Kamis, 05 Februari 2015

ANEMIA DALAM KEHAMILAN


 1.       Definisi
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hemotokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yag disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidaklah cukup yang ditandai dengan gambaran  sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan jenuh transferin menurun, kapasitas jenuh total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak factor yang dapat menyebabkan timbulnya  anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan  protein dari makanan, adanya gangguan absorbs usus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti  pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan penyakit. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Hal 114)
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, Jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan  masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap  kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “ potential danger to mother and child ” (potensial membahayakan ibu dan anak). Karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari  semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan  pada lini terdepan.
Menurut WHO kejadian anemia  hamil berkisar antara 20% sampai 89%  dengan menetapkan Hb 11 gr%  sebagai dasarnya. Angka  Anemia kehamilan di Indonesia menunjukan nilai  yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8 % pada trimester I, 13,6%  trimester II, dan 24,8 % pada trimester III. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 29)
2.      Anemia Defisiensi Zat Besi  pada Kehamilan
Anemia defisiensi pada wanita hamil merupakan problema kesehtan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia. Terutama dinegara berkembang (Indonesia) WHO melaporkan bahwa prevelensi wanita hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75%  serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut  WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Hal 114)
3.      Patofisiologi Anemia pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat  terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Hal 115)
4.      Etiologi Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah, pertambahan darah tidak sebanding dengan pertumbuhan plasma, kurangnya zat besi dalam makanan, kebutuhan zat besi meningkat. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Hal 115)
5.      Gejala Klinis Anemia Defisiensi Besi dalam Kehamilan
Manifestasi klinis dari anemia efisiensi besi sangat bervariasi, bisa hamper tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan penyakit dasarnya.
Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku gangguan system neuro muscular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan  pembesaran kelenjar limpa. Bila kadar Hb < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda- tanda anemia akan jelas.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria  WHO tahun 1972 ditetapkan 3 katagori yaitu : normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal 115 )
6.      Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut  penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen . pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang  sangat ringan  hingga terjadinya  gangguan kelangsungan  kehamilan (abortus, partus imatur atau prematur), gangguan proses kehamilan (inersia, atonia , partus lama, perdarahan atonis ), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress, kurang produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal,dll ). (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal: 115-116 )
7.      Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil
Wanita membutuhkan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi mentsruasi dengan perdarahan sebanyak  50-80 cc setiap bulan dan  kehilangan zat besi  sebesar 30-40 mgr. disamping itu kehamilan  memerlukan tambahan zat besi  untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan  membentuk sel darah merah janin  dan plasenta. Makin sering  seseorang wanita mengalami  kehamilan dan melahirkan akan makin baanyak kehilangan  zat besi dan menjadi semakin anemis.
Sebagi gambaran berapa banyak  kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut:
                     Meningkatkan sel darah ibu                                        500 mgr Fe
                     Terdapat dalam plasenta                                             300 mgr Fe
Untuk darah janin                                                       100 mgr Fe
Jumlah                                                                         900 mgr Fe
Jika persediaan cadangan Fe minimal , maka setiap kehamilan akaan mennguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkaan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjai anemia karena darah ibu hamil terjadi pengenceran (Hemodelusi) dengan peningkatn volume 30% sampai 40%  yang puncaknya pada kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu, jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil 11 gr% maka dengan terjadinya hemodelusi akan  mengakibatkan anemia  hmil fisiologis  dan Hb ibu menjadi 9,5 sampai 10 gr%.
Setelah persalinan – dengan lahirnya plasenta dan perdarahan – ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal  sehingga dapat menyipkan ASI untuk  pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 29-30 )
8.      Bentuk-Bentuk Anemia
Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan daraah adalah sebagai berikut :
1)      Komponen yang berasal dari makanan terdiri ddari :
·         Protein, glukosa dan lemak
·         Vitamin B12, B6, asam folat, dan Vit C
·         Eliminasi dasar Fe, ion Cu dan Zink
2)      Sumber pembentukan darah
·         Sumsum tulang
3)      Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap  bahan yang diperlukan .
4)      Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. sel-sel ddarah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku  untuk membentuk sel darah yang baru.
5)      Terjadinya  perdarahan kronik (menahun)
·         Gangguan menstruasi
·         Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip servik, dan penyakit darah
·         Parasit dalam usus: askariasis, ankilostomiasis, taenia.
Berdasarkan factor-faktor tersebut diatas, anemia dapat digolongkan menjadi
1)      Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi)
2)      Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin  B12)
3)      Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darh lebih cepat dari pada pembentukan)
4)      Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 30-31 )
9.      Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan dan janin
1)      Pengaruh Anemia pada Pembentukan Janin
a.       Bahaya selama kehamilan :
·         Dapat terjadi abortus
·         Persalinan prematuritas
·         Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
·         Mudah terjadi infeksi
·         Ancaman dekompensasi kordis Hb (<6 gr%)
·         Mola hitadidosa
·         Hiperemesis gravidarum
·         Perdarahaan antepartum
·         Ketuban pecah dini (KPD)
b.      Bahaya saat Persalinan
·         Gangguan his—kekuatan mengejan
·         Kala pertama  dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
·         Kala dua berlangsung lama sehingga melelahkan dan sering memerlukan operasi kebidanan
·         Kala tiga dpat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri
·         Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
c.       Pada Kala Nifas
·         Terjadi subinvolusi uteri  menimbulkan perdarahan postpartum
·         Memudahkan infeksi peurperium
·         Pengeluaran ASI berkuranng
·         Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
·         Anemia kala nifas
·         Mudah terjadi infeksi mamae
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 31-32 )
2)      Bahaya Terhadap Janin
                 Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap beragai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahum.  Akibat anemia dapat terjadi  gangguan dalam bentuk :
·         Abortus
·         Terjadi kematian intrauterine
·         Persalinan prematuritas tinggi
·          BBLR
·         Kelahiran dengan anemia
·         Dapat terjadi cacat bawaan
·         Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
·         Intelegensia rendah
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 33 )
10.  Pengobatan Anemia dalam kehamilan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum sehingga diketahui data-data dasar kesehatan umum caalon ibu tersebut. Dlam pemeriksaan kesehatan disertai  pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja  sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relative lebih mudah dan murah.
Pemerintah telah menyediakan  preparat besi untuk diberikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vetonal, dan Hemaviton. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 33-34 )
Daftar Pustaka
Ai Yeyeh Rukiyah. Asuhan Kebidanan 4 (patologi ). Jakarta : Trans Info Media. 2010
Manuaba G.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan    Bidan. Jakarta: EGC




Tidak ada komentar:

Posting Komentar