharap agar Sahrul memberinya motivasi karena telah cukup baginya segala ujian-ujian yang menimpanya selama ini. Air mata Kamelia mengering. Duka yang dalam terpendam dihatinya.
“ Tenangkan dirimu Kamelia.., ibumu akan baik-baik saja. Mari saya antar kamu kerumah sakit..” ucap Sahrul yang dengan senang hati mengantarnya.
Merekapun bergegas pergi. Didalam mobil, Kamelia duduk didepan Sahrul. Matanya memandang arah luar, sambil bertopang dagu. Ia mencoba menyederhanakan keadaan yang sulit itu. Seperti apa yang dikatakan oleh dr. Mila agar dapat menerimasegala cobaan dengan lapang dada.
Sekitar 30 menit merekapun sampai. Kamelia bergegas turun dari mobil, ia berlari menuju receiptionis.
“ Mbak.., saya mau tanya. Kalau ruangan ibu jenab dari desa Balongan, diruang berapa ya?” tanya Kamelia.
“Sebentar ya mbak, saya cari dulu.” Receptionis itu pun mencarinya. 3 menit kemudian dia memberitahukan  tempat dimana ibunya berada. “ ibu jenab berada dikatanya.ruang 3b.”  katanya.
Sesampainya dikamar 3b, ia bertemu dengan ibunya tercinta. Pendarahan yang terjadi disebabkan karena kelelahan. Seharusnya ibu hamil seperti ibunya harus beristirahat Yang cukup. Beliau tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan harus menyuplai nutrisi untuk kandungannya tersebut. Pada saat itu, tidak disangka, ada Candra yang datang. Candra diterima bekerja dirumah sakit PMC didekat tempat tinggalnya.
“ Ibu.., saya akan mengganti cairan infus untuk ibu ya?” kata candra.
“ Kak Candra?” sapa Kamelia.
“ Hai Mel? Kok kamu ada disini?” tanya Candra.
“ beliau ibu saya kak!”
“ Ibu kamu ya? jadi kau bakal jadi calon kakak dong?”
“ Iyah. Hehehe. Terimakasih telah merawat ibu saya kak! ”
“ Sama-sama! Jaga baik-baik ibu mu ya Mel, jangan sampai beliau kecapean lagi!” candra menasehati.
“ Iya kak. Saya akan menjaganya baik-baik.”
Beberapa saat kemudia Sahrul datang. Ia baru saja memarkirkan mobilnya sehingga datangnya agak lama. Candra pun meneruskan pekerjaannya. Dari pasien satu ke pasien lainnya, menyuntik, memberi obat, mengganti infuse, mengambil sample darah, dan masih banyak lagi. Candra sangat sibuk.
Suara adzan dari mushola kecil yang berada disudut rumah sakit terdengar menusuk kalbu. Kamelia dan Sahrul menununaikan ibadah sholat dzuhur. Disana ia pun bertemu Candra lagi. Dan Candra menjadi imam,sedangkan Kamelia dan sahrul menjadi makmum.
Jujur, Candra masih menyimpan rasa sukanya pada Kamelia. Meski kamelia telah mengalami berbagai cobaan. Apalagi luka  hitam yang ada pada kamelia. Namun itu tidak masalah bagi Candra, karena ia mencintai Kamelia tulus adanya. Dihati Candra ada rasa marah pada Yosi, karena telah menyakiti Kamelia.
Tabungan yang semula untuk membiayai kuliahnya, terpaksa digunakan untuk membayar administrasi rumah sakit. Baginya uang bisa dicari. Ibunya adalah harta yang tidak ternilai oleh apapun. Selain keluarganya tidak ada lagi yang berarti. Ia berjanji akan selalu membahagiakan kedua orang tuanya.
Dalam malam-malam yang sunyi, Kamelia berfikir hening. Hatinya telah  bulat untuk pergi meninggalkan tanah air tercinta, pergi ke tempat yang jauh! Pergi untuk sebuah perubahan dan cita-cita mulia. Pergi untuk kesejahteraan semua orang yang tercinta. Pergi ke negri orang. Menjadi buruh.
Tidak sanggup rasanya menanggung betapa pahitnya derita perpisahan. Apalagi ia akan meninggalkan ibunda tercintanyya dalam keadaan hamil tua. Kamelia pun dibawa oleh seorang sponsor ke asrama penampungan TKI, di PT DWIPA HARITAMA.

                                                            ***

 
EKSEKUSI

“ Telah berganti musim yang mempertemukan jiwa. Dari penghujan sampai kemarau lagi. Disaat engkau dan aku setahun lalu mengikrar janji. Gerimis telah menyapa semua kata-kata janji yang kau ucapkan. Kenangan telah membinasakan aku! Ada kerinduan menyala yang tak padam, bagai lampu merkuri yang tak mati. Kau dihatiku tinggal kenangan. Akan ku abadikan kisah kita yang dulu pernah bahagia. Tidak ada yang sanggahan apapun, bahwa hanya cintamulah yang mampu mengalahkan dinginnya malam dan sunyinya sepi. Hingga suatu ketika kau pergi tanpa penjelasan. Sehingga aku menjadi terpuruk, atas dosa yang menjadi perkara..! Aku tidak tahu, mengapa aku sampai bisa membodohi diri dengan cinta konyol itu. Mungkin salah, jika aku berharap agar kau menjadi cinta terakhirku, cinta sejatiku.
Angin yang berhembus membawa lari seluruh bayanganmu, hingga kau benar-benar menjauh. Aku kehilanganmu dan cinta yang maha itu. Aku tak berhenti menangis,  bagai sang malam merindukan pagi. Aku telah menunggumu, dengan air mata yang setia. Namun sia-sia harapanku! Kau terlanjur ada penggantinya.
Dalam resah aku mengadu pada Tuhan. Mengadu saat malam tiba dan saat pagi. Dikala sunyi membunyikan genderang, dan dikala langit mencekam membangkitkan iman.., kala itulah aku berdo’a meminta ketenangan atas sakit hatiku. Ku panggil namamu dilubuk hati. Namun mungkin kau tidak pernah mendengar suara hati ini.letihnya harapanku selalu meninabobokan aku diatas sajadah panjang. Hanya dengan bertemuNYA aku bisa mendamaikan diri
Waktu pun sudah berlalu. Musim berganti seiring dengan kepergianmu! Hingga cinta yang dulu membara, kini mengering sudah. Kesedihan berguguran dan tidak ada lagi kerinduan yang membuta. Kemarau kini duka nestapa.”
Kamelia menutup kembali diary yang menulis semua prihal Yosi. Hatinya masih terasa pedih. Kisahnya dengan Yosi menjadi mimpi-mimpi mengerikan dalam hidupnya. Kisah yang telah mempersembahkan istana surga, kini menjadi lautan neraka yang merenggut senyuman manisnya. Yosi adalah sinar matahari yang menyinari, namun Yosi pun juga  adalah air bah yang meluap-membanjiri. Yosi adalah mawar,durinya menusuk sanubari...
Padanya kini tertera dendam. Cinta yang kini berubah jadi kebencian. Ia bersumpah bahwa suatu hari nanti Yosi akan menerima semua balasan atas sakit hati yang ia perbuat. Hidupnya bagai lahir kembali. Ia memulai semuanya mulai dari nol.
Hari yang dinantikan pun tiba. Kamelia dijemput oleh seorang sponsor. Ia pun berangkat ke kota bekasi ke PT  yang akan memberangkatkannya ke negri Formosa, Taiwan. Eksekusi itu terjadi pada senin, 5-oktober-2009. Ia siap untuk memulai pendidikan bahasa mandarinnya demi kelancarannya bekerja diTaiwan.
Semalam ibunya menata baju-bajunya diransel berukuran sedang. Ibunya telah membawakannya makanan-makanan seperti mie, sereal, snack, roti, dan permen. Kamelia tidak berhenti menangis, perpisahannya dengan keluarga tercinta sungguh memilukan. Ia cium tangan kedua orang tuanya meminta do’a restu, tak lupa ia cium adik-adik kecilnya. Mereka melambaikan tangannya.
Ingin saat itu ia  menjerit melebur gundah gelisah. Bus berhenti didepannya. Ia pun naik, duduk dibarisan terdepan. Sponsornya memberinya nasi kuning bungkus sebagai sarapan. Kamelia memakannya, melahap nasi kuning itu air matanya meleleh.
Aku tidak ingin menangis.
Tapi air mata ini,
jatuh dengan sendirinya
Kalau bukan karena mimpi
Aku tidak akan pergi
Apakah karena debu
mataku perih?
Membuat air mata ini jatuh.
Tapi dadaku juga sesak
Menanggung perpisahan .
Jarak yang membentang luas
Seperti do’a rindu yang terbendung
Hingga sayap ini lapuk dan lelah.


***
Kamelia sampai dikantor PT DWIPA HARITAMA. Ia bersama sponsornya terlebih dahulu mengish formulir pendaftaran. Setelah selesai ia ditinggal oleh sponsornya. Kebetulan disana ada dua orang calon tenaga kerja wanita atau CTKW, yang sedang piket kantor. Mereka pun berkenalan dan menjadi teman akrab. Namanya yaitu mba Hindun dan Joana. Ia duduk bersampingan dengan mereka.tiba-tiba perut Kamelia merasa sakit, ia datang bulan. Dengan malu Kamelia memberitahukan pada mereka tentang sakit perutnya..
“ Mba.., aku sakit perut. Aku nggak tahu sebelumnya kalau aku akan dating bulan. Dan aku tidak membawa pembalut?” kata Kamelia pada mba HIndun.
“ Bentar ya saya beliin kamu pembalut ditoko terdekat!”
Hindun membelikannya pembalut. Ia pun memasakan Kamelia sebungkus mie. Kamelia sangat meresa berhutang budi pada Hindun. Jarang sekali orang yang sebaik Hindun, yang menolongnya meski baru saja dikenal. Beberapa saat kemudian datanglah segerombolan CTKW dikantor DWIPA sehingga suasana menjadi gaduh.
Kamelia datang pada pukul 11.00WIB, menunggu medikal dikantor sampai jam 04.00 WIB. Pada saat medical, kamelia dipriksa oleh dokter, diambil sample darahnya, dan juga sample air seni. Setelah tahapan-tahapan itu selesai, kemudian mereka disuruh untuk mengganti bajunya dengan pakaian yang sudah disediakan oleh medical center. Setelah itu ia memasuki ruangan, ia kaget sekali saat mendengar bisik-bisik para CTKW, bahwa ia akan diperiksa oleh dokter laki-laki dalam keadaan telanjang dada. Meski ia tahu bahwasanya seorang dokter tidak akan menyalahgunakan profesinya. Tetapi rasa malu tidak bisa ditepis, apalagi kamelia masih gadis. Setelah dokter paruh baya tersebut memeriksanya, ia pun melanjutkan pemeriksaan diruang sebelah untuk dirontgen. Selesai sudah acara medikat pertama, Kamelia dinyatakan fit.
Ba’da Magrib ia dan CTKW lainnya sampai di asrama PT DWiPA. Mereka kemudian menuju lantai dua untuk chack bag. Selesai itu ia ditunjukan pada kamar dan ranjangnya. Disana ia mendapatkan teman-teman yang baik. Merekapun sebaya dengan Kamelia, dan juga lulusan SMA . mereka masing-masing mempunyai impian masing-masing yang besar dan setinggi bintang. Kesedihan atas perpisahannya dengan keluarga tercinta jadi musnah saat mereka bersama-sama. Namun saat malam menjelang, duka perpisahan itu senantiasa mengiris batinnya. Ia selalu menangis. Ia ambil sebuah bantal, lalu menutup mulutnya tersebut dengan bantal. Ia berteriak sekeras-kerasnya disitu. Kamelia tersedu-sedu, ia sungguh tidak berdaya.
Hari-hari dengan hujan air mata tidak asing baginya. Badannya kurus kering memikirkan apa yang akan terjadi kelak. Ia memikirkan tentang nasib keluarganya, masa depan, dan cita-citanya. Selama 3 tahun ia harus mengadu di negri orang. Menjadi buruh migrant yang merupakan warga minoritas disana. Namun hatinya telah menjadi baja, ia berjanji akan menerima segala resiko. Demi kebahagiaan dan kesejahteraan ia akan berkorban.
Pada saat ia belajar bahasa mandarin, ia mengahayalkan tentang bangku kuliah yang didambakannya. Harapannya untuk mengenyam bangku kuliah tidak berjalan mulus. Terpaksa harus ditunda. Selalu ia simpan baik-baik impiannya, untuk menjadi penulis atau pegawai rumah sakit. Kelak ia akan menggapai satu persatu cita-citanya.
Peraturan di asrama PT DWIPA sangat teratur dan disiplin. Setelah sholat subuh, mereka membereskan kamar masing-masing. Kemudian melakukan senam pagi, lalu sarapan pagi, dan mandi. Pada pukul 8 mereka diabsen. Lalu mereka melaksanakan pendidikan bahasa mandarinnya. Seorang lowse atau guru memandu dan mengajari mereka. Pada pukul 12.00 WIB mereka istirahat, makan siang dan sholat. Pada pukul 14.00 WIB mereka kembali memulai pelajarannya. Para lowse dan para CTKW atuh pada peraturan. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu maupun korupsi waktu.
                                                                ***
Hari terus berlanjut. Dua minggu sudah ia di asrama. Banyak cerita sedih, gembira, lucu, malu yang bercampur jadi satu. Hidup yang penuh tantangan!. Kamelia mempunyai teman yang sebaya, yang sudah menikah, maupun yang janda. Dari usia 18 tahun sampai 35 tahun. Ia mempunyai banyak kisah disana, diasrama yang ia yakini sebagai suatu tempat persinggahan menuju kesuksesannya, menggapai impian.
Suatu hari tempat tidurnya dan teman-teman menjadi sorotan. Fitnah datang menghujami mereka, hingga hatinya jadi miris. Kamar mereka berada dilantai 3a. Dibawah jendela kamarnya terdapat tempat nongkrong anak-anak muda kuliahan. Pemuda-pemuda tersebut setiap hari nongkrong disebuah meja bundaruntuk bermain laptop. Sebagian penghuni dikamar 3b menggoda mereka. Ia memanggil-mangil dan menjerit. Atas ulah dari kamar 3b, pemuda tersebut membalas mengganggu. Bahkan mereka sampai melempari jendela kami dengan kerikil. Keesokan harinya kejadian itu dilaporkan pada lowse. Entah bagaiman ceritanya, lowse malah menuduh bahwa yang membuat ulah pertama kali adalah penghuni 3a. semua CTKW dikumpulkan di aula. Para lowse marah-marah bukan main! Peraturan diperketat!
“ Apa kalian tahu konsekuesi buruk yang akan diterima oleh PT jika salah seorang warga kompleks ini melaporkan ketidaknyamanan yang terjadi? PT ini yang nanti akan ditutup!. Kalau diantara kalian tidak ada yang mengganggu mereka, maka mereka pun tidak akan mengganggu kalian!. Tolong jangan bersikap centil.., “ ucap lowse.
Mereka pun dibubarkan. Namun mba Idah, salah satu teman Kamelia yang berusia 32 tahun tidak terima! Ia pun mencari tahu siapa sebenarnya dalang itu. Setelah diketahui, mba Idah pun melabrak erempuan penggoda itu. Pertengkaran diasrama pun terjadi ramai.
                                                                        ***
3 minggu diasrama, lowse pun menawarkan Kamelia rincian pekerjaan. Rincian tersebut bahwa ia akan merawat seorang amah yang lumpuh total, berusia 86 tahun, berat badan 65 kg, makan menggunakan selang, dan harus mengganti popok, dll. Kamelia diminta untuk memikirkan baik-baik tawaran rincian pekerjaan tersebut. Kamelia hanya takut jika amah tersebut akan meninggal sebelum kontrak kerja selama 3 tahun. Ia pun meminta petunju teman-temannya. Setelah menerima nasehat teman-temannya itu, kamelia pun menyetujui pekerjaan tersebut.
Kamelia menemui lowse dikantor.
“ Pu hau yi se, lowse.. wo keyi cinci ma? Wo shi Kamelia.” ( permisi lowse, apakah saya boleh masuk? Nama saya Kamelia.)
“ Keyi a..,” ( oh boleh..)
“ Xie-xie ni lowse.” ( terimakasih lowse )
“ Cing zuo!” ( silahkan duduk! )
Kamelia pun menyatakan maksud dan tujuannya mendatangi kantor.
“ Lowse, saya mau terima tawaran rincian pekerjaan tersebut.” Kata Kamelia.
“ Benar kamu sanggup? Neneknya sudah lumpuh loh… tiap kali popoknya basah kamu harus ganti loh..,kamu harus ganti infuse, memberinya injection, dan memberina obat..dan nenek itu  makannya juga pakai selang…pekerjaan kamu nanti berat loh!”
“ Saya akan menjalaninya lowse..!”
“ Kalau nenek kamu meninggal apa kamu mau pulang?”
“ Tidak lowse! Saya tidak mau pulang, sebisa mungkin saya harus bertahan sampai kontrak kerja habis! Saya akan meminta pada agensi agar mencarikan saya pekerjaan baru.”
“ Bagus! Saya percaya pada kamu. Silahkan tandatangan disini!”
“ Baik lowse.”
                                                                ***
Pagi berikutnya ia dan teman-teman yang sudah menandatangani rincian pekerjaan, dipanggil untuk menandatangani perjanjian kerja. Setelah 2 hari kemudian mereka barulah pasporan. Hari sabtu pun tiba. HP yang disita, saatnya dibagikan. Kamelia pun menelpon keluarganya untuk memberitahukan bahwa dalam waktu dekat ia akan terbang. Mereka senag karena Kamelia menjalani proses yang cepat diasrama PT DWIPA.
Menjelang tahun baru 2010, para CTKW merencanakan pesta ala kadarnya untuk menyambut pesta kembang api di atas loteng dilantai 4. Diloteng tersebut merupakan tempat strategis untuk menyaksikan kembang apidiseluruh penjuru kota bekasi. Mereka memupul uang  patungan untuk membeli makanan ringan dikantin. Mereka sangat senang akan rencana tersebut. Apalagi sebelumnya mereka telah menyiapkan sebuah drama pertunjukan yang sebelumnya telah mereka siapkan. Namun masalah pun dating menngemparkan para penghuni asrama.
Salah seorang penghuni kamar 3b bernama istikhanah kehilangan uangnya sebesar 1 juta.
“ Saya yakin telah meletakan dompet saya tersebut ditas ini. Tapi setelah saya periksa ternyata tidak ada!” kata istikhanah.
“ Barangkali dompet itu terjatuh saat kamu mengikuti medicalfull?”  tanya salah satu temannya.
“ Iya, saya memang membawa dompet itu saat medicalfull. Tapi setelah itu saya taruh kembali ditas ini! Dompet itu pasti ada yang mencuri!”  jawab Istihanah.
Seorang CTKW yang baru saja datang dari jawa timur, dituduh oleh salah satu teman istikhanah.
“Kalau uang itu memang dicuri, kemungkinan besar pencurinya adalah salah satu orang yang menggantungkan tasnya, bersama tas milik istihanah.” Kata Rinah teman istikhanah.
“ Hanya ada  2 orang yang menggantungkan tasnya bersama tas Istihanah, yaitu mbak Sinta dan anak baru dari jawa timur!” kata yang lain.
“ Cepat panggil anak baru itu!” perintah Rinah.
Akhir tahun 2009, diasrama DWIPA diakhiri dengan ketidaknyamanan. Mereka diperiksa satu persatu.  Namun ternyata tidak ditemukan. Chack bag pun dilakukan! Pemerikasaan selesai pada pukul 22.00 WIB. Tidak ada satupun bukti yang diketemukan. Entah kemana uang tersebut, mungkin memang dicuri atau mungkin jatuh ditempat medical center.
Pukul 23.00 WIB mereka berkumpul. Menyeduh teh atau kopi, dan menikmati snack-snack yang mereka beli, dari uang iuran. Lalu mereka naik ke atas loteng, menunggu pesta kembang api. Detik-detik pergantian tahun baru sangat terasa. Cahaya ada dimana-mana. Apalagi kehadiran bulan purnama diatas ubun-ubun bersinar tak alah indahnya dengan kembang api. Langit pada malam itu putih dan biru tanpa setitikpun mendung.
Memandang kota bekasi dari atas loteng merupakan pemandangan yang tidak biasa. Ia melihat menara-menara suntet, perumahan-perumahan, dan masjid yang besar. Sangat terpesona. Teng..teng… teng…! Jam 24.00 malam. Puncak keindahan kebang api mempesona mata. Kebahagiaannya saat melihat cahaya tak terlukis. Ia dikelilingi oleh gebyar kembang api. Merah, hijau, kuning, ungu. Putih, orange, pink dll. Mewarnai cakrawala. Para CTKW  datang bergerumul untuk menyaksikan kembang api, sehingga tempat tersebut seakan menjadi loket kereta api, saat mengantri membeli karcis.
Dalam gemerlap cahaya itu, Kamelia melihat satu bintang. “ itu adalah Satria!” pikirnya. Satria yang sedang tersenyum padanya. Ia teringat pada saat Satria mengucap janjinya didepan kobaran api unggun dulu. Api yang memberikan cahaya, sebagai lambang cintanya yang membara. Cinta Satria kepada Kamelia indah, seindah kembang api.
Satu bintang dilangit
Bersinar terangi malam
Cahayanya indah
ku simpan dalam hati
Andai waktu yang telah pergi
datang  untukku lagi
Akan ku peluk bahagia.
Namun waktu berjalan lurus
Dan tidak menengok lagi
Biarkan kenangan hidup
dalam jiwaku..
Ia tetap sebagai bintang.

Tanggal 2-september-2009, Kamelia dan temannya terbang. Ia inggalkan tanah air Indonesia, menuju Taiwan negri Formosa. Dalam perjalanan panjang tersebut, hatinya selalu berdo’a semoga kesuksesan ada dalam genggaman tangannya.
 
“ Selamat tinggal ibu sayang.
Selamat tinggal bapak! Aku pamit!
Do’akan anakmu agar dapat membahagiakanmu
sampai aku kembali!”

Tutur Kamelia saat pesawat EVA air lines perlahan menjulang awan. Ia lambaikan tangannya dan menatap lama bandara International Suekarno- Hatta.
“ 3 tahun yang akan datang, kita akan bertemu! Selamat tinggal Indonesia…”


 
FORMOSA
Taiwan adalah Negara yang indah. Tulisan-tulisan china terpang-pang disetiap jalan. Disana, banyak sekali masyarakat Indonesia yang mengadu nasib, banyak pula yang pada akhirnya menikah dengan warga Taiwan. Beberapa Negara selain Indonesia, yang mengirim tenaga kerjanya yaitu, Thailand, Filiphina, Vietnam, dan China. Selain bahasa mandarin yang digunakan oleh masyarakat Taiwan, ada juga bahasa hakka dan bahasa tai. Masyarakat di Taiwan sangat disiplin dalam membuang sampah. Jika ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan, maka mereka tersebut harus membayar denda sbesar 6000 NT atau setara dengan 2,4juta rupiah. Ada kamera cctv yang dipasang disetiap jalan, maupun dirumah-rumah mereka. Jadi dengan kamera cctv tersebut, mereka akan lebih bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Dengan kesadaran diri sendiri mereka akan membuang sampah pada tempatnya. Dan jika tidak ada tempat sampah yang tersedia, maka mereka akan memilih untuk mengantongi sampah-sampah tersebut didalam tas mereka, sampai akhirnya mereka menemukan kotak sampah, atau mungkin juga mereka membawanya pulang.
Terdapat gedung 101 (yi ling yi ), yang pada tahun 2009 masih menyabet gelar sebagai gedung terbesar sedunia, sebelum akhirnya dibangun gedung burj khalifah di Abu dhabi. Gedung yi ling yi merupakan pusat perdagangan barang-barang international. Masyarakat Taiwan sangat bangga karena mempunyai gedung yi ling yi. Apalagi jika tiba pesta tahun baru, atau hari kemerdekaan Taiwan, pemerintah Taiwan akan menyelenggarakan pesta kembang api, yang sangat heboh. Mereka rela merogoh kocek yang tidak sedikit, demi kepuasan masyarakat Taiwan. Mereka akan men-design prihal berapa lama waktu yang berlangsung dan corak kembang api yang seperti apakah? agar membuat masyarakat Taiwan, maupun dunia merasa terpesona? Begitulah Taiwan sangat Indah…
Kamelia menerima babak baru perjuangan dan pengorbanannya. Setelah beberapa hari ia bekerja dirumah majikannya, ia merasa sangat berat melakukan pekerjaan itu. Tanggungjawab pekerjaan yang harus dilakukan secara sempurna merupakan halangan terberat. Bukankah manusia tidak ada yang sempurna? Ia bertanya : “ apakah aku bisa?” dan ia selalu menjawab pertanyaan tersebut bahwa dia akan tetap berjuang. Kamelia hanya ingin berkuliah kelak. Meski sakit rasanya saat teringat ibu-bapaknya, tapi ia bersyukur karena ia tegar!
 Kamelia terbayang akan senyuman memelas ibundanya. Ia terbayang pada masa-masa saat ia sekolah. Ia tidak pernah mengira akan seberat itu meski air mata tidak terhitung tapi cita-cita didalam kalbunya masih mengisi setiap sel-sel diruang tubuhnya. Menopangnya agar ia senantiasa tabah! Andai bukan karena cita-cita yang tinggi, ia tidak akan memilih jalan yang terjal dan berliku itu.
Kini, hampir sebulan ia dirumah majikan. Ia kira semuanya akan baik-baik saja. Ia kira ia mampu untuk tidak menangis. Sudah ia tahan! Tapi ia tidak bisa! Air matanya mengalir tanpa bisa dikompromi. Malam-malam yang begitu singkat, membawanya pada kampung halaman, Pada keluarganya, pada rumahnya, pada teman-temannya, pada tanah airnya. Kerinduannya tak terbendung sudah!.
Kamelia baru saja bangun karena mimpi. Ia bermimpi bersama ibundanya.
“ Ibu!!!” kamelia terbangun. Ia diam merenungi mimpinya. Akan tetapi waktu menunjukan jam 05.30 waktu Taiwan, saatnya untuk memulai pekerjaan.
Inilah saat-saat mengerikan, dari sebuah perjuangan. Segala prahara pun datang mendera, dan seberapa banyak kah air mata yang tumpah, jangan ditanya!.
Saat itu majikannya marah-marah. Sesak rasanya dada, saat ia tahu bahwa dirinya membuat kekeiruan yang menjadikan bossnya tersebut naik pitam. Rasanya luka irisan dan luka bekas karena terjatuh dari tangga, tidak sesakit jika dibandingkan luka sakit hati yang ia terima dari majikannya.ia hanya bersabar.
Awal kemarahan mereka dimulai dari kakek, yang kaus kakinya hilang, ditambah lagi dengan cara mencuci baju yang salah, cara melipat kaus kaki yang asal, dan kamar mandi yang dicuci tidak bersih. Kakek pun marah-marah pada Kmelia yang malang. Ia tatap dengan penuh ketakutan. Mimik wajah kakek yang kesal dan galak membuat kamelia tidak karuan. Apalagi saat kakek tersebut membentaknya, tapi satu hal yang tidak boleh terjadi. Yaitu menangis! Karena menurut orang Taiwan, menangis adalah pembawa sial.
Hari-hari berputar lama. Kamelia tak luput dari marah. Kemarahan yang lain lagi datang dari nyonya dan tuan. Kamelia selalu lupa jika menempatkan barang, cara mencuci sayur yang salah, memasak yang tidak bisa. Lalu Kamelia tanpa sengaja memecahkan piring dan patung Budha. Akh.., semua yang ia kerjakan sangat kacau. Kakek terus menerus memarahinya. Apalagi saat Kamelia merebus obat, yang ternyata gosong. Karena tekanan yang begitu hebat, ia pun menangis juga dihadapan kakek. Meski ia bertahan untuk tidak menangis, namun airmata itu jatuh dengan sendirinya.
“ Ni ceme kungcuo? Hah..” bentak majikannya (bagaimana sih kamu bekerja?)
“ Tuipuci…” kata Kamelia ( maaf )
“Ni kungcuo yau yung dounau! Tong pu tong?” ( bekerja itu harus menggunakan otak! Ngerti tidak? )
“ Tuipuci ” ( maaf )
“ Ni shi pentan! Sakwa! Meo yung!” ( kamu bodoh! Tolol! Tidak berguna!)
“ Tuipuci”
Hanya kata maaf yang bisa ia katakan.ia sangat tertekan!

                                                            ***

Didalam hati Kamelia berjanji, demi nama baik kedua orang tuanya dan kebahagiaan sejati. ia akan berubah. Ia akan belajar banyak  tentang pekerjaannya, ia akan lebih giat!. Hari berikutnya ia membereskan gudang ruang bawah tanah. Ia menemukan sajadah dan majalah islami. Mungkin milik pembantu sebelumnya. Ia pun senang. Malamnya setelah pekerjaan selesai ia mandi, lalu melaksanakan sholat.
Pagi harinya ia membereskan bagian-bagain rumah yang berantakan, termasuk taman bunga. Jam satu siang, saat jam makan siang. Ia malah keluar rumah untuk membersihka rumput-rumput liar hingga tama bunga menjadi sedap dipandang. Ada sedikit bahagia saat kakeknya mengajaknya bicara dan menyuuhnya makan.
“ Lia.., lai zhefan..” ( Lia mari makan! ) kata kakek.
Saat mencabuti rumput ia terharu. Ada semangat baru yang datang, saat ia sadar kalau kakeknya kini bersikap baik. Dengan kedua tangannya ia cabuti rumput, air mata berderai…
                                                 ***
2 hari berlalu. Kakek marah lagi padanya. Karena sampah-sampah rumput yang ia taruh didepan rumah lupa ia buang.
Kakek berbicara keras dengan anak lelakinya, yang merupakan majikanku..:                     
“ Wo puyau tha! Wo pusihuan tha! “ ( saya tidak mau dia! Saya tidak suka dengannya! )
Dari balik tembok dapur, Kamelia mendengarkan percakapan mereka. Jantungnya berdetak kencang. Ia takut jika kakek akan memulangkannya ke Indonesia.
“ Ya Allah hamba mohon kuatkan hamba. Izinkan hamba bekerja dengan lancar disini! “
Kamelia ingin berteriak. Tekanan-tekanan yang dialaminya hampir saja  membuatnya mati berdiri! Ingin sekali ia ke pantai, disana ia bebas untuk meluapkan segala emosinya. Karena dipantai, hanya ada angin dan ombak yang bisa diam mendengarkan keluh kesahnya.
Setiap malam, ia mengadukan semua resah hanya pada Allah. Ia telah menyerahkan semuanya! Karena hanya Allah yang menguasai tas dirinya, kesuksesannya, hidup ,dan matinya .
“ Jika ingin menggapai kesuksesan, jangan takut lelah! Karena kesuksesan diraih oleh orang-orang yang bekerja keras.don,t be afraid  with tiredness!” Kata dr Mila padanya dulu.
Setelah itu Kamelia giat bekerja. Ia peraiki kesalahan-kesalahannya. Akhirnya dikit demi sedikit ia terbiasa dengan pekerjaannya.
Hanya 2 bulan ia bekerja dirumah besar tersebut. Agencynya datang memeriksa pekerjaannya. Tidak disangka ternyata kakek tidak pernah menyukai pekerjaan Kamelia. Kemudian Kamelia dibawa ke rumah agency. Ia hanya menurut, karena mungkin itulah yang terbaik. Ia membereskan barang-barangnya  pada ransel, lalu ia menuju mobil eksekusi.
“ Akong, siensen.., rukou wo caule, wo tuipuci ni men! Xie-xie ni tui wo…zaician “ ( kakek, tuan..,  jika saya ada salah maafkan saya. Sampai jumpa.) ucap Kamelia saat hendak pergi.
Didalam mobil agencynya memarahinya.
“ Bosmu bilang kalau kamu tidak bisa masak! Apa dirumahmu tidak pernah masak? Berapa sebenarnya usia kamu?” tanya lowse dengan nada keras.
“ Usia saya 18 tahun lowse…”
“ Apa kamu baru saja lulus SMA?”
“ Benar lowse.”
“ Saya akan pulangkan kamu ke Indonesia! Kamu mau?” lowse mengancam.
“ Tidak lowse! Jangan! Saya mohon jangan pulangkan saya pada Indonesia lowse! Saya akan belajar dan bekerja keras! Berikan saya kesempatan yang kedua, kasihanilah kedua orang tua saya yang mengharapkan saya sebagai tulang punggung!”
“ Oke. Saya beri kamu kesempatan! Dengan syarat kamu harus bisa masak. Dirumah agency nanti kamu harus belajar masak sama mba Ami!”
“ Baik lowse. Terimakasih…”
Kamelia pun ditraining selama 1 minggu, dirumah agency. Ia belajar memasak, mencuci kamar mandi, dan belajar mandarin. Setelah ia bisa, lowsenya datang dan membawanya kerumah majikannya yang baru. Mereka menaiki kereta dari station kereta api Taicung, sampai ke station Taoyuan. Sesampainya disana, agency yang baru menjemputnya. Lalu mengantar mereka ke rumah majikan yang baru.
Rumah majikannya yang baru terletak diantara sawah dan ladang. Rumahnya bertingkat 4. Ia mengurus seorang nenek berusia 70 tahun, yang masih bisa berjalan dan secara fisikly masih sehat. Hanya saja beliau lupa ingatan atau pikun. Kamelia tinggal bersama kakek, nenek, dan anaknya yang masih belum menikah. Dirumah tersebutlah Kamelia merasa tenang. Dengan tekun kakeknya mengajarinya memasak. Kamelia dianggap sebagai bagian keluarganya sendiri. Ia selalu dibawa oleh mereka pergi jalan-jalan. Kakek yang sekarang dijaganya masih terlihat gagah, ia bisa menyetir, dan suka memancing ikan yang sekarang dijaganya masih terlihat gagah, ia bisa menyetir, dan suka memancing ikan. Betapa senangnya Kamelia bekerja bersama mereka.
Aku akan hidup dengan perempuan tua disisiku
Usianya 70 tahun
Bersamanya lebih dari 1000 hari
Mentari dan bulan yang jadi saksi
Meninabobokan kesepianku
Nenek ku yang ku cinta
Tubuhnya tidak mengenal luka
Selalu mengumbar senyum
Memperlihatlkan deretan gigi palsunya
Nenek dengan masa lalu kelam
Terlentang dengan mimpi indah

.
Dendam
Malam itu di Taiwan hujan deras. Angin berhembus kencang dari jendela yang terbuka. Tirai berterbangan menciptakan bunyi seperti benda jatuh. Suara jangkrik menambah kelam. Kamelia terbangun dari tidurnya. Sedangkan amah yang tidur disampingnya, lelap memeluk selimut. Kamelia beranjak menutup jendela, lalu memandang keluar. Waktu sudah menunjukan pukul 22.24  waktu Taiwan. Ia tidak bisa tidur lagi. Kamelia lalu mengambil buku dan pena, yang senantiasa ia taruh dibawah bantal. Ia menulis dalam temeram malam. Matanya sangat jeli, meski hanya lampu kecil yang menerangi. Selama ini, hanya dengan menulis ia dapat menghibur diri. Selain itu, ia tidak mempunyai lagi teman. Menulis baginya merupakan aktivitas yang harus dilakukan, sebelum ia beranjak tidur. Seperti menulis dibuku diary.., cerita pendek, puisi, maupun tulisan non fiksi lainnya.
Karya-karya tulisannya sudah terpang-pang dimajalah-majalah yang ada diTaiwan. Nama  Kamelia sudah tidak asing lagi bagi mereka, yang berlangganan majalah. Tangannya begitu ajaib, ia dapat menciptakan  ratusan kata-kata dalam beberapa menit. Kelak ia harap dapat menerbitkan karya-karyanya sendiri setelah ia kembali ke Indonesia.
Jam 01.00 waktu Taiwan, ia berhenti menulis. Ia mengambil handphonenya dari lemari, rupanya ada SMS yang terkirim sejak jam 17.00 sore.
“ Hai Mel apa kabar? Lagi ngapain nih? Oh ya saya mau kasih tahu kamu kalau besok Yosi akan menikah.” SMS Candra.
Petir, halilintar menyambar! Langit terang dalam sekejap. Hatinya panas. Matanya sengit membayangkan hari pernikahan mereka. Kamelia sadar, dulu matanya telah buta memilih Yosi sebagai kekasihnya, sampai membuatnya terluka. Matanya merah, menangis karena dendam. Yosi menikah dengan Angelia.

                                                                            ***
Pagi setelah ia membuat bubur untuk sarapan akong dan amahnya, ia pun mencuci baju dengan tangan. Menyapu, mengepel, dan beres-beres. Kemudian ia basuh wajahnya. Ia memperhatikan wajah yang tergores luka tersebut. Bekas luka hitam akibat siraman alkohol. Ia mengelus wajah ayunya, dan mencermatinya. Kemudian, ia merias dirinya dengan alat-alat make-up seadanya, dan pakaian baru pemberian akong. Ia gerai rabut hitam panjangnya, memakai anting-anting, dan gelang. Sehingga ia terlihat anggun. Kamelia melenggang didepan kaca, tiba-tiba akong datang dan menyaksikan tingkah Kamelia.
“ Kamelia.., ni zai kamma?” tanya akong. ( kamelia, kamu sedang apa? )
  “ Hehehe…” Kamelia merasa malu.
“ Ni cuan ceyang hau pyoliang o…” (kamu pakai seperti ini sangat cantik!”)
“Akong, ceke ifu wo hau shuan!” ( akong, baju ini aku sanggat suka!)
“ Ni gausin jiu haule!” ( baguslah kalau kamu senang! )
“ Xie-xie ni akong, ni tui wo name hau…” ( terimakasih kek, betapa baiknya dirimu padaku!)
Kemudian akong memberinya sebuah ide.
“ Wo gey ni ciang.., ceke.., he-he te..” ( saya kasih tau kamu, ini.., hitam-hitam ini… )” rukuo ceke he-he te pu zai te hua, ni ke yi zai pyoliang!” ( jika hitam-hitam ini tidak ada diwaja kamu, kamu bisa menjadi sangat cantik!) kata kakek.
“ Na cenme pan?” ( terus harus bagaimana?)
“ Wo xiang dai ni ci khan yisen, hau pu hau?” ( saya ingin bawa kamu ke dokter!)
“ Shi cente ma?” Kamelia bahagia. (benarkah?)
   Shi centelah!” ( ya benar! )
Siang itu juga kakek membawa Kamelia periksa ke dokter kulit, dirumah sakit terbesar daerah Touyuan.. Wajah kamelia diperiksa oleh dokter perempuan yang berkulit mulus. Disana Kamelia menjalani serangkaian proses instan, untuk menghilangkan bekas luka tersebut dengan menggunakan alat canggih dan modern. Sehingga dalam sekejap saja, hasil tersebut mulai terlihat.
Akong dan amah menunggunya diruang tunggu. Akong menyuapi amah dengan sepotong roti yang sengaja dibawanya dari rumah. Setelah lama menunggu. Kamelia keluar dengan perubahan yang signifikan. Meski masih ada bekas kemerahan, namun itu hanya untuk sementara. Kamelia masih harus menjalani pemeriksaan selama beberapa hari. Kamelia cantik seperti     sedia kala!.
                                                                         ***
Di Indonesia, Yosi dan Angela melaksanakan pesta pernikahan. Angela terlihat sangat memukau. Ia mengenakan gaun putih pengantin, rambutnya bersanggul, dan ada assesories bunga-bunga yang indah seperti permata. Matanya pun tersenyum sangat bahagia pada seluruh undangan. Begitu pun pada Yosi, yang juga bahagia..
Candra dan Sonia menghadiri pesta pernikahan mereka. Sonia memakai gaun merah jambu bertali dipinggangnya, begitu cantik jelita. Apalagi jika ia tersenyum. Lesung pipit diwajahnya mempermanis dirinya. Rambut Sonia yang panjang bergelombang ia biarkan tergerai. Candra tidak pernah melihat kecantikan itu sebelumnya. Dari sebelah, disisi tirai.., Candra menyaksikan Sonia yang sedang bersalaman dengan mempelai. Candra memandangnya tak jemu-jemu. Dia jatuh cinta.
Sonia kemudian mengambil segelas orange jus dan beberapa potong kue di piring kecil, lalu menyantapnya. Ia duduk dibangk kosong sendirian. Dengan gesit Candra pun mengikutinya, Candra menutup mata Sonia.
“ Tebak siapa ini?” ucap Candra.
“ Siapa ini?” tanya Sonia. Aroma casablanca diciumnya. Ia pun segera tahu.
“ Aku tahu ini saiapa!” kata Sonia percaya diri. Padahal Sonia hanya menjebak Candra agar dia berbicara. Karena dengan berbicara ia dapat mengenali suaranya.
“ Emangnya kamu tahu aku siapa? Tebak siapa aku?”
 Sonia pun berhasil. Suara itu sangat tidak  asing baginya. Ya, dia Candra,
“ Candra!!!” ucap Sonia.
Mereka pun tertawa.
“ Kok kamu bisa tahu sih,Sonia?”
“ Siapa sih yang nggak tahu suaranya Afgan?”
“ Ngejek atau muji nih?”
“ Maunya apa?” Sonia tersenyum. Lalu Sonia keluar ruangan, sambil membawa segelas orange jus yang masih belum habis. Candra mengikutinya. Mereka duduk berdua. Saat itu bulan sabit ikut menemani keduanya. Mereka saling bercerita dan berbagi. Tidak pernah sebelumnya mereka sedekat itu. Bagai sepasang merpati yang sedang bercinta diatas dahan. Kelembutan malam membawa damai dihat mereka. Alangkah indahnya insane yang dimabuk cinta.
Gerimis rintik-rintik lalu datang. Semakin lama bertambah besar. Para undangan beranjak memasuki gedung. Sonia hendak berlari meninggalkan tempat tersebut menuju gedung.
“ ayu kita masuk! Hujan makin deras!” ajak Sonia. Ia menjinjing gaunnya.
“ apa kamu takut hujan?” tanya Candra yang terlihat gagah malam itu. Sonia mengangguk pelan.
“ Kenapa?” tanya Candra lagi.
“ Dingin!” ucap Sonia terbata. Candra lalu memeluknya. Sonia diam mematung. Hujan membasahi keduanya. Suasana dalam gedung begitu ramai, namun tidak ada yang lebih indah, daripada apa yang mereka rasa. Candra melepas pelukannya perlahan, memegang bahunya, dan berkata :
“ Aku cinta kamu. Sonia! “
Sonia tersenyum. Ia ingin membalas kata-kata, yang sejak dulu dinantikannya itu. Namun Candra terlebih dulu mendaratkan bibirnya pada bibir tipis Sonia.
Bunga-bunga musim semi bermekaran. Warna indah pelangi terlukis dimasing-masing jiwa mereka. Maha cinta telah menyapa. Sonia amat bahagia. ia pun memeluk tubuh Candra yang gagah itu. Penantian pun berakhir.
                                                            ***
Di diarynya Kamelia menulis:
“ Akan ku buat kau tahu betapa perihnya ditinggalkan, sayang!. Sakit hatiku ini sudah lama terjadi, sejak aku jadi kekasihmu. Bekas luka terlalu dalam untuk bisa sembuh. Bagaimana jika aku ingin agar kamu merasakan luka itu? Merasakannya seperti aku yang teraniyaya!. Saat aku menangis adakah kau datAng menghapus air mataku? Mana sudi?! Aku mati  pun, kau tidak peduli. Jangan salahkan akuu jika suatu hari kau mendapatkan karma.”

Itu adalah sebuah janji atas luka dihatinya, sampai hidupnya berubah! Bila saja waktu itu Yosi tidak menghianati janjinya, mungkin hidup kamelia akan baik-baik saja. Ia tidak akan mungkin masuk rumah sakit jiwa, dan ibunya pun tidak akan mengalami pendarahan. Kamelia sangat kecewa akan masa lalunya bersama Yosi!.
Waktu berputar. Impian kamelia yaitu ingin menjadi bidan. Dulu, ibunya pernah bercerita bahwa impiannya adalah menjadi bidan. Oleh karena itu, Kamelia ingin menjadi bidan. Untuk meneruskan cita-cita ibnya. Ia hanya ingin melihat senyum bahagia dan bangga dimata sendu itu. Ingin sekali!. Sebab ibunya gagal menjadi bidan, yaitu karena neneknya pada saat itu melarang ibunya, untuk meneruskan pendidikannya. Karena mereka telah menjodohkan ibunya dengan seorang pria, yang tidak dicintainya. Pada hari pernikahan itu, ibunya kabur dari rumah ke rumah bibinya di Jakarta. Apa boleh buat, perjodohan pun gagal total. Sampai akhirnya ibunya tersebut bertemu dengan ayahnya, mereka pun menikah.
 Ia tersenyum mengingat cerita ibunya. Ia mencintai ibunya seperti ia mencintai surga. Dan ia pun teringat dengan ayahnya tercinta, yang selalu memanjakannya sewaktu ia kecil. Sampai sekarang ia masih bermanja-manja dengan kedua orang tuany. Meski ia kini telah mempunyai tiga adik.
“ Hallo, assalamualaikum bu.., pak..”
“ Walaikumsalam Mel.”
“ Bu, bagaimana kabar semuanya?”
“ Semuanya dalam keadaan sehat! Kamu sendiri bagaimana Mel? ”
“ Ya Melia juga baik bu! Oh ya bu, bulan lalu uang 50 juta yang Melia kirim, apa sudah dibelikan tanah?”
“ Udah Mel. Tanahnya ibu Tanami buah-buahan. 3 baris untuk pohon mangga, 2 baris untuk pohon sawo, dan 1 baris untuk jambu air.”
“ Benarkah bu? Kamelia sangat senang mendengarnya! Nanti kalau sudah memetik hasilnya, kita bagikan pada kerabat dekat terlebih dahulu ya bu, setahun kemudian hasilnya untuk kita jual!”
“ Oh ya bu, 4 bulan lagi kamelia pulang. Aku pengen meneruskan pendidikan bu. Mel ingin menjadi bidan! Do’a kan agar segala sesuatunya berjalan lancar bu. Semoga apa yang Mel cita-citakan akan tercapai!”
“ Amin Mel. Do’a ibu selalu menyertaimu na!”
Hari yang dinantikan pun tiba. Kamelia diantar oleh bosnya menyinggahi outlet-outlet terdekat. outlet penjual baju, sepatu, tas, dll. Disisi jalan kakek sedang memarkirkan mobilnya.dari kaca jendela mobil, Kamelia memandang keluar. Matanya menatap outlet bergambar 3 buah bunga edelwis. Ia jadi ingat pada Satra.
“ Satria..?” lirihnya. Ia memutuskan untuk membeli beberapa baju dioutlet tersebut.
Gaun berwarna putih menyita perhatiannya. Ia pun membeli gaun itu. Gajinya selama satu bulan telah habis, termasuk membeli sebuah laptop seharga 14.000 NT.
                                                            ***
“ Amah, akong.., mingtian wo yau hui jia le.” ( nenek, kakek..,besok saya akan pulang) Ucap Kamelia pada kedua orang tua yang sangat mencintainya tersebut.
“ Ni te jia zai inni ma?”( apakah rumahmu di Indonesia?) tanya amah, pikun.
“ Shi.wo shi inni ren.  Ni yau gen wo ici hui ci ma? Yau ma? “( ya. saya adalah orang Indonesia. Apakah kamu ingin ikut dengan saya ke Indonesia? Mau? )
“ dangran yau a..! dai wo ci inni hau pu hau?” ( jelas saja saya mau! Bawalah saya ke Indonesia!)
“ Hau a! ni yau khan wo jie fen ma?” ( baik. Apakah kamu ingin menyaksikan acara pernikahanku?)
“ Ni te nan pengyo puse setiau ma?”( bukankah kekasihmu sudah meninggal?)
Rupanya amah mengingat semua cerita-cerita Kamelia selama ini. Amah adalah pendengar cerita yang setia. Hanya pada amah lah kamelia mengadukan segenap perasaannya. Kamelia sangat mencintai amah. Saat ia menangis, bahagia,tertawa, mengeluh! Ia curahkan pada amah. Kamelia diam sejenak, bingung harus berkata ap lagi pada amah.
“ meo kuan si! Wo te nan pengyo hai zai wo te sin li. Ta yongyen- yongyen shi wo te hau hui yi.” ( tidak apa-apa! Kekasih saya masih tetap mengisi ruang hati saya yang terdalam. Dia selamanya adalah kisah masa lalu indahku ) 
Setelah percakapan tersebut amah tertidur. Rasa kantuk menghinggapi dirinya. Kamelia pun mencium kening amah, sambil mengucapkan ‘’ wan an ‘’ pada amah.., ia pun tersenyum. Kamelia pun tertidur. Mereka mengarungi malam terakhir dengan tidur nyenyak.
                                                             ***
Paginya, kamelia  sudah siap. Barang-barang yang akan dibawanya ia letakan dilantai satu. Ia memasak bubur terakhir kali untuk sarapan mereka. Beberapa saat kemudian agency datang menjemput Kamelia. Ia berpelukan dengan akong dan amah. Sedih rasanya meninggalkan mereka, tapi apa boleh buat Kamelia harus kembali.
Air mata perpisahan menggenang. Ada sedih dan bahagia, sedih karena meninggalkan akong dan amah, bahagia karena akan bertemu dengan keluarga tercinta. Inilah 3 tahun yang dinantikannya selama ini. 3 tahun yang berisi rencana-rencana masa depannya!. Kamelia pun meninggalkan mereka. Dari kaca belakang mobil, amah melambaikan tangannya pada Kamelia. Mereka mengenang detik-detik indah didalam memorinya.
“ Zai cian amah! Zai cian akong! Xie-xie dui wo name hau. Wo ai ni…” ( selamat tinggal amah, selamat tinggal akong! Terimakasih telah memperlakukan aku dengan baik. Aku sayang padamu..)


INDONESIA
Bandara International Taoyuan adalah tempat terakhir yang ia lihat di republik china itu. 3 tahun sudah derita perpisahan, saat nya ia kembali dengan membawa segenggam bintang-bintang ditangannya. Pesawat EVA AIR LINES mengantarnya kembali pulang.
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebanggaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu..

 Lagu kebangsaan tersebut ia dendangkan lirih dalam hatinya…
Kamelia duduk sambil memandangi awan-awan yang melayang. Pikirannya melayang tentang pertemuan nanti. Pramugari pun datang memberikannya headseat. Kamelia pun mendengarkan siaran radio Taiwan. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Jolin ( chang yi lin, Taiwan multy  talented actress ), menjadi lagu terakhir yang mengiringi kepulangannya. Sesaat kemudian pramugari pun datang lagi, untuk menawarkan minuman.
“ Do you want to get drink?” tanya pramugari.
“ Yes. Please give me a cup of tea! “ pinta kamelia.
“Ok. “
“ Thanks..”
Kamelia memperhatikan pramugari tersebut. Ia membaca nama yang tertera dipapan namanya.’’ LI AI MEI ” ucap Kamelia. Ia jadi teringat dengan akong, yang telah mengajarinya baca-tulis huruf mandarin. Belum pun sehari mereka berpisah, hatinya merasa rindu. Namun rindunya pada keluarga tak terkira besarnya.
Setelah meminum segelas teh yang diberikan pramugari tersebut, ia tertidur. Dua jam kemudian pramugari itu datang lagi membawakan makan siang. Kamelia pun terbangun. Setelah makan siang, tak terasa pesawat telah sampai di Indonesia.
“ my family.., I’m comeback!” ucap Kamelia. Pesawat pun mendarat. Ia melangkah menuju ruang bandara. Alhamdulilah ia mampu melewati hari-hari terberat itu.
Sementara itu, beberapa anggota keluarganya menunggunya dimobil. Sudah 2 jam mereka menunggu. Mereka berangkat pukul 09.00 pagi, sampai bandara pukul 12.00 siang. Jam 14.00 pesawat mendarat. Ayah dan pamannya memasuki bandara, menuju tempat para penumpang pesawat. Keluarganya yang lain, yang ikut serta menjemput kamelia yaitu nenek, bibinya, adiknya, dan keponakannya. Sementara ibunya hanya dirumah bersama adik terkecilnya.
Kamelia mencari-cari ratusan orang yang menjemput. Dari jauh ayahnya melihat Kamelia, ia pun melambaikan tangannya. Kamelia menangkap lambaian itu, ia pun menangkap lambaian tersebut. Lalu berlari kearah ayah tercintanya. Air mata haru dan bahagia menyirami pipi mereka.` pertemuan yang indah yang selalu mereka dambakan.
                                                                        ***
 Pamannya yang menyetir mobil. Didalam mobil, Kamelia banyak bercerita. Adik perempuannya menangis karena rindu yang sampai. Ia memeluk Kamelia hingga tertidur. Saat mereka sedang asyik bercerita, rem mobilnya tiba-tiba ngeblong. Pamannya sangat panik. Mobil tersebut tidak bisa direm dan dihentikan. Apalagi ada mobil truk dari arah depannya. Semua yang ada didalam mobil menjerit. Akhirnya, pamannya tersebut membelokan mobil kearah kiri. Ia menabrak papan iklan. Untungnya mereka semua selamat. Meski kamelia dan pamannya luka-luka.
Dirumah, Denis yang baru saja berumur 3 tahun memecahkan gelas saat ia hendak minum. Ibunya panik. Denis terkena pecahan kaca sehingga kakinya terluka. Ibunya mengambil betadin untuk mengolisi luka tersebut.
“ Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya ibunya.
“ Tidak tau ibu..” ucap Denis dengan polos. Meski pun kakinya sedikit luka, namun ia tidak menangis.
“ Sakit tidak na?” tanya ibunya lagi.
“ Tidak ibu. Denis tidak sakit..”
                                                                        ***
Dikontak telepon milik Kamelia hanya ada nomer HP Sahrul yang bisa ia mintai bantuan. Ia pun menghubunginya.
“ Assalamualaikum…” sapa Kamelia.
“ Walaikumsalam. Maaf ini siapa?” tanya Sahrul.
“ Sahrul ini Kamelia…”
“ Oh kamu Mel? Kamu dimana Mel?”
“ Aku baru saja pulang dari Taiwan. Tapi kami mendapat musibah, mobil yang kami naiki menabrak papan reklame. Aku butuh pertolonganmu Rul…!”
“ Baik Mel. Saya akan segera datang. kamu SMS in aja ya alamatnya…”
Sahrul bergegas menemui mereka. Dalam perjalanan menuju tempat kecelakaan, ia menelpon teman-teman anggota grup bandnya.
“ Bro, maaf saya tidak bisa ikut latihan hari ini. Saudara saya mendapat kecelakaan, saya harus segera menolongnya!” kata Sahrul.
“ Tapi kan hari ini kan gladi bersih? Besok kita mentas bro!” sanggah temannya
“ Gini aja deh, gimana kalau sore atau malam aja latihannya? Please mengerti keadaan saya?” sahrul memohon.
“ Ok deh bro! semoga saudara kamu tidak apa-apa!”
Sesampainya Sahrul ditempat tujuan. Ia pun membawa mereka ke rumah sakit terdekat, untuk menjalani pengobatan. Mobil paman yang mengalami kerusakan diderek ke sebuah bengkel.
Saat berada dirumah sakit, kamelia ditangani oleh seorang dokter muda bernama dokter Gio. Dr. Gio merupakan dokter muda lulusan terbaik dari universitas ternama. Dr. Gio sangat tampan dan bijaksana. Seluruh suster yang berada dirumah sakit tersebut, mengidolakan dr. Gio. Saat pertama kali Kamelia berhadapan dengan Dr. Gio, ia begitu canggung.
“ Kecelakaan dimana mba?” tanya Dr. Gio sambil membalut luka Kamelia.
“ Didaerah bekasi dok!” jawab kamelia.
“ Bagaimana bisa terjadi?” tanya Dr. Gio lagi.
“ Tidak tahu kenapa rem mobilnya tiba-tiba ngeblong..! untung saja paman sangat pandai menyetir, sehingga beliau dapat menyelamatkan kami semua. Walau pun aku dan paman luka-luka!” cerita Kamelia.
Setelah pengobatan selesai. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Pertemuan Kamelia dengan Dr. Gio hanya sebatas pasien dan dokter.
Namun:
Bila ada sumur diladang
Bolehkah mereka menumpang mandi
Jika ada umur yang panjang
Bolehkah Gio dan Kamelia bertemu lagi


 
KULIAH




Rumahnya masih sama seperti yang dulu, sangat sederhana. Didepan rumahnya ada 3 buah pohon mangga yang sedang berbuah. Ada satu hal yang berbeda disana, yaitu kehadiran adiknya, bernama Dimas berumur 3 tahun. Kebahagiaan dan keceriaan bertambah meriah dirumah yang telah ia tinggalkan selama 3 tahun.
2 minggu sudah, ia berada dirumah. Ia pun menjalankan rencananya, yaitu untuk mengikuti bimbingan belajar dibandung selama 1,5 bulan. Bimbel bertujuan untuk mengingatkannya kembalin pada pelajaran-pelajaran semasa SMAnya. Kamelia berniat untuk melanjutkan pendidikannya diuniversitas terbaik sesuai apa yang ia impikan. Setidaknya, tahapan-tahapan untuk meraih mimpinya masih ia hadapi. Jalan berliku yang berduri telah sanggup ia hadapi. Kamelia berhasil menjadi batu karang, yang tegar menghadapi badai dilautan.
Kamelia pun pamit pada keluarganya, untuk pergi ke bandung mengikuti bimbel, Dan juga mengikuti pendaftaran masuk kuliah. Antara di Bandung atau Jakarta  ia akan melenjutkan studynya.
                                                            ***
Siang dan malam Kamelia tidak mengenal waktu untuk belajar. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Keringat dingin mengucur dipelipisnya. Kerja keras baginya sudah menjadi hal yang biasa. Kamelia pun tak lupa untuk selalu berdo’a agar harapan dan impiannya dikabulkan oleh sang maha kuasa. Rasa optimisme tumbuh berakar dihatinya, ia yakin ia akan menggapai kesuksesan. Karena ia telah berjuang dan bekerja keras untuk harapan itu. Amin.
 Tibalah saatnya ia mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi negri. Setiap hari dan setiap waktu, ia berusaha mengoptimalkan tujuannya. Ia sangat teliti dan berhati-hati dalam menjawab setiap pertanyaan. Ia berusaha menjadi yang sempurna! Akhirnya, sinar terang dating menyapa kehidupan baru kamelia…
 Disaat itu, ia membuka laptopnya. Ia mencari daftar nama-nama yang telah lulus seleksi diuniversitas tersebut. Tak disangka, namanya muncul dibarisan 5 besar sebagai salah satu calon mahasiswa disana, disalah satu universitas di Jakarta. “ akh..! “  ia pun menjerit kegirangan. Sujud syukur ia panjatkan atas kehadirat Ilai-robby. “ terimakasih banyak ya Allah…”. Lantas kamelia menelpon kedua orang tuanya, mengabarkan berita bahagia tersebut.
Tugas awalnya selesai dalam menempuh ujian pendaftaran masuk kuliah. lalu ia pun memutuskan untuk kembali ke Indramayu. Kini fokusnya yaitu agar nanti kuliah dengan baik.  Kameliapun pulang.
Kamelia pulang diantar oleh Sahrul. Mereka bertemu, saat Sahrul baru saja pulang menjemput kekasihnya, bernama Safira. Sahrul pun mengenalkan kekasinya pada Kamelia. Selama dalam perjalanan tersebut, mereka berbagi cerita. Kemudia Kamelia menuturkan prihal rencananya untuk menerbitkan novelnya.
“ Rul, kamu tahu tidak bagaimana caranya menerbitkan sebuah buku?” tanya kamelia.
“ Apa kamu mau menulis buku Mel?”
“Aku punya sebuah novel, yang telah aku tulis sewaktu di Taiwan”
“ Aku boleh baca dulu nggak novel kamu Mel? Aku harus jadi orang pertama yang baca buku kamu Mel! Hahaha…”
“Ah itu mah gampang! Tapi kamu tahu nggak bagaimana caranya?”
“Susah-susah banget sih mikirnya! Bokapnya Safira kan bekerja diagency penerbitan. Kamu kasih liat aja karya kamu padanya, siapa tahu bisa diterbitkan…”
“Benarkah? Aku beruntung sekali punya sahabat kamu Rul. Kamu selalu menolongku! Ini aku serahkan flashdiskku, disitu tulisanku!”
“ Bener nih aku pembaca pertama?”
“ Mengapa tidak?”
Lalu Kamelia pun sampai dirumahnya. Ia berkumpul lagi dengan anggota keluarganya. Adik-adiknya menyambutnya dengan bahagia. Sahrul ikut bahagia menyaksikan kehangatan yang terjalin bersama keluarga Kamelia. Sejak kecil ayahnya telah meninggal. Sahrul hanya di besarkan oleh ibunya, yang merupakan seorang pagawai bank. Kakak perempuannya yang bekerja sebagai dokter, disibukan dengan pekerjaannya. Pantas jika Sahrul merasa hidupnya kesepian, apalagi sejak Sahrul pindah ke Jakarta.
            Kehidupan materi bagi Sahrul bukanlah persoalan, namun kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan materi. Makanya ia senang sekali jika berkumpul dengan anggota keluarga Kamelia. Ia merasakan kebahagiaan yang tidak bisa didapatkannya pada keluarganya. Malampun larut, saatnya Sahrul untuk pamit pada mereka. Ia pasti akan segera kembali untuk menemulan kebahagiaan itu lagi..,
Pagi hari.
kokok ayam menyambut matahari. Embun pagi membasahi bunga-bunga dihalaman rumahnya. Hari yang indah. Ia menggeliat, seperti ulat yang menjadi kepong-pong. Matanya sayup-sayup karena sinar matahari yang memantul. Kamelia lalu beranjak menyibak tirai dijendela, merasakan segar yang menghangatkan jiwa dan raga. Kedua adiknya dating mengetuk pintu :
“ Teteh… buka! Tok..tok..tok!”
“ Napa de?”
“ Kata ibu sarapan dulu!”
Kamelia membuka pintu kamarnya. Ia peluk kedua adik tercintanya. Sedangkan adik yang terbesarnya,  sudah berangkat ke sekolah. Namanya Farhan. Dia sudah kelas 3 SLTP. Farhan pemalu dan jarang bicara.
Kamelia menggendong adik terkecilnya. Sedangkan adik perempuannya mengikutinya dari belakang. Mereka bertiga pun menikmati sarapan pagi bersama-sama. Ibunya sedang pergi membeli sayur-mayur untuk lauk nanti siang, dan ayahnya masih tidur.
Setelah sarapan, Kamelia beranjak mandi setelah ia sudah mencuci piring dan memandikan kedua adiknya. Kamelia merias dirinya dengan tampak anggun dan menawan hati. Rambutnya ia gerai. Pita rambut berwarna merah ia cepitkan diponinya. Matanya ia pakaikan maskara, eye lener, dan eye shadow. Sedangkan wajahnya hanya ia poleskan cream pelembab dan sedikit alas bedak. Sudah itu saja. Ia tidak suka dengan dandanan yang berlebihan. Cukup area matanya saja yang menjadi perhatian, karena ia menyukai matanya!. Semua yang berbau natural ia suka, olehkarena itulah kamelia berdandan senatural mungkin namun berarti. Ia sangat cantik dan anggun.
Tiba-tiba Sonia datang. Ia kaget melihat betapa cantiknya Kamelia. Sonia menyaksikan kalau bekas luka hitam diwajah kamelia telah hilang, malah sekarang kulit wajahnya sangat halus dan indah. Kamelia bagai kan bidadari yang turun dari surga. Inner beautynya kian terpancar, Sonia mengagumia cantiknya.
“ Mel, sungguh kamu cantik banget. Aku terpesona liat kamu!” puji Sonia.
“ Ah bisa aja kamu Son. Kamu juga sangat cantik! Oh ya, katanya kamu kerja dijakarta ya?” tanya Kamelia.
“ Iyah. Aku baru aja pulang. Aku dikasih tahu sama bibi kalau kamu sudah pulang!”
“ Aku kerja dipabrik sepatu, didaerah tangerang…”
“ Katanya kamu sudah jadian sama kak Candra ya? Cihuy gimana ceritanya sih?”
“ Ceritanya panjaaaang banget..! Kapan-kapan aku certain deh! Sekarang aku mau kangen-kangenan dulu sama kamu Mel! Hahaha…”
“ Iya deh! Hehehe.ngomong-ngomong, kak Candra sekarang  kerja dimana?”
“ Kerja di rumah sakit PMC. Dia sudah jadi PNS tahun lalu..”
“ Wah hebat ya dia?! Oh ya, mau nggak kamu temani aku ke makam Satria…?”
“ Kamu masih ingat saja ya?”
Lalu terdengar suara dering handphone Kamelia. Rupanya dari teguh.
“ Assalamualaikum Mel..”
“ Walaikumsalam…, “
“ Ada kabar baik buat kamu Mel…”
“ Oh ya? apa itu Rul, cepat kasih tahu?!”
“Aku udah kasihkan flashdisk itu ke om Teguh. OM Teguh merupakan ayah dari Safira, kekasih saya. Lusa kamu ada waktu nggak? Beliau ingin bertemu denganmu untuk membicarakan buku yang kamu tulis!”
“ Oh  tentu ada Rul! Saya siap bertemu om Teguh!”
“ Ya udah entar saya jemput kamu disetation bus ya?”
“ Ok. Makasih banyak ya Rul!”
“ Iya sama-sama.bye…”
Mendapat kabar baik dari Sahrul, hatinya sangat bahagia. Kamelia tiada hentinya mengucap sujud syukur. Sonia yang sedari tadi memperhatikannya tak mengerti alasan mengapa kamelia tampak senang?
“ Ada apa Mel?” tanya Sonia bingung.
 “ Sonia tahkah kamu? Lusa aku akan bertemu dangan om Teguh.”
“ Siapa om Teguh itu Mel?”
‘‘ Beliau seorang wartawan, namun sekarang beliau telah menjadi seorang pengedit naskah buku-buku yang akan diterbitkan. Om Teguh Insyaallah akan banyak membantuku, dalam menerbitkan karya-karya tulisanku yang selama ini aku tulis, saat masih diTaiwan.”
“ Wah benarkah? Bentar lagi namamu tertulis Diana-mana Mel? Diberbagai stand-stand toko buku dan perpustakaan? Jangan lupa sertakan namaku dalam kata pengantar ya, kan lumayan…! Bangganya akuu jadi temanmu Mel…”
” Kamu bisa aja Son.. makasih banyak  ya.”
Mereka tertawa penuh ceria. Kebahagiaan itu bukanlah dalam dongeng. Kamelia telah memetik hasil perjuangan dan pengorbanannya.
                                                            ***
Sore menjelang, Sonia menepati janjinya untuk menemani Kamelia ke pusara Satria. Kamelia memakai kerudung merah jambu, dengan warna tersebut kulitnya yang putih tampak merona. Semua orang memandang kamelia dengan pangling. Motor bebek mengantar mereka ke tempat tujuan. Sebelum sampai ke pusara, ia mampir sejenak menjenguk ibunda Satria. Kamelia membawakan bingkisan, sebuah parcel buah-buahan. Setelah itu mereka barulah ke pusara Satria.
            Disana mereka membaca surat Yasin. Agar dialam kuburnya Satria merasa damai dan tentram.
Sebuah lagu dari gebi menggambarkan suasana hatinya.
Tinggal kenangan

Pernah ada rasa cinta
Antara kita kini tinggal kenangan
Ingin ku lupakan
semua tentang dirimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih…
jauh kau pergi
meninggalkan diriku
disini aku merindukan dirimu
pernah ku coba mencari penggantimu
namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih…

Setelah membaca surat yasin, Kamelia mengucapkan do’a.
“Ya Allah ya tuhanku.., ampunilah segala dosa-dosanya. Berikanlah ia kedamaian dialam sana..,amin”
Kamelia masih merasakan kehilangan itu. Walau bagaimanapun, hanya kenangan Satrialah yang selalu mewarnai hidupnya. Kisah yang singkat bersamanya telah mengajarkan banyak pengalaman yang berarti. Ia merasa ragu, akankah ia temui cinta yang sama seperti cinta mereka dahulu.
Sonia menjabat tangan Kamelia, lalu mereka beranjak pulang. Senja telah mengundang malam. Lembayung memudar, kini berganti corak hitamnya malam. Dalam perjalanan mereka terus mengenang. Satria sungguh masih hidup dalam hati mereka…
                                                            ***
Hari pertemuannya dengan om Teguh telah tiba. Pagi buta ia berangkat ke Jakarta menaiki bus kota. Di setasiun Jakarta Sahrul menunggu kedatangan Kamelia. Selama 4 jam perjalanan  lamanya ia menempuh kota Jakarta. Sambil menunggu Kamelia, Sahrul mendengarkan MP3 melalui headshet. Beberapa lama kemudian Kamelia dating. Dalam sekejap kamelia langsung mengetahui keberadaan Teguh yang sedang asyik mendengar lagu.
“ Sahrul…!” teriak Kamelia.
“Mel…!” sahut Sahrul.
“ Udah lama nunggu?” tanya Kamelia.
“ Baru setengah jam!’’
Mereka pun menaiki mobil Sahrul menuju lestoran dimana om Teguh menunggu.
“ Aku dan om Teguh sudah janjian dilestoran, yang dekat dengan tempat penerbitan. Ya.., sekalian kita makan siang disana!” ucap Sahrul.
“ Oh ya sudah.”
Beberapa menit kemudian mereka sampai. Mereka duduk menunggu om Teguh, yang masih berada di kantor. Kemudian seorang pelayan lestoran datang memberikan daftar menu pada mereka. Sahrul dan kamelia pun memesan makanan untuk mereka.
Dari arah depan terlihat sosok omTeguh yang sedang menuju lestoran. Sahrul melambaikan tangannya pada omTeguh, ia pun membalas lambaian tangan itu.
Saat om Teguh tiba :
“ Om, kenalkan.. ini Kameliia yang saya ceritakan!” Teguh memperkenalkan Kamelia.
“ Nama saya Kamelia om. Senang bisa berkenalan dengan om!”
“ Saya juga senang bisa berkenalan dengan anda”
Mereka pun duduk berbincang-bincang sambil menunggu makanan yang dipesan.
“ Saya sudah baca tulisan anda.itu adalah karya yang sangat luar biasa. Saya pastikan bahwa tulisan tersebut akan laris dipasaran…” kata om Teguh.
“ Benarkah om? Itu artinya pihak penerbitan menyetujui tulisan Kamelia untuk dicetak?” Sahrul menyela.
“ Apakah tulisan saya akan diterbitkan?” tanya Kamelia menegaskan.
“ Ya tentu saja karya sebagus itu akan diterbitkan!” kata om Teguh.
“ Terimakasih om..” Kamelia tampak bahagia.
“ Selamat ya Mel..,” ucap Sahrul.
Makanan yang dipesan pun tiba. Mereka pun menyantap hidangan enak itu. Hari itu hari yang cerah. Matahari tersenyum manis. Kamelia sangat senang…! Karena pada akhirnya karya-karyanya yang ditulisnya selama 3 tahun, akan diterbitkan. Kamelia bangga pada dirinya sendiri.
Esoknya ia berniat mentraktir Sahrul dan Safira. Ia menghubungi Sahrul untuk mengajak Safira makan siang bertiga.
“ Hai Fir, kamu dimana? Kamelia ingin mentraktir kita makan siang. Aku jemput kamu ya?” telpon Sahrul.
“ Saya ada dikampus! Jemput aja  sekarang…’’
“ Baguslah bye…”
 Sahrul pun menjemput Safira dikampusnya. Lantas mereka bertiga pun bertemu dilestoran. Sesampainya mereka dilestoran.
“Oh ya Mel, kapan kamu masuk kuliah?” tanya sahrul mengawali percakapan.
“ Dua mingguan lagi saya masuk…” jawab Kamelia
“ Udah dapat kostan?” Safira bertanya.
“ Belum..”
“ Bagaimana kalau kamu ngekost didepan rumahku? Tempatnya lumayan strategis.., biayanya juga murah terlebih lagi nyaman dan bersih! ”
“ Benarkah? Kalau gitu kita langsung lihat aja dulu kostan tersebut?” pinta Kamelia.
Setelah makan siang, mereka pun menuju tempat kostan yang dimaksud oleh Safira. Kamelia pun langsung tertarik, karena memang tempatnya yang nyaman dan bersih.

 
HARI PEMBALASAN


Kamelia sang calon bidan. Ia menjalani rutinitasnya dikampus impian. Ia disibukan oleh tugas-tugas kuliahnya. Waktunya kini sangat sibuk! Ia tidak ingin membuang waktunya walau sedetik.atas rencana-rencana yang telah ia susun dengan rapih, Kamelia dengan Mudah menggapai rencana tersebut. Setiap keinginan harus dicapai dengan tidak gampang, selalu saja ada kesulitan didalamnya. Namun bukankah ada jalan keluar disetiap masalah? Seperti pepatah china mengatakan : “ shi sang wu nan shi  che pa yo sin ren!” yang dalam bahasa inggris artinya,  nothing difficult for of who set his mind on it. Bahwa tidak ada kesulitan bagi seseorang yang telah menyusun segala rencana-rencananya didalam pikirannya.
Hari minggu ia libur kuliah. Tugas-tugas sudah ia selesaikan. Ia mendapat pesan dari temannya, bahwa disalah satu hotel dijakarta akan diselenggarakan seminar. Untuk membahas tentang bahaya aborsi dan cara menanggulanginya. Acara tersebut dilaksanakan setelah dhuhur s/d selesai.
 Banyak sekali yang hadir diacara tersebut. Mulai dari mahasiswa calon dokter, calon bidan, calon perawat, hingga masyarakat umum. Acara pun diselenggarakan dengan lancar. Para hadirin mengikutinya secara antusias. Pukul 16.30 WIB acara berakhir.
Ditempat acara tersebut, tepatnya didepan pintu keluar, seorang ibu pengemis menggendong anaknya. Ia mengharapkan belas kasihan pada semua orang yang berhamburan keluar. Terlihat disana seorang satpam mengusir mereka dengan sangat kasar.
“ Pergi! Disini bukan tempat untuk orang pemalas! Kalau pengen duit, cari sana pekerjaan yang layak! Jangan bisanya hanya mengemis! “ satpam tersebut menyeret ibu malang itu, keluar menuju dermaga. Kamelia yang menyaksikan peristiwa tersebut langsung berlari, ia terus berlari meski langkahnya terhalang oleh beberapa mahasiswa yang sedang berjalan. Ia menabrak seorang pemuda, namun ia tidak peduli. Catatan kecil milik Kamelia terjatuh,saat menabrak pemuda tadi
“Hei nona!” teriak pemuda itu.
“ Maaf saya tidak sengaja!” ia kira pemuda tadi akan memarahinya karena ia telah menabraknya. Namun salah! Pemuda tersebut hanya ingin memberitahukan bahwa bukunya telah ada ditangannya karena terjatuh.
Anak dari ibu pengemis tadi menangis. Kamelia tidak rela jika ada seseorang yang memperlakukan seorang ibu dengan tidak hormat. Apalagi perlakuan dari satpam tadi sangat keterlaluan.
“ Hei pak! Apa yang anda lakukan pada mereka?” tegur Kamelia pada satpam yang sejak tadi menarik-nariknya.
“ Saya hanya melakukan tugas saya sebagai satpam! Saya harus mengamankan lingkungan yang saya jaga, agar bersih dari pengemis!” kata satpam.
“ Keterlaluan sekali anda! Lihat betapa kasihannya mereka. Apa anda tidak pernah membayangkan seandainya perempuan malang ini adalah ibu anda dan anak kecil ini adalah anda?. Tolong hargai betapa beratnya perjuangan seorang ibu. Anda seharusnya mengkasihani mereka..”
“ Apa kamu sedang mengajari saya untuk memberI mereka sodakoh?”
“ Tidak. Saya hanya meminta agar anda menghormati mereka dan tidak menghinanya dengan cara menyeretnya dari tempat itu!. “
Dari arah yang cukup dekat, pemuda yang ditabrak Kamelia tadi memperhatikannya. Sepertinya pemuda tersebut mengenali wajah Kamelia tapi ia lupa dimanakah kiranya mereka pernah bertemu?. Pemuda tadi merasa salut akan pembelaannya pada pengemis itu. Ia pun menghampiri Kamelia yang masih berseteru dengan satpam. Kamelia menangis, air matanya berlinang menyaksikan kesusahan anak dan ibu tersebut. Ia membayangkan jika ibu pengemis itu adalah ibunya sendiri?.
“Demi nama ibu saya yang telah melahirkan saya, saya mohon kepada anda agar jangan memperlakukan orang-orang yang bernasib susah dengan cara kasar! Berbicaralah dengan sopan, jangan sakiti hati mereka…”
Setelah percekcokan tersebut, Kamelia menuntun sang pengemis menuju sebuah warung nasi. Pemuda yang ditabrak oleh Kamelia tadi masih mengikutinya.
“ Maaf nona  , tadi  sewaktu kamu menabrak saya, buku kecil ini terjatuh…! Em…, sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana ya?” kata pemuda.
“Saya juga berpikir sama. Tapi dimana ya kita pernah bertemu?”
Kamelia teringat padanya. Tahi lalat dibawah bibir pemuda itu adalah kuncinya. Ya, dia pernah bertemu dengan pemuda itu dulu, saat ia menjalani pengobatan dirumah sakit. Beliau adalah Dr. Gio yang pada saat itu membalut luka Kamelia.
“ Apakah anda co-as/ dokter muda  yang bekerja dirumah sakit pelita? Apa benar? Kalau saya tidak salah nama anda adalah Dr. Gio? Saya adalah pasien anda dok..” ucap Kamelia.
“ Oh..saya ingat sekarang…! Nama aya Giovany. Panggil saja Gio.” Kata dr. Gio dengan ramah.
“ Nama saya Kamelia.  Terserah anda mau panggil saya apa. Senang rasanya bisa ketemu lagi..”
“ Bagaimana kalau saya panggil Camel?” canda Dr. Gio.
“ Hahaha dokter ini becanda deh, kalau anda panggil saya Camel berarti saya onta dong? ” Kamelia tertawa.
“ Loh, katanya terserah panggil apa saja?”
“Iya. Tapi jangan yang itu.., hehehe…”
Mereka pun makan bareng dengan ibu pengemis itu. Pertemuan Kamelia dengan Dr. Gio hari minggu itu, menambah daftar cerita indah dalam  halaman diary Kamelia. Mereka lalu bertukar nomer HP. Saat itu mereka sempat saling bertanya tentanng aktivitasnya masing-masing. Dan setelah diketahui ternyata Dr. Gio sedang meneruskan pendidikan kedokterannya agar mendapatkan gelar spesialis anak.
***
3 minggu berlalu, Kamelia belum sempat pulang menengok keluarganya. Sedangkan Sahrul mendadak pulang ke Indramayu  karena bibinya yang tinggal disana sedang sakit. Sahrul pun meembeitahu Kamelia bahwa dirinya akan ke Indramayu. Kamelia pun akhirnya memutuskan untuk pulang bersama Sahrul. Dalam perjalanan, Kamelia tertidur dimobil.ia kelelahan karena semalaman mengerjakan tugas-tugas kuliah untuk minggu depan. Sahrul menatap wajah sahabatnya. Meski sedang tertidur, kamelia tampak sangat cantik rupawan.
Sesampainya mereka didaera patrol Idramayu Kamelia terbangun.
“ Aku ketiduran ya…”
“ Oh nggak apa-apa ko Mel, tidur aja lagi..”
“ Tadi aku ngorok nggak Rul?”
“ Iya tuh kayak ayam jago!”
“ Bener? Serius nih! Padahal pernafasanku bagus loh! Ko aku ngorok ya? ah jadi malu..”
“ Nggak kok Mel, aku hanya bercanda..”
“ Ugh..”

Didaerah penyindangan Indramayu, ia melihat Yosi. Sepertinya Yosi baru saja pulang dari rumah sakit. Ia membonceng istrinya,Angela. Mata Kamelia melirik kea rah mereka dengan penuh emosi. Dendam tersebut seakan terbangun dari tidurnya, sebuah mimpi buruk masa lalu! Bayangan tentang dirinya yang teraniyaya, pilu, dan mengenaskan. Ia tidak menduga, bahwa cinta konyol dihatinya kepada Yosi membawanya pada rumah sakit jiwa. Ia menarik nafas dalam-dalam.wajahnya merah penuh amarah.
Sahrul yang berada disampingnya merasa aneh pada Kamelia.
“ Ada apa kamu Mel?” tanya Sahrul.
Kamelia tidak menjawab pertanyaan darinya. Ia larut dalam bayangan  nestapa itu. Sahrul kembali menanyainya.
“ Hei Mel..! ada apa sih?”
Kamelia perlahan menatap bola mata Sahrul. Air matanya berkaca-kaca, namun tidak sempat jatuh.
“ Aku tidak apa-apa Rul!”
“ Bener tidak apa-apa? Sepertinya kamu memikirkan sesuatu?”
“ Tidak! Aku tidak apa-apa kok.”
Mereka pun akhirnya sampai dirumah Kamelia. Sahrul tidak ingin mampir ke rumahnya karena ia segera menjenguk bibinya yang telah dirawat dirumah sakit Cirebon.
“ Makasih ya Rul. Hati-hati dijalan! Dan semoga bibimu segera sembuh…”
“ Ya Mel. Assalamualamualaikum “
“ Waalaikumsalam.”
                                                            ***
Dikediaman Yosi.
Ia dan istrinya sampai didepan rumah. Angela masuk terlebih dahulu. Ia menyeduh secangkir teh untuk Yosi. Yosi kala itu masih memarkirkan motornya. Ia melihat tetangganya sedang asyik membaca buku. Ia pun menyapanya.
“ Asyik banget bacanya Rud? Baca apaan?” tanya Yosi.
“ Baca novel mas.” Jawabnya.
“ Oh. Suka baca ya?”
“ Nggak begitu suka baca sih sebenarnya. Tapi saya sangat tertarik dengan buku ini.., penulisnya sangat cantik! isinya juga sangat bagus.! ”
“ Boleh saya lihat? Apa judulnya?”
“ Judulnya Edelwis..’’
Belum pun sempat Yosi membaca sampul belakang buku itu, Angela memanggilnya. Yosi pun meninggalkan Rudi. Padahal jika Yosi mengetahui penulis buku tersebut, ia akan tertarik dan mungkin dibuatnya gelisah.
                                                                        ***
2 wartawan dari station televise,  mendatangi kediaman Kamelia. Mereka bermaksud untuk mewawancarai kamelia tentang penerbitan bukunya, yang dalam wakti singkat telah menjadi buku best seller. Rumah yang sederhana tersebut mendadak ramai. Banyak pula tetangga-tetangga yang mendatangi rumahnya untuk menyaksikan Kamelia yang diliput oleh 2 station televisi.
Kamelia mempersilahkan wartawan memasuki ruang tamu. Wawancara pun dimulai, ia menjawab satu-persatu  pertanyaan mereka dengan jawaban yang bagus. Kedua orang tuanya tampak begitu bangga pada Kamelia. Ia merupakan teladan terbaik bagi adik-adiknya dan seluruh masyarakat di desanya. Ia adalah pahlawan perempuan, seperti ibu Kartini.
Meski dengan penjualan buku-buku tersebut ia dapat membeli rumah dan mobil yang mewah  namun, dirinya tetap sebagai Kamelia yang dibenaknya tersusun rencana-rencana besar masa depannya. Kamelia hanya merenofasi rumah kedua orang tuanya, dan menambah satu ruangan dirumah tersebut. Uang yang ia miliki, ia belikan tanah, dan sisanya ia depositokan. Kelak ia berencana untuk membangun sebuah klinik bersalin ditanah yang telah dibelinya. Sedangkan tabungannya adalah modal untuk menyekolahkan ke 3 adiknya agar bisa sekolah setinggi-tingginya. Harapan itu kian tumbuh bersemi. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Ia yakin kelak Allah akan memberinya yang terbaik. Ia hanya bisa berencana.
                                                                        ***
Dirumah sakit, Yosi disibukkan dengan seorang pasien yang akan dioperasi. Dia terlihat mondar-mandir membantu dokter mempersiapkan semua peralatan. Di TV yang terdapat dilobi rumah sakit, tersiar berita tentang Kamelia. Berita tersebut membaas tentang novel spektakuler berjudul edelwis buah karya Kamelia.. yosi terkesima akan berita tersebut. Ia tidak menyangka bahwa perempuan cantik yang ada di televisi tersebut adalah mantan kekasihnya dulu. Mantan kekasihnya yang telah ia sakiti dan hianati. Mantan kekasihnya yang dulu ia janjikan surga yang indah, namun ternyata yang ia berikan yaitu neraka yang buruk!.
Hanya selintas ia melihat siaran tersebut. Ia melanjutkan pekerjaannya. Dalam benaknya, bayangan wajah Kamelia yang tanpa cacat mengisi ruang pikirannya. Keanggunan dan kehebatan gadis itu membawa Yosi larut dalam nostalgia.
“ Kamelia…” ia menyebut nama  itu berkali-kali.
                                                            ***
Sesudah Yosi keluar dari ruang operasi, ia segera menuju ruang perawat. Disana ia menyalakan TV, ia mencari-cari berita tentang Kamelia. Namun saying beritanya telah usai. Yosi teringat tentang novel yang dibaca oleh Rudi. Ia berniat sepulangnya dari dinas, ia akan meminjam buku novel karya kamelia tersebut.
Sepeti yang dimaksudkan, Yosi langsung menemui Rudi di kediamannya untuk meminjam novel. Namun Rudi belum pulang dari sekolahnya. Rudi bersekolah di SMA negeri satu Indramayu. Yosi terpaksa menunggu. Ia merebahkan dirinya disofa, ia teringat Kamelia. Bunga desa yang mekar dahulu tetap bersemi. Kupu-kupu dan kumbang berlomba menghisap madunya. Namun ketika bayangan itu berotasi dalam benaknya, tiba-tiba Anangela dating membangunkan hayalannya.
“ Sayang, antar aku ke toserba! Sabun mandi habia. Semua habis…” pinta Angela.
“ Nanti malam saja aku antar ya?”
“ Tapi aku pengennya sekarang…”
Yosi pun mengantar istrinya. Sesampainya disana Yosi menuju salemba toko buku. Ia mencari-cari novek Edelwis karya Kamelia. Sedangkan Angela membeli barang-barang kebutuhan. Angela heran karena suaminya tidak berada disisinya.ia pun menelpon Yosi untuk menanyakan keberadaannya. Setelah itu, Yosi membeli buku tersebut, lalu menaruhnya dibagasi motor. Saat Angela membayar dikasir, ia melihat suaminya sedang menunggunya ditempat parkir.
“ Tadi nggak masuk ya?” tanya Angela.
“ Masuk kok.’’
“ Beli apa?’’
“ Cuma pulpen.”
“ Cuma pulpen? Malu-maluin!”
Mereka pun beranjak pulang.


PERNIKAHAN CANDRA DAN SONIA


Undangan telah tersebar. Akad nikah dilaksanakan pada pagi hari dimasjid agung Indramayu. Sedangkan acara resepsinya diselenggarakan digedung bumi putra. Mereka dipersatukan dalam sakral pernikahan. Kedua insan yang saling mengasihani tersebut saling mengucap ikrar dihadapan Allah SWT. Do’a-do’a bersenandung dari para undangan, semoga kehidupan rumah tangga mereka menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.
Setelah pulang kuliah, Kamelia pulang bersama Sahrul untuk menghadiri pesta pernikahan mereka. Jam 19.10 WIB Sahrul menjemput Kamelia dirumahnya. Ia duduk di ruang tamu menunggu Kamelia. Adik-adik kamelia menemani Sahrul bercanda-tawa.
Didepan cermin, Kamelia memperhatikan penampilannya. Ia ingin berjumpa dengan Yosi pada malam itu. Ia ingin agar Yosi merasa menyesal karena telah menghianati cinta sucinya.Kamelia memakai gaun pesta berwara crame, rambutnya ia gelung menyerupai para artis terkenal Holiwood saat berjalan di red carpet. Sungguh sangat cantik.
Mereka pun lalu pergi ke pesta. Saat masih dalam perjalanan, dr. Gio menelpon Kamelia.
“ Hallo.., Assalamualaikum?’ sapa Dr. Gio.
“ Iyah Walaikumsalam. Maaf dari siapa?”
“ Ini saya. Giovany. Masih ingat?”   
“ Oh.. Dr. Gio?  apa kabar dok?”
“ Lagi ngapain Mel? Ngerjain tugas kuliah tah? Saya ganggu nggak nih?”
“ Saya lagi dalam perjalanan dok. Mau menghadiri pernikahan teman saya. Emang dokter sendiri nggak dinas ya?”
“ Saya baru aja pulang dari rumah sakit. Saya Cuma mau kasih tahu kamu so’al acara kemanusiaan yang Diselenggarakan rumah sakit tempat saya bekerja. Barang kali besok kamu ada waktu?”
“ Sayang sekali dok, saya kebetulan lagi ada di Indramayu.. makasih ats informasinya ya dok!”
“ Iya sama-sama. Bye..”
“ Bye.”
Telpon dimatikan. Sahrul bertanya :
“ Siapa tadi Mel?”
“ Dari dokter Gio. Apa kamu masih ingat dokter yang mengobati luka saya sewaktu saya kecelakaan? Dialah orangnya!’
“ Kok dokter Gio bisa tahu nomer  HP kamu?”
“ Aku kan selebritis..! eh bercanda ding! Aku dan dokter Gio tidak sengaja dipertemukan kembali saat saya dan dia menghadiri acara seminar.”
“ Oh gitu ya? jangan-jangan kalian jodoh lagi?”
“ Ngarang kamu..”
“ Eh bisa aja lagi! Rencana Tuhan kan siapa yang tahu?”
Mereka pun sampai ditempat tujuan. Sahrul dan kamelia tampak seperti pasangan kekasih. Mereka berjalan diantara keramaian para tamu. Mereka menyalami Sonia dan candra. Setelah itu, seorang pembawa acara mempersilahkan kedua mempelai untuk mempersembahkan lagu speSial untuk para undangan. Sonia dan Candra pun naik ke atas pentas. Mereka mempersembahkan sebuah lagu cinta mereka, diiringi oleh alunan piano. Tepuk tangan  meriah dari para undangan.
Diakhir mereka menyanyi, mereka mengucapkan  sepatah dua patah kata, untuk berterimakasih pada Kamelia yang telah mempertemukan mereka. Kemudian, mereka mengundang Kamelia agar naik ke atas pentas menemani sang mempelai. Kamelia menyanyikan lagu untuk mereka tercinta.
“ saya sebenarnya tidak bisa menyanyi. Sungguh tidak bisa! Suara saya tidak enak didengar, tidak seperti kedua mempelai yang menyanyikan lagu dengan merdu.”
Namun  para tamu yang hadir, tetap meminta Kamelia untuk segera menyanyi. Kamelia hanya tersenyum. Kemudian Kamelia mendekati piano itu. Perlahan jari-jemarinya menekan-nekan piano, sehingga nada-nada indah mulai terbentuk. Kamelia mempersembahkan sebuah musikalisasi puisi…
“ Angin yang berhembus
Meniupkan rambutku
Disini sendiri berteman sepi
Andai bisa ku putar
Waktu untuk kembali
Izinkanlah  cintaku ini
Selalu mewangi
Tetap abadi
Meski kau pergi…!”
Dari pintu masuk Yosi datang. Ia datang sendiri. Angela mendadak jatuh sakit. Yosi menyimak penampilan kamelia yang menawan diatas pentas. Ia benar-benar pangling mendapati kamelia yang sangat berubah. Kamelia yang kini pandai memikat hati semuua orang. Tutur bicaranya yang lancar dan penuh sopan santun.
Namun didalam hati Kamelia, kebencian itu bergejolak. Ia menatap mata yosi seperti elang yang menerka mangsanya. Bayangan perlakuan buruk kepadanya dulu, terbayang lagi. Setiap melihat, atau bahkan mendengar nama Yosi, ketakutan itu menjelma. Ia teringat akan janji-janji palsu yang Yosi utarakan, kebohongannya, dan penghianatannya bersatu membentuk sebuah gunung yang mengubur jiwa-raga. Yosi tidak akan pernah tahu dan merasakan prihal luka, yang sangat dalam dihatinya tersebut. Luka yang  sangat- sangat perih…!.
Seusai Kamelia mengakhiri penampilannya, ia memberikan senyum manis yang memikat penonton. Ia melihat Yosi sedang memperhatikannya dari tadi. Kamelia menatap Yosi sejenak lalu mengalihkan pemandangannya pada tamu yang lain. Setelah itu Kamelia turun. Ia menemui para undangan yang memuji-muji penampilannya tadi. Yosi datang menghampiri Kamelia dengan membawakannya segelas orange jus.
“ Kamelia? Apa kabar?”
 Kamelia tersentak  kaget. Ditatapnya Yosi dengan senyuman memikat.
“ Ini Mel saya bawakan orange jus. Kamu pasti haus karena menyanyi tadi.”
“ Thanks ya.” Kamelia terlihat mencari sosok Angela. Matanya memeriksa setiap sudut dari tamu-tamu yang menghadiri pesta.
“ Dimana istrimu Yos?” tanya Kamelia.
“ Ah.., em..dia.., dia sakit! Jadi nggak ikut.” Ucap Yosi gugup.
“ Oh ya?”
“ Mel, saya senang bertemu kamu lagi. Kamu sekarang sudah jadi penulis. Saya sudah baca novel kamu Mel.., adikarya yang luar biasa!” Yosi memuji.
Kemudian Kamelia pamit pada Yosi untuk menemui sahrul. Sahrul terlihat sedang berbincang-bincang dengan tamu yang lain.
“Sahrul, sepertinya saya akan pulang agak malam! . Kalau kamu ingin pulang, tidak apa-apa saya akan pulang sendiri.”
“ Ya sudah saya pulang duluan ya. Ingat loh Mel kamu harus diantar oleh seseorang, jangan biarkan kamu pulang sendiri! tidak aman bagi perempuan malam-malam begini.” Kata Sahrul.
“ Makasih ya Rul.”
Malam pun mulai larut para undangan beranjak pilang. Begitu pula dengan Sahrul.
Dengan sengaja kamelia menunggu kedatangan Yosi diluar gedung. Ia ingin mengobrol dengan mantan kekasihnya tersebut. Baginya, entah Yosi atau Angel addalah orang yang sama yang dulu memberikan pengaruh buruk dalam hidupnya. Beberapa menit kemudian Yosi datang.
“Hai Kamelia?’ sapa Yosi dengan nada lembut.
“ Hai..”
“ Apa kamu sendiri?’’
“ Iya. Saya berniat naik ojek!” 
“ Boleh saya mengantar kamu Mel?’’ tawar Yosi.
“ Ah tidak usah. Saya takut merepotkan kamu! Bukankah istri kamu sedang menunggu dirumah?”
“ Saya akan senang apabila kamu bersedia saya antar..”
“ Baiklah kalau begitu.”
Kamelia pulang diantar oleh Yosi. Dinginnya malam itu merasuk sampai ketulang. Ia rasa, jika memeluk tubuh Yosi tidak akan apa-apa! Pelukan hangat dari Kamelia mengingatkan Yosi pada masa silam. Masa saat ia pernah bahagia dengan bidadari cantik itu. Tujuan kamelia yaitu agar Yosi merasa jatuh cinta lagi kepadanya untuk kedua kali. Dan ia telah berhasil…
Aku ingin kau tau sayang..
Sakitnya ditinggalkan
Luka didalam hatiku
sudah lama terjadi
Saat aku jadi kekasihmu.

Yosi menarik nafas dalam-dalam. Tubuhnya terasa hangat oleh pelukan Kamelia. Sambil mengendarai sepeda motor, tangan kirinya memegang jari-jari Kamelia. Indahnya malam itu seperti beberapa tahun lalu saat mereka dimabuk cinta. Yosi menikmati perjalanan malam itu..
Sedang dirumah mereka, Angela menunggu suaminya. Ia tertidur di sofa, TV pun masih menyala. Sementara itu, Yosi mengantar Kamelia sampai didepan rumah. Saat hendak pulang, Kamelia berjabat tangan dengan Yosi, lalu melambaikan salam perpisahan. Kamelia telah menyelipkan kartu nama dalam saku celana Yosi. Yosi pun pulang.
Sesampainya dirumah, ia menemui istrinya sedang tertidur disofa. Ia pun membopong Angela menuju tempat tidur. Malam itu Yosi tidak bisa lelap. Kenangan masa lalunya dengan Kamelia bagai dongeng Cinderela yang mengharu-biru. Cinta lama bersemi kembali! Cinta lama, yang seharusnya tidak boleh terjadi! karena adanya ikatan sakral antara dirinya dengan Angela. Apa boleh buat, kecantikan dan segala kesempurnaan yang dimilki oleh Kamelia menggoda naluri kelelakiannya. Yosi teringat saat kamelia memberikan senyum manisnya, dan pelukan hangat itu.
                                                            ***
Kamelia dan Sahrul kembali ke Jakarta.
Malamnya, dokter Gio mengajaknya makan malam. Kamelia memenuhi undangannya. Mereka dinner disebuah lestoran dekat pantai. Disana mereka saling bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama ini. Saat sedang asyik, sahrul menelpon Kamelia untuk memberitahu bahwa Safira merasa  cemburu akan kedekatan antara Sahrul dan Kamelia. Kamelia pun merasa bersalah.
Kamelia menceritakan prihal masalah itu kepada dokter Gio. Kamelia menelfon dr. Gio…
“ Ada masalah apa Mel?’’ tanya dr. Gio saat mendengar nada sedih Kamelia.
“ Teman pacar saya cemburu pada saya dok. Padahal saya dan teman saya itu hanya teman biasa.”
“ Pantas saja pacar teman kamu cemburu.. siapa sih yang nggak jatuh cinta pada perempuan cantik seperti kamu?”
“ Ah dokter ini!”
“ Saya punya ide. Bagaimana kalau kamu undang mereka, untuk makan malam disini bersama kita? Saya akan berpura-pura menjadi pacar kamu Mel?. Agar Safira tidak cemburu lagi padamu? ”
“ apa? Itu ide yang konyol dok!. Em.., Tapi sepertinya cara itu akan sangat membantu?”
Kamelia pun menelpon Sahrul untuk memberitahukan tentang ide tersebut. Sampai akhirnya Sahrul berhasil membawa Safira hadir ditengah-tengah mereka. Pada saat Safira diperkenalkan dengan dokter Gio, mendadak suasana hatinya menjadi baik, karena kini ia tahu bahwa Kamelia sudah mempunyai kekasih.
Mereka berempat pun, menikmati dinner dipantai tersebut. Kamelia mengedipkan matanya kepada Sahrul, menandakan bahwa rencananya berjalan dengan lancar.
Mulai semenjak itu dr. Gio dan Kamelia sering jalan bersama. Baik Sahrul maupun Safira acap kali mengundang makan malam mereka. Cinta pun tumbuh dihati keduannya. Dokter Gio adalah sosok yang tepat untuk menjadi pendamping hidup Kamelia. Kepribadian mereka, disanjung-sanjung oleh lawan jenisnya masing-masing.
                                                            ***
Senja yang indah. Warnanya memancarkan rona lembayung diatas tumpukan-tumpukan mawar. Hari itu, setelah selesai kuliah, dokter Gio menjemputnya. Ia membawa Kamelia ke sebuah danau. Disana terdapat jembatan dari kayu yang menghubungkan tempat satu ke tempat yang lainnya. Ditengah jembatan tersebut air mengalir deras. Burung-burung terbang di atas danau. Sebuah maha karya agung yang telah Tuhan ciptakan. Matahari yang hampir tenggelam memancarkan warna keemasan, ada pancaran dari matahari senja yang berkilau seperti permata. Danau yang indah…
Mereka berdua menikmati senja didanau itu, tanpa satu pun kata-kata mereka yang mampu melukiskan indahnya. Keduanya diam, hening. Perasaan sahdu mempertemukan jiwa-jiwa mereka, hanya hati yang bicara. Dalam hati keduanya ada nyanyian dari surga yang menghibur.., mendamaikan hatinya.seekor burung merpati terbang mengepakan sayapnya menuju peraduan. Cahaya sang surya menyala bagaikan bara, senja tenggelam.
Dokter Gio meletakan tangannya diatas jemari Kamelia, lalu menggenggamnya. Perlahan Kamelia menemui tatapan yang penuh energy cinta dari dokter Gio. Mata indah mereka bertemu. Saling  memandang. Sinar cinta yang tajam menembus lubuk hati. Kamelia menggigit bibirnya, lalu memejamkan matanya perlahan merasakan indahnya cinta yang tumbuh dihatinya. Dokter Gio mengecup lembut lehernya,  lalu bibirnya…
Hebat nian perasaan itu. Hatinya deg-degan tidak karuan. Kamelia membuka perlahan matanya, dokter Gio memandangnya. Mereka bagaikan Adam dan Hawa yang telah dipertamukan setelah bertahun lamanya. Love is miracle .
                                                            ***


KAMELIA, YOSI DAN DOKTER GIO
Dokter Gio dimabuk asmara. Begitu pun dengan Yosi. Kamelia telah menjatuhkan hati mereka untuk mencintainya sebesar dunia. Yosi tidak menyangka, bahwa Kamelia telah memaafkan kesalahannya terdahulu, meski kini ia telah beristri. Yosi menganggap bahwa cinta Kamelia bersemi kembali kepadanya.
Angelia kini hamil. Usia kandungannya baru 5 minggu. Ia ingin Yosi selalu hadir disisinya. Namun hati Yosi kini mulai terbagi. Yosi mencintai kedua perempuan itu. Yosi yang dulu pernah mengecewakan Kamelia, kini berjanji dengan kesungguhan hatinya untuk siap-sedia berada disisi Kamelia. Ia berjanji untuk membahagiakan Kamelia, dan tidak akan mengulangi kesalahannya. Yosi sangat berharap agar kamelia mencintai dirinya seperti dahulu. Sayang, harapan tersebut hanya hayalan saja karena  cinta Kamelia hanya sandiwara!
Terlanjur hatinya terluka. Luka yang tak mungkin akan terobati! Sakit hati tersebut telah mendarah daging dalam dirinya. Meskipun dengan sejuta cara, bekas itu tetap berada.terukir dalam sanubarinya.
                                                                        ***
Sesudah Kamelia menerima Yosi sebagai kekasih gelapnya.
“ Sayang, besok aku libur kuliah.., bisa kita ketemu? Aku ingin menghabiskan waktu luang ku hanya bersama kamu..” SMS Kamelia pada Yosi.
“ Iya cintaku. Kita ketemu ya besok…”
Yosi pun membatalkan janjinya dengan istrinya, demi pertemuannya dengan Kamelia. Padahal janjinya pada Angela telah ia buat sebulan yang lalu. Namun karena Kamelia yang meminta pertemuan itu, ia pun rela melakukan apapun demi Kamelia. Cinta Yosi pada kamelia melebihi cintanya kepada siapapun. Bahkan demi dirinya sendiri. Yosi tidak ingin lagi mengecewakan Kamelia, ia akan selalu berusaha membahagiakannya. Menurutnya itu semua merupakan nilai yang harus dibayar atas luka yang ia pebuat dahulu.
Yosi membawa Kamelia ke pantai. Pantai yang dulu menjadi saksi cinta mereka.
“ Kamelia, dulu aku pernah berjanji kepadamu untuk selalu ada disisimu. Pantai inilah yang menjadi saksi atas janji itu. Namun maafkan aku yang telah mengecewakanmu. Mel, kini kau menjadi miliku lagi, terimakasih atas kesempatan kedua yang kau berikan. Aku akan memenuhi janji ku yang dulu tidak sempat ku penuhi. Aku sangat mencinaimu Mel!”
Kamelia menyimak kata-kata Yosi. Ia terharu. Ucapan tersebut tulus dari hati Yosi yang terdalam. Kamelia menemukan Yosi yang pernah ia kenal dahulu. Yosi yang sangat mencintainya dahulu. Kebahagiaan yang singkat yang telah Yosi persembahkan untuknya menari-nari bagai laksmi. Namun air mata kebencian itu mengggenang dipelupuk. Bukan karena Kamelia ingin memiliki Yosi untuk selama-lamanya atau karena ia telah menemukan kembali si Yosi yang dulu diharapkannya, namun air mata tersebut karena penderitaan yang larut-larut, yang dulu ia hadapi! Saat Yosi menghianati cintanya, saat Yosi tidak memperdulikannya..! itulah sebabnya! Air matanya adalah airmata dendam…
Hahaha…, tapi Yosi telah mengira bahwa, air mata yang jatuh dari air mata indah itu adalah karena Kamelia terharu atas perkataannya. Kamelia menatapi Yosi dengan manja, lalu memeluk tubuh Yosi erat-erat.
“ Jangan tinggakan aku lagi..! aku sangat mencintaimu…” ucap Kamelia mengisak didadanya. Sementara, tangannya mengepal kuat, bertanda kebencian yang dalam.
“ Iya sayang. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi!”
“ Bagaimana dengan istrimu?”
Yosi sesaat diam mendengar pertanyaan itu. Lalu menjawab.
“ Aku akan menceraikannya!”  Kamelia tercengang. Ia melepaskan pelukannya pada Yosi, lalu menatap matanya. Terlihat kesungguhan dalam wajahnya.
“ Sungguh?” tanya kamelia. Yosi mengangguk. Ia memeluknya lagi.
                                                                        ***
Getar handphone Kamelia sudah terasa sejak 2 jam yang lalu. 5 panggilan tak terjawab dari dr. Gio. Sore itu, Kamelia lupa pada janjinya dengan dr. Gio. Dr. Gio setia menunggu kedatangan Kamelia ditempat perjanjian. Sampai malam larut, Kamelia tidak terlihat batang hidungnya. Dr. Gio pun pulang dengan penantian yang sia-sia. Kamelia tidak sempat memberitahu dr. Gio kalau hari itu a tidak bisa memenuhi janjinya. Baginya pertemuannya dengan Yosi lebih berarti dari siapapun. Ini demi sakit hati itu…!
Setelah Yosi mengantar kamelia pulang. Kamelia segera menelfon dr. Gio.
“ Assaalamualaikum dok? Maafkan saya karena tidak sempat memenuhi janji..” kata Kamelia.
“ Tapi kenapa kamu tidak memberitahu sebelumnya? Mel, kamu anggap saya itu apa sih?” tanya Dr. Gio.
“ Anda adalah teman yang baik bagi saya!..sekali lagi saya minta maaf..” jawab Kamelia.
Kamelia menutup telponnya. Ia menangis. Dr. Gio diam membisu. Senyuman Kamelia berhambur dijiwanya. Lirikan matanya dan paras ayunya begitu indah. Ia meraih lagi handphonenya untuk menelpon kembali Kamelia.
“ Mel, aku sungguh mencintaimu. Terimalah cinta ku ini…” ucap Dr. Gio. Kamelia hanya diam, mendengarkan ucapan itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa, jatuh air matanya…
Dr .Gio menanti jawaban Kamelia. Namun sia-sia. Mereka diam membisu. Angin malam berhembus, menambah kepedihan dihati mereka. Cinta yang ada masih mencari  jalannya, untuk bersama-sama mengarungi bahtera. Suatu hari akan bahagia. semoga.
                                                            ***
Angela menyiapkan makan malam untuk Yosi. Mawar merah dimeja makan dan lilin-lilin kecil. Ia bermaksud memberikan kejutan bahagia prihal kehamilannya. Dari jam 19.00 WIB, Angela menunggu. Namun Yosi tak jua dating, hingga malam telah larut. Angela menangis. Semua makanan yang ia hidangkan diatas meja, ia buang. Angela marah! Ia kecewa.
Yosi pun pulang.
“ Kenapa pulang larut malam begini? Kemana saja? ” tanya Angela sambil menahan emosi.
“ Jangan ngajak saya bertengkar! Saya capek! Saya mau tidur! ” Yosi merebahkan dirinya dikasur. Menutupi dirinya dengan selimut. Angela geram. Ditariknya selimut tersebut. Pertengkaranpun terjadi.
“ Saya mau tidur! “ bentak Yosi.
“ Ada apa sebenarnya kamu mas? Kenapa kamu pulang dengan keadaan marah-marah? Apa kamu tidak tahu kalau saya menunggumu? Saya nunggu kamu mas! Saya berniat memberikan kejutan makan malm untuk kita! Saya hamil mas… ”
“ Apa? Hamil? ”
Rencana Yosi untuk menceraikan Angelia pun masih ia simpan dalam hatinya. Ia tidak menyangka atas Kehamilan istrinya.perceraian yang ia rencanakan pun terpaksa harus tertunda.
                                                                        ***
Angela menemukan kartu nama Kamelia dikantong celana Yosi. Ia pun menyobek-nyobek kartu nama tersebut. Mulai sejak itu pertengkaran antara Yosi dan Angela semakin sering terjadi. Yosi berubah 360 derajat. Ia yang dulu sangat memperhatikan Angela, kini tak peduli lagi. Yosi jadi jarang pulang kerumah. Ia lebih senang menghabiskan waktunya dirumah sakit. Namun saat Kamelia pulang, Yosi dengan siap menemuinya dirumahnya. Pada saat bersama Kamelialah Yosi menemukan kebahagiaannya. Ia senantiasa merindukan Kamelia.
Saat beres-beres rumah, Angela menemukan novel tulisan Kamelia. Novel tersebut ia temukan didalam tumpukan-tumpukan bajunya. Ketika Yosi pulang, ia melemparkan buku tersebut ke wajah Yosi. Yosi hanya berdiri tegak, tampa perlawanan. Kemudian buku itu diinjak-injak dan mengguntingnya lembar demi lembar. Serpihan Kertas-kertas pun berterbangan.kesabaran Yosi habis sudah., ia menampar wajah ayu Angela sampai ia terjatuh. Darah segar mendalir dari rahimnya. Angela menjerit kesakitan.
Yosi kalang-kabut. Ia merasa bersalah. Dibawanya Angela kerumah sakit terdekat. Ia mengalami keguguran. Sakit hatinya, Yosi memperakukannya tak seperti dulu.
“ Kamelia…, Kamelia! Dia yang membuat hidup ku hancur…” tangis Angela.

***

                       
CINTA YOSI





Angela terabaikan, setelah ia mengalami keguguran. Yosi melayangkan surat gugatan cerai padanya. Angela tidak menerima perceraian tersebut. Ia sangat mencintai Yosi. Angela yang dulu bagaikan dewi, kini bagai mawar yang layu. Keindahannya tiada lagi. Wajahnya pucat pasi. Ia seperti prahu yang terombang-ambing dilautan lepas. Ia seakan kehilangan nahkoda, sehingga ia tidak tahu kemana ia kan berlabuh?. Ia hiteris. Nama yosi disebutnya berulang kali. Sakit hatinya karena ia tinggalkan!.
Setelah Yosi dan Angela resmi bercerai. Yosi pindah ke Jakarta, agar dia dan Kamelia selalu bersama. Itu permintaan Kamelia. Yosi mengontrak rumah didekat rumah sakit, dirumah sakit tersebutlah Yosi kelak akan bekerja. Nama rumah sakit tersebut ‘’ Rumah sakit pelita harapan’’
Rumah sakit pelita harapan, merupakan tempat dimana dr. Gio bekerja. Dr. Gio adalah pewaris tunggal rumah sakit tersebut. Ayahnya yang juga menjabat sebagai dokter, masih menjabat segagai diriktur utama. Jika kelak ayahnya pension, maka dr. Gio lah yang akan menggantikan posisinya.
Pada siang itu, Yosi menjemput Kamelia dikampusnya. Yosi menunggunya didapan gerbang. Ada juga dokter Gio yang setia menunggu Kamelia. Beberapa lama kemudian Kamelia keluar dari kampus. Kamela menuju tempat Yosi berada. Sedangkan ditempat yang tidak jauh dari gerbang itu dokter Gio memanggil.
“Kamelia…!” dr. Gio melambaikan tangannya. Kamelia tidak mendengar sapaan  dr. Gio karena suara kendaraan yang melintasi jalan.
Melihat Kamelia bersama Yosi, dr. Gio merasa cemburu. Yosi tersenyum saat Kamelia menyambutnya. Diciumnya kening Kamelia. Lalu mereka pergi. Dr. Gio patah hati. Orang yang dicintainya telah mengabaikan perasaannya. Berbeda dengan Yosi, ia merasa telah menjadi lelaki yang paling bahagia didunia ini…
“ Mel, terimakasih kau mau menerima cintaku lagi. Aku rela melakukan apapun demi cinta kita Mel. Aku janji akan menjagamu sampai sepanjang hayatku. Percayalah padaku dan kesungguhan cinta ini. Aku sangat cinta padamu, Kamelia.”
Kamelia menggenggam tangan Yosi. Ia mengedipkan matanya tanda mempercayai apa yang dikatakan Yosi. Lalu ia memeluknya.
Yosi berkata : “ Aku akan segera melamarmu Mel..”
Kamelia tersentak kaget, matanya terbelalak. Yosi terlihat begitu serius.
“ Apa?’’ desahnya. Ia masih belum siap…
                                                                        ***
Dokter Gio membuat janji dengan Kamelia di danau itu. Ia menunggu Kamelia sampai ia datang.
Setelah Kamelia tiba :
“Ada apa dok?” ucap Kamelia.
Senja selalu saja menampakan keanggunannya. Warna cinta mereka selalu menyala penuh harap dan cita. 2 insan yang dimabuk cinta harus rela menahan hasratnya untuk selalu bersama arungi jalan kehidupan.
“ Siapa dia Mel?” tanya Dr. Gio.
“ Maksudmu siapa?” tanya Kamelia tidak tahu.
“ Pria tadi?”
“ Yosi? Dia calon suamiku!” jawab Kamelia. Ia tidak ingin melukai hati Dr. Gio. Namun demi janjinya akibat luka dihatinya, terpaksa dia harus mengambil cara tersebut. Ia hanya tidak ingin memberikan harapan palsu pada Dr. Gio. Karena sebelum dendam itu terbalas, ia akan tetap bersandiwara. Ia pikir, dengan sendirinya kelak, dokter Gio akan mengerti. Kini ia tidak lagi takut dengan misteri takdir Tuhan. Ia yakin keajaiban akan datang padanya, bila jodoh pasti akan dipertemukan.
“ Mel..,” Dr. Gio memegang bahu Kamelia. Mata mereka bertemu. Dr. Gio meyakinkan bahwa ada cinta dimata Kamelia. Ingin rasanya Kamelia memeluk tubuh kekar itu, tapi hanya air matanya yang kembali jatuh. Dr. Gio semakin tak memahami, ada apa gerangan dengan Kamelia.
Air matanya merupakan jawaban yang tersurat. Kamelia sangat mencintainya. Dr. Gio mencium bibirnya lebut dan mesra. Bagaikan anggur merah yang memabukan. Kamelia seperti boneka Barbie yang hanya diam. Setelah ciuman itu, Kamelia meninggalkan Dr. Gio. Ia berlari seraya mengusap bening air matanya. Dr. Gio mengejarnya, namun kamelia menghiraukannya. Padahal hatinya ingin kembali, untuk merentangkan tangannya menerima pelukan hangatnya.
 Dr. Gio tidak berdaya. Tubuhnya terhuyung-huyung ditepi danau.
Kamelia aku tidak akan bosan. Aku menginginkanmu ! dalam garangnya matahari yang memberengus siang atau semalu rembulan yang mengintip di mega hitam. Waktu ini.”
                                                            ***
Diruang perawat rumah sakit pelita harapan, Dr. Gio menjumpai Yosi. Ia ingat bahwa yosi adalah lelaki yang menjemput Kamelia dikampusnya saat itu. Dr. Gio hanya melihat sosok Yosi dari kejauhan, lalu ia kembali ke ruangannya.
Ditempat lain, Kamelia teringat akan Dr. Gio..! Saat Dr. Gio menggenggam tangannya. Apalagi kenangan di danau itu, saat Dr. Gio mencium mesra bibirnya. Tatapan mata dari mata elangnya menyimpan cinta agung. Kamelia sangat merindukan dirinya! Ia tahu dan sadar, bahwa sekarang Dr. Gio sedang terluka hatinya atas penolakan cintanya. Namun pasti hanya sementara, kelak ia akan datang padanya untuk mempertanyakan lagi cintanya. Kamelia menghitung hari yang tepat. Hari disaat ia dan Dr. Gio akan dipersatukan. Bagai menyatunya pasir dan pantai.
Kamelia mengambil  handphonenya. Ia membuka gallery. Diperhatikannya foto Dr. Gio, ia tersenyum. Ia sangat rindu padanya, sudah berhari-hari ia tidak bertemu dengan Dr. Gio. Yang bisa dilakukan Kamelia hanya menekan-nekan nomer handphonenya. Kamelia pun menelpon Dr. Gio. Ia hanya ingin mendengar suaranya. Saat dr. Gio menjawab telpon darinya, hatinya berdebar. Dr. Gio hanya diam, Kamelia pun hanya diam. Mereka saling diam! hanya desah nafas mereka yang dirasakan. Keduanya hanya berbicara dari hati ke hati. Rasa kesepian menghinggapi diri mereka bagaikan seorang anak kecil yang ditinggal ibunya mencari beras! Mereka menangis. Lalu Kamelia menutup telpon itu…
                                                            ***
Safira dan Sahrul bertemu dengan Dr. Gio. Maksud kedatangan mereka dalah untuk memberitahukan acara pertunangan Kamelia denga Yosi. Dr. Gio memasrahkan cintanya pada takdir Tuhan. Ia rela kehilangan kamelia. Do’an suci selalu ia panjatkan demi kebahagiaan kamelia. Cintanya tulus…
“ Kalau itu sudah menjadi keputusan kamelia, maka saya bisa apa? Hanya do’a restu yang dapat saya berikan.. semoga Kamelia bahagia dengan pilihan hatinya.” Ucap Dr.Gio.
Hari pertunangan pun diselenggarakan.
Mereka, teman-teman karibnya dan juga Dr. Gio menghadiri pertunangan itu. Dr. Gio memberikan ucapan selamat pada mereka. Pada Saat Dr. Gio menyalami Kamelia, Kamelia menatap dalam-dalam matanya. Sinar cinta yang masih membara tersebut masih ia temukan dibola mata Dr. Gio.
Yosi menyelipkan cin-cin dijari manis Kamelia, begitu pun sebaliknya. Menyaksikan kemesraan mereka, baginya sangat berat. Didalam hatinya sebenarnya telah terjadi pergulatan: antara membatalkan acara pertunangan itu atau menerimanya dengan lapang dada.meski begitu, hari itu adalah hari kemenangan terakhir bagi Yosi, hari saat Kamelia membeberkan semua sandiwaranya. Dan setelah hari itu terjadi, ia akan merasa  bebas. Bebas karena dendamnya terbalas.
Kamelia melihat tawa itu dibibir Yosi. Ia berjanji hanya untuk hari itu saja ia bisa tertawa. Bagi Kamelia, tawa Yosi merupakan suara langit ketika marah. Seperti Guntur! Seperti hujan yang marah.
                                                            ***
Senja telah datang menyapa.  Sepulang kerja, Dr. Gio mampir sejenak didanau itu. Untuk melihat burung-burung terbang, dahan-dahan yang bergoyang, dan mega yang melukiskan keindahan. Hanya tempat itu yang membuat hatinya damai. Tidak ada yang meresahkan sanubarinya saat ia merasakan hembusan angin yang menyapa. Rasa kehilangan pun menjadi terobati saat ia tahu bahwa betapa indahnya dunia ini..
Sementara itu…
Kamelia pun tidak tahan lagi atas perasaan cinta, yang tumbuh lebat dihatinya. Kerinduannya pada  Dr. Gio harus sampai hari itu juga..! Ia mencarinya. Ia pergi ke rumah sakit pelita harapan, demi hasratnya mencurahkan kangen. Tapi nihil. Ia pergi ke kampusnya, juga nihil. Handphonenya pun tidak aktif. Kamelia pun putus asa. Hanya danau itulah yang mungkin dapat meredakan gundah hatinya, Kamelia pun menuju kesana.
Setibanya ia disana, ia menjumpai Dr. Gio, sedang menikmati keindahan alam di danau itu. Kamelia merasa senang telah menemukan dr. Gio disana. Jarak mereka masih jauh. Dr. Gio pun masih tidak mengetahui akan keberadaan Kamelia. Tiba-tiba Dr. Gio membalikkan badannya, dan menemukan Kamelia sedang berdiri memandanginya. Mereka saling memandang. Kamelia ingin segera memeluknya, membenamkan kerinduannya. Air matanya jatuh, ia berlari menghampiri  Dr. Gio yang mematung. Kamelia memeluk tubuh tangguh itu, Dr. Gio membalas pelukannya.
“ sungguh aku mencintaimu. Sangat mencintaimu!” ucap Kamelia dengan air mata yang berderai.
Kemudaian mereka menghabiskan sisa senja itu berdua. Setelah itu mereka pulang, Dr. Gio mengantarnya sampai ke kostan. Sebelum Dr. gio pulang, Kamelia memberikan buku diarynya pada Dr. Gio.
                                                                        ***
Dihalaman muka diary itu terdapat foto Yosi, yang telah ia silang dengan tinta merah. Dokter Gio masih tidak mengerti maksud kamelia memberikan diarynya. Ia pun membaca satu-persatu halaman buku diary tersebut.
Taiwan, 2009.

Sakit hatiku mendengar berita pernikahanmu. Cinta yang dulu pernah menjadi istana, yang telah memberiku segala kenyamanan dan kebahagiaan kini telah berubah jadi kebencian. Dan kebencian ini serupa dangan remotte control yang mengontrolku untuk membalas rasa sakit hati ini.
Kematian salah satu pasienmu, kau tuduh aku sebagai penyebabnya? Apa sebenarnya salah dan dosa ku? Padahal sedikit pun aku tidak pernah menyakiti hatimu? Sampai akhirnya aku merasakan betapa terpenjaranya saat aku tahu aku telah berada dirumah sakit jiwa. Saat kondisiku sangat terpuruk, kau pun tidak pernah datang menjenguk keadaanku? Seandainyya engkau tahu bahwa hari itu aku sangat mengharapkan kebaikanmu untuk sedikit saja menyemangati aku. Sungguh aku membutuhkanmu saat itu!.
Aku tahu mengapa waktu itu kau berubah drastis. Kau telah terlena  dengan kecantikan Angela. Angela yang saat itu menjebakmu dalam pesonanya. Dan aku.., mungkin bagimu pantas dilupakan! Karena aku tidak berdaya saat itu, karena wajahku cacat saat itu…!
Setelah aku sembuh aku sempat menelponmu tapi yang mengangkat adalah Angela. Angela mentertawakan aku atas keterpurukan yang menimpaku. Kenapa kau begitu kejam padaku, sayang?. Luka atas kesalahan fatalmu, tidak terobati. Bagaimana ini, aku menjadi sangat membenci dirimu!. Sayang, sungguh aku sangat membencimu…


 Kini setelah Dr.Gio membaca diary tersebut. Ia jadi tahu tentang sandiwara yang selama ini Kamelia lakoni. Sekarang ia percaya, bahwa kamelia pun mmencintainya. Hanya mencintainya. Karena cintanya pada yosi hanya kebohongan.
Dihari lain, Kamelia melihat kesungguhan cinta Yosi. Hati kecinya sebennarnya tak tega melakukan sandiwara yang ia rencanakan sejak semula. Ia kini mengenang hari-hari bahagianya dulu, dulu sewaktu pertama kali ia bertemu dengannya. Saat Sonia dan Candra, dia dan Yosi: bertemu dialun-alun kota. Ia juga mengingat prihal pengorbanan Yosi sejak ia kembali lagi mengulang kisah percintaan dengannya. Kisah percintaan yang ternyata hanya sandiwara. Kasihan sekali dia, karena sebenarnya Kamelia tidak pernah akan mencinttainya untuk kedua kali, karena cinta tersebut telah binasa sejak ia menghianatinya. Cintanya dulu hanyalah sejarah yang cukup baginya untuk dijadikan cerita kelam.
Kamelia bermaksud akan membongkar semua kebohongan itu pada Yosi. Namun ada rasa tidak tega, karena ia tahu itu semua akan sangat melukai hati Yosi. Tapi bukankah ini yang Kamelia inginkan? Pembalasan  dendam? Tidak! Kamelia tidak tega! Ia pun menangis. Seandainya dulu kisah cintanya berakhir secara baik-baik, mungkin tidak akan begini jadinya.., akh ia harus segera mengakhiri kebohongan itu.
Kemudian, Yosi dan kamelia bertemu  disebuah rumah makan. Yosi datang dengan raut wajah sumringah seperti biasanya. Hatinya selalu merasa bahagia saat ia berada disisi Kamelia. Sungguh, Yosi tidak akan melepaskan pujaan hatinya. Ia pun rela mati demi Kamelia. Namun sayang, hari itu adalah momen-momen terakhir dimana ia merasakan bahagia.
Setelah mereka menghabiskan makanan, Kamelia mulai berbicara :
“ Sebelumnya aku minta maaf…, aku tidak bisa teru-terusan begini. Aku tidak bisa melanjutkan sandiwara ini..,” ucap Kamelia mengawali. Yosi tidak mengerti secuil pun pada apa yang Kamelia bicarakan. Ia hanya diam mendengarkan penjelasan selanjutnya.
“ Aku tidak mencintaimu lagi seperti dulu. Perasaan yang tumbuh dihatiku kepadamu hanya dendam dan kebencian.., atas luka yang kau goreskan begitu dalam. Aku sudah mencoba memaafkanmu dan melupakan semua hal yang terjadi dalam hidupku, tapi aku tidak bisa. Sungguh tidak mampu! Kau tahu? Betapa sakitnya perasaanku saat kau tinggalkan?. Kau berpaling dariku dan tidak memperdulikan aku lagi. Kenapa sayang? Kerena cacat yang terjadi pada wajahku? Apa kau merasa malu mencintai aku dengan bekas luka hitam diwajahku? Atau karena kedatangan Angela yang menghancurkan cinta kokoh dihatimu dulu, untukku? Hingga cintamu goyah! Dan aku tahu, kau tidak benar-benar tulus mencintai aku…
Sayang..
Apa kau tahu selanjutnya yang terjadi dalam hidupku? Apa kau ingat, sewaktu kau membohongi aku bahwa atas kesalahankulah pasienmu itu meninggal dunia. Angela berkata padaku bahwa, itu hanya kata-kata karanganmu saja! agar aku bisa segera pergi dari hidupmu. Karena yang sebenarnya, kau hanya menjadikan aku sebagai congek, pengganggu hidupmu!. Angela telah mencuci otak dan pemikiranmu. Aku depresi. Aku mengalami gangguan jiwa. Aku menangisimu siang dan malam. Cinta besarku telah meracuni arah pikiranku. Aku yang mengharapkanmu sebagai cinta terakhirku, aku yang mengharapkanmu sebagai imam untuk hidupku, namun kenapa kau tega mencampakan aku? Sepi dan sangat menyedihkan “
Kata-kata Kamelia bagaikan halilintar pada saat hujan badai. Ia berharap bahwa semua ucapa kamelia hanyalah sebuah puisi kekecewaan yang diperdendangkan oleh seorang sastrawan. Tapi kenyataannya itu semua adalah kata hati Kamelia. Kemarahan terpendam Kamelia!.
Pemuda gagah dan macho seperti Yosi menangis dihadapan Kamelia. Ia memohon padanya agar apa yang ia ucapkan hanyalah candaan.
“ Maafkan aku.., aku harus mengakhiri hubungan ini. Anggaplah pertunangan kita tidak benar-benar terjadi. Lupakan aku Yosi..,lupakan semuanya! Kita impas!!!” Kamelia mencopot cin-cin yang melingkar dijarinya. Ia menyerahkan kepada Yosi. Lalu ia pergi meninggalkan Yosi sendiri ditempat itu. Yosi mematung. Ia sama sekali tidak mempercayai kenyataan pahit yang ia terima. Kini ia sepi dan sendiri.
                                                            ***
1 bulan kemudian
Terbalas sudah sakit hatinya. Kini ia tidak peduli lagi dengan masa lalu. Kisahnya dengan Yosi telah tutup cerita!.
Lembar kebahagiaan Mengisi halaman catatan diarynya. Puisi-puisinya kini bagaikan sinaran fajar, yang siap menyongsong waktu. Ia telah bahagia dengan Dr. Giovany, menjalani episode-episode menyenangkan! Mereka pun menyusun rencana pernikahan itu. Undangan pernikahan diantarkan kepada saudara-saudara tercinta dan sahabat, juga sampai ditangan Yosi. Yosi mengamuk! Setiap barang-barang yang ada didepannya ia benting, dan tangannya yang kuat itu meninju kaca lemarinya ; saat ia sedang memperhatikan bayangan dirinya sendiri, yang tampak sangat menyedihkan dan terpuruk..! Ia merasa kini hidupnya tidak berarti lagi. Tanpa Kamelia disisinya tamatlah hidupnya.
                                                            ***
Hari pernikahan  antara Kamelia dan Dr. Gio telah tiba.

Alunan musik bahagia mengalun indah. Pernikahan yang Kamelia damba-dambakan akhirnya terjadi. Kebahagiaan ini bagaikan dongeng-dongeng yang selalu ia dengarkan semasa ia kecil. Kamelia telah menemukan pendamping yang terbaik dalam hidupnya. Seorang imam yang mampu memimpin dan mengayomi. Pendamping yang menjadi teman sehidup-semati dalam suka-duka. Bila ia sakit, suainya yang akan menjaganya begitu sebaliknya : cinta memang harus begitu. Saling berbagi dan menerima apa adanya.
Dokter Gio mengucap ijab-kobul. Dari pintu masuk, terlihat sosok Yosi yang datang dengan wajah kusut dan pakaiannya yang kotor. Yosi berniat untuk membatalkan acara pernikahan itu, ia tidak bisa hidup tanpa kamelia. Ia tidak ingin hidupnya hampa, hanya karena  kehilangan orang yang dicintainya.
“ Kamelia!!! ” teriak Yosi. Para undangan tersentak kaget. mereka semua menengok kearah Yosi. Dr. Gio dan kamelia pun sangat panik.
“ Cepat batalkan pernikahan ini! Kau adalah milikku Mel, kau harus menikah denganku! Hanya denganku! Aku sangat mencintaimu Mel, aku rela berkorban apapun demi kamu..! jika aku harus mati untuk mendapatkanmu, aku pun rela!” ucap Yosi
Orang-orang tercengang. Segera beberapa bodyguard datang membereskan Yosi. Pernikahan pun dilanjutkan.
“ Maafkan aku Yos. Kini, apakah kau sudah mengerti betapa sakitnya dikhianati? Begitulah yang terjadi padaku dulu, saat kau kecewakan…”

 

The end.