Jumat, 31 Januari 2014

KETIKA BUMI MENCINTAI LANGIT


KETIKA BUMI MENCINTAI LANGIT
By : chen alya


Aku juga tahu diri! Siapa diriku pun samar bagimu! Kita bertemu pada suatu hari, menikmati rasanya jatuh cinta. Kau sesekali menyebut namaku dengan anggun dan senyuman menawan. Kita masih belum tahu apa itu status social, harkat, martabat dan kehormatan. pemahamanku saat itu bahwa kau mencintaiku setulus hati dan pengorbanan yang kau pamerkan.

Aku kira cinta memang tak memandang apapun karena pada buku yang pernah ku baca; cinta itu hanya cukup untuk cinta!. Gibran mengajarkanku “bila kau mencintai seseorang maka serahkanlah jiwamu meski pedang yang tersembunyi dibalik sayap itu akan melukaimu, dan apabila mulutnya berbicara maka percayalah walaupun kata-katanya akan memporak-porandakan mimpi-mimpimu! ”

Maka, aku mencintaimu seperti lautan yang tumpah!

Tapi ternyata cinta tak cukup untuk cinta. Perbedaan begitu jelas seperti benteng yang menghalangi kita. Kau langit dan aku bumi. Kau putih dan aku hitam. kau orang kaya dan aku miskin papa!.

aku tahu siapa diriku. Kisah cinderela selamanya akan menjadi dongeng yang takakan pernah terjadi dalam hidupku. Meski selalu saja ku panjatkan ribuan do’a agar kau menjadi milikku entah dalam hidup yang sekali ini atau pada reinkarnasi!

Bukankah setiap manusia berhak mencintaian dan dicintai? Jika untuk memilikimu adalah suatu hal tabu, maka biarkanlah aku mencintaimu.

Ketika bumi mencintai langit, aku tahu bahwa Tuhan tak akan pernah menyatukannya. Rindunya bumi pada langit hanya sampai ketika hujan turun. Hanya penantian panjang yang tak bertuan, atas cinta sejati yang tak pernah mati…!

"Tuhan,jika dia adalah langit, jadikan aku bintangnya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar