Selasa, 16 Agustus 2016

PUISI DAN TAIWAN




Hasil gambar untuk CHINA POEM
Waktu itu di Taiwan, semilir angin musim gugur bagaikan sekumpulan lagu melankolis menumpahkan sejuta rasa. Kangen yang menjelma umpama seorang anak yang menangis meminta ice cream.
Disaat itu puisiku menari, dengan lincah tangannya bergeol seakan tak habis kata-kata.

Seratus puisiku membeku didalam buku usang berlatar biru. Kini ia kembali ku buka. kenangan di formosa membekas di ingatan. puisi yang sempat dimuat di majalah-majalah taiwan atas nama Alya Dwipa, kini menjadi lelucon dalam tidur ku.

3 tahun yang lama kala itu, hobby ku selain menulis yaitu mencopot kalender cina setiap hari, satu per satu. dibelakang kertas tersebut, sambil duduk menyiapkan spuit, insulin dan tensi meter untuk amah, ku tulis puisi. 

Kubaca lagi halaman berikutnya dari buku usang berlatar biru, ada perhitungan aneh yang pernah ku buat. disitu tertulis biyaya kuliah per enam bulan yang terdiri dari biyaya persemester, kost, makan, pulsa dan biyaya tak terduga, totalnya yaitu  16.000.000. Bukankah ini adalah pemikiran awam. Ya karna ternyata tak semurah itu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar