Jumat, 17 April 2015

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


Gangguan reproduksi yang berkaitan dengan  kegagalan dalam proses nidasi yang benar, terus meningkat dalam 15 tahun belakangan ini. Bukan saja di Amerika Serikat  tapi juga di seluruh dunia. Saat ini lebih dari 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik. Risiko kematian akibat kehamilan diluar rahim 10 kli lebih besar dari pada persalinan pervaginam dan 50 kali lebih besar dari pada abortus induksi.
Istilah ektopik berasal dari bahasa inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani , topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan  “berada diluar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut. Maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur dibuahi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat menngalmi abortus atau rupture pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopiik terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik  terganggu berlokasi dituba (90%) terutama diampula dan ismus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada peyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi ditempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas dan kematian. hal ini dapat meningkatkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.  Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semuua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun . selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan impalntasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk  terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis, tanduk uterus yang rudimeter dan divertikel pada uterus (Sarwono Prawiroharjo,2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luuar rongga uterus. Tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%). Sarwono.2002. buku panduan praktis pelayannan kesehatan maternal dan neonatal) kehamilan ektopik ialah kehamilan ditempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah didalam kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim  ditempat yang luar biasa misalya dalam cervix, pars interstitialis tuba dalam tanduk  rudimeter rahim.
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi , berimplantasi dan tumbuh  tidak di tempat yang normal  yakni dalam endometrium kavum uteri.
Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu ialah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar  penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskkan beberapa factor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik  terganggu.
1.      Factor mekanis : Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi kedalam kevum uteri, antara lain :
-          Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi sila lipatan mukosa tuba dengan penyempitan salurann atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa  tuba sebagai akibat infeksi juga menngakibatkan implantasi hasil zigot pada tuba falopi.
-          Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang mengakibatkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen.
-          Kelainan pertumbuhan tuba, terutama difertikulum, ostium asersorius dan hipoplasi, namun ini jarang terjadi.
-          Bekas opersi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha  untuk memperbaiki  patensi tuba pada sterilisasi.
-          Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adannya benjolan pada adneksia.
-          Penggunaan IUD.
2.      Factor fungsional
-          Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal.
-          Refluks menstruasi
-          Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone.
-          Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
-          Hal ini seperti ; riwayat kehamilan KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningnam masing-masing dalam bukunya mengkalifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain;
a.       Tuba falopi
·         Pers-interstialis
·         Isthus
·         Ampula
·         Infendibulum
·         Fimbrae
b.      Uterus
·         Kanalis servikalis divertikulum
·         Kornu
·         Tanduk rudimenter
c.       Ovarium
d.      Intraligamenter
e.       Abdominal
·         Primer
·         Sekunder
·         Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Patofisiologi
Salah satu saluran telor yaitu untuk  membesarkan hasil konsepsi/zigot sebelum turun dalam rahim. Tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam tuba.
Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi. Disamping itu  penghancuran pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot korion menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi yang menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak mempunyai  kemampuan berkontraksi maka perdarahan tidak dapat dihentikan dan tertimbun dalam  ruang abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang dapat menngalir terus kerongga  peritoneum dan akhirnya terjadi rupture, nyeri pelvis yang hebat dan akan menjalar ke bahu. Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yang mengalami mesosalping yaitu  darah mengalir antara dua lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum lalum. Perubanahan uterus dapat  ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan hiper  skromatik, sitoplasma menunjukan  vakoalisasi dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi denngan hormone yang berlebihan yang  ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong  demi sepotong. Pelepasan desidua ini disertai dengan perdarahan  dan kejadian ini menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilan ektopik terganggu.
Manifestasi klinis
Gambaran klinik manifestasi kehamilan ektopik sangat  bervariasi tergantung dari ada tidaknya rupture. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorhea dan perdarahan pervaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia produtif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami  gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea; payudara terasa penuh; vatigue; nyeri abdomen bagian bawah , dan disperauni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diagfagma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak , berupa kram yang berat  dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat  ditemukan nyeri tekan felvis , pembesaran uterus atau masa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik  harus dibedakan dengan apendisitis, salpingitis, rupture kista luteum atau  folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal , timbul nyeri jika serviks digerakan, vakum douglas menonjol  dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukan  gejala kehamilan muda, seperti nyeri diperut bagian bawah , vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mnegandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada rupture, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan  intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan pervagina menunjukan  terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorhe karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1.   Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2.      Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. 
3.      Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.
Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
          Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis,  maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat  diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik nya :
                     1.    Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
                     2.    Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
   3.   Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
   4.   Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan sepuit 10 ml dilakukan penghisapan
    5.    Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
   6.   Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
    7.   Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis.
Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.
                                    Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar