Increadible love
Story by : Qinoy
Saat
harapan menuntun kita untuk berjalan pada jalan dimana orang-orang mencintai
kita.
Saat
harapan membuka pintu cinta yang penuh keindahan…
Story
about hopeness, love, carrier, and kindness.
What is nomor one in your live
Kalau
saja pekerjaan adalah benda berbentuk lelaki, mungkin yara akan meminangnya
seumur hidup.Cintanya terhadap pekerjaan seperti ia mencintai diri sendiri dan
keluarga. Ketiga hal tersebutlah yang Menutup matanya terhadap dunia percintaan. Ia ingin
mencurahkan perhatiannya, pada apa yang
ingin ia lakukan. Ia terlalu mencintai dirinya sendiri , untuk itu ia
tidak ingin terluka karena lelaki. Yara paham betul sebab akibat dari
percintaan, dan itulah yang membuatnya senggan untuk sedikit saja mencintai
lelaki. Bahagia, derita, airmata, gelagak tawa, sakit hati, cemburu, selingkuh,
bla…bla…bla… Sederet emosi yang membuatnya mengelus dada.
Teman
sekantornya bernama Satria. Sudah 2 tahun Satria dekat dengan Yara, ia kagum
dengan gadisPekerja keras itu, hingga
lama-kelamaan tumbuh cinta di hati Satria. Akantetapi, Satria sudah
mempunyai tunangan bernama Hana. Hana adalah teman sewaktu Yara SMA.
Ditempat
kerja.
“
Ra, bos minta kita untuk menghadiri
rapat di luar kota. ” Kata Satria.
“
Kamu atur saja waktunya saya siap! ”
jawab Yara.
“
Bagus lah kalau begitu! Saya jemput kamu
jam 7 pagi. ”
Rapat
yang diselenggarakan oleh beberapa
perusahaan kondang tersebut, telah
menarik perhatian para pejabat akan kecakapan yara. Yara banyak menyumbang ide
kreatif dan membangun. Disitulah Satria merasa cinta mati terhadap Yara. Dalam
melalui hari itu Satria tiada habis-habisnya
memandangi wajah Yara. Namun bagi Yara, tidak ada yang spesial pada diri
Satria atau leleki manapun. Baginya pekerjaan adalah seluruh hidupnya.
“ Aku tidak mencintai uang, tapi aku mencintai
pekerjaan. aku ingin menghabiskan waktu dengan pekerjaan, entah mengapa aku
mencintai pekerjaan..!. Mungkin karena dengan bekerja aku tidak mengenal waktu, itu ajaib menurutku. ”
`Alasan
yang real tentang sebab kenapa ia mencintai pekerjaan adalah masa lalunya pada periode SMA sampai
kuliah. Yara pernah merasakan bagaimana
deritanya disakiti oleh sahabat karib dan kekasihnya. Walaupun akhirnya dia bisa
bangkit kembali untuk mencari penggantinya. Tapi endingnya tetap sama yaitu
sadly. Dan yang terakhir ia mempunyai kekesih, kali itu ia yakin bahwa kekasih
barunya adalah jodohnya. Yara curahkan segala perhatiannya untuk mencintainya.
Tapi kecelakaan maut merenggut nyawa kekasihnya. Saat itulah pukulan terhebat yang ia terima..,seperti gunung menguburnya
hidup-hidup., ia ingin sekali mati bersamanya. Dokter jiwapun datang memeriksa
dirinya. Dokter menyarankan Yara untuk menghabiskan waktu dengan apa yang ingin
ia lakukan.Untuk mencintai dirinya sendiri dan untuk membahagiakan dirinya
sendiri.
Hari
itu, kesempatan bagi Satria untuk dinner berdua dengan Yara dilestoran
termewah. Ia ingin Yara tahu, bahwa dirinya adalah lelaki yang cocok untuknya.
Ia ingin menunjukan betapa penuh kasih sayang dan gagahnya dia, Satria lupa
diri bahwa dirinya terikat dengan Hana tunangannya. cincin dijari manis Satria
selalu ia lepas jika dihadapan yara. Tidak ada secuilpun reaksi dari Yara, ia
hanya menganggap Satria tidak lebih sebagai rekan kerja.
Dua
hari dua malam mereka diluar kota. Ketika mereka pulang dan menjalani pekerjaan
seperti biasanya, kejutan yang tidak diinginkan pun terjadi. Yara dikagetkan
dengan kedatangan sepucuk surat diatas meja kerjanya . Matahahari yang
bersinarpun terasa redup…
Dengan
penuh misteri ia membuka surat itu.
“ Surat apa ini? ” Tanya hatinya.
Matanya
pun menajam ketika ia tahu, bahwa surat itu ternyata adalah surat pemecatan
dirinya.
“
Ada apa ini? Apa yang terjadi?. ini sebuah kekeliruan! siapa yang melakukan
ini? ”
Sekelompok
pertanyaan itu mengisi benaknya. Tapi ia tegar. Ia tenang. Ia tidak gegabah,
karena ia tahu ia telah menjalankan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Bahkan ia
telah menyumbangkan ide-ide yang brilian untuk kemajuan perusahaan itu. Bukankh
dua bulan yang lalu ia mendpat gelar sebagai karyawan terbaik? Lalu kenapa ia
tiba-tiba dipecat?.
Beberapa
saat kemudian satria datang.
“ yara selamat pagi ”
Yara
tak menghiraukan sapaan satria. Pikirannya melayang-layang. Apa salahku? pertanyaan
itulah yang mulai membuatnya gelisah.
“ Ra..Ra.., Yara..! ”
“
Ya..ya!! apa salahku? ” jawab Yara kaget.
“
Apa maksudmu? ” Satria tidak mengerti.
“
Kenapa saya dipecat? ” Tanya Yara.
“
Apa dipecat? ”
“
Surat pemecatan ini ada dimeja saya! ”
Mendengar
pernyataan Yara, Satria diam sejenak, lalu secara buru-buru ia keluar dari
kentor itu. Satria langsung menelpon Hana dan memintanya bertemu.
Dikantor Hana.
“
Apa yang kau lakukan pada yara, Hana? ”
Dikursi
direktur Hana menangkringkan kakinya. Tangannya memainkan pena berputar-putar.
Untuk sementara waktu, Hana menjabat sebagai Directur. Pamannya yang menjabat
sebagai direktur sedang dirawat dirumah sakit, karena kecelakaan 3 hari yang
lalu.
“
Kenapa? aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan..! Aku tidak ingin
perempuan itu menggoda kamu! Kamu harus ingat bahwa kamu adalah calon suamiku.”
“
Yara tidak bersalah! tidak ada alasan untuk memecatnya! “
“Hanya
dengan memecatnya aku merasa tenang! Melihat kamu dan dia dalam satu pekerjaan
dan ruang, rasa-rasanya aku ingin muntah. karena bisa saja dia merebut kamu
dariku dan membatalkan pernikahan kita. “
“
Pernikahan kita? bukan! itu rencana mu bukan rencanaku! Aku tidak mencintaimu Hana!
kau tahu itu!”
Dari
balik pintu Yara mendengarkan percakapan mereka. Yara tahu sekarang alasan
mengapa dirinya di pecat. Lalu yara masuk, memotong pembicaraan mereka.
“
Maaf mengganggu. Izinkan saya berkata-kata. ibu direktur yang terhormat. Ibu
tahu betapa banyak perusahaan-perusahaan yang meminta saya untuk bekerja
dikantornya? saya akan terima alasan konyol pemecatan ini! semoga ibu direktur
yang baik tidak menyesal nantinya. Dan satu hal yang harus saya luruskan, bahwa
saya dan Satria hanya sebatas rekan kerja.”
“
Omong kosong! saya tahu jalan pikiranmu nona Yara! Kamu ingin merebut satria dari saya!
Kamu ingin balas dendam pada saya atas apa yang saya lakukan dulu..! ”
“
Apa? Ha..ha..ha..kamu takut Satria mu itu akan aku rebut? Lucu! ”
Yara
keluar menuju ruangannya. Ia lalu mengemasi barang-barangnya. Meski berat ia
keluar dari perusahaan itu, tapi ia menerima, Toh diluar sana banyak perusahaan
besar menunggu kehadirannya. Satria mengejar Yara. Hana membanting semua
barang-barang dimejanya. Ia luapkan kemarahan pada apapun yang dilihatnya. Seorang
sekertaris yang sedang asyik bekerjapun ia caci maki.
“
Keluar kamu! Cepat keluar! Atau saya pecat!” ucap Hana
***
“
Ini salahku Yara, maafkan aku! Aku mohon jangan tinggalkan perusahaan ini.”
Pinta Satria.
“
Dia sudah memecatku! bagaimana aku harus bertahan..” jawab Yara.
“
Hana tidak mempunyai kewenangan untuk memecatmu! dia hanya pengganti pak Bram! ”
“
Maaf aku harus pergi! dan satu hal lagi, kau..,satria! Jangan dekati aku lagi!
Apapun usahamu untuk mendekati aku, akan sia-sia! Urus saja Hana tunanganmu itu.”
Dua
minggu kemudian keadaan perusahaan menjadi buruk. Pak Bram sudah pulih dari
sakitnya. Ketika ia datang memeriksa keadaan, ia dikejutkan dengan berbagai
perubahan.
“
Dimana otakmu Hana! saya kira kamu bisa saya percaya untuk mengganti posisi saya!
Ternyata salah besar! lihat apa yang kamu lakukan terhadap perusahaan. ”
“Berikan
saya waktu untuk memperbaiki semuanya! “
“Tidak!
Kesalahan besar jika saya harus memberimu kesempatan kedua! ”
“
Aku mohon om…! ”
“
Tidak! Silahkan tinggalkan ruangan ini! ”
pak Bram mengusir Hana dengan tanpa segan.
Diruang
itu pak Bram merenung, untuk sementara ia butuh untuk mendinginkan suasana hatinya.
Karena ketika marah menjadi redam, maka kita akan lebih jernih untuk berfikir.
Pak bram tokoh yang bijaksana dan teguh pendirian. Atas kerja keras dan
kecerdasannyalah pak Bram merintis perusahan itu. Namun hanya beberapa hari
saja ketika Hana mengganti posisinya semua menjadi kacau.
Pak
Bram teringat dengan Yara. seorang karyaawan
yang penuh dengan ide inovatif. Kemudian pak bram menelpon sekertarisnya
untuk menghubungi Yara . Tapi tidak disangkanya bahwa Yara telah hengkang dari
perusahaan itu karena ulah Hana…
“
Tolong hubungkan telpon dengan nona Yara ” pak Bram menelepon sekertaris.
“
Maaf pak, nona Yara tidak bekerja disini lagi. ”jawab sekertaris.
“Apa?
”
“
Nona Hana sudah memecatnya. ”
Pak
Bram menutup gagang telpon itu. Hatinya kembali panas. Ia merasa telah
kehilangan pegawai terbaiknya. Sebelum ia menyesal, hari itu juga pak Bram
mencari Yara. ia ingin yara agar kembali pada perusahaannya.”
***
Tawaran
dari berbagai perusahaan masih ia
pertimbangkan. Untuk mengisi hari- hari dirumah ia habiskan waktu dengan
keluarga. Dan ia lebih memilih membaca puluhan judul buku dalam seminggu
daripada nonton bioskop atau karaokean.
Diteras
rumahnya yara membaca buku sambil ditemani segelas teh hijau. Tiba-tiba mobil
silver berlebel BMW parkir didepannya. ia perhatikan sejenak, ia tahu bahwa
yang datang adalah pak bram, bosnya.
“
Pakbram?” Yara menaruh bukunya dikursi lalu bergegas untuk menjemput pak Bram
“
Pak bram, apa kabar pak? Selamat datang di rumah sederhana saya. ”
“
Kabar saya baik. Rumah yang asri…”
Dari
jauh seorang lelaki suruhan Hana memotret mereka. Hana berinisiatif untuk
menyebar humor antara mereka ke berbagai media.
“ Yara, kedatangan saya ke sini tentu kamu
sudah bisa menebaknya. Ya, saya ingin kamu bekerja lagi di perusahaan saya. Saya
sudah tahu apa yang terjadi diperusahaan selama saya sakit. Maafkan atas
tingkahlaku Hana.”
“
Terimakasih atas kedatangan bapak kesini. Sebenarnya saya tidak ingin keluar
dari perusahaan, tapi ini semua demi kebaikan hubungan Hana dan Satria.
“
Kalau begitu kamu menerima tawaran saya? ”
“
Ya pak.., saya akan kembali! ”
***
Seminggu
kemudian, setelah yara kembali bekerja diperusahaan itu. Perusahaanpun kembali
stabil. Itu semua membuat pak Bram menomorsatukan Yara. Pak Bram berniat untuk
menaikan jabatan Yara ke leval tertinggi. Hanya itulah bayaran paling pas untuk
karyawan sejati, si pekerja keras.
Namun
berbarengan dengan rencana itu, berita tak sedappun beredar diTV, radio, majalah
,dan Koran.
“ RUMOR TERPANAS MINGGU INI ANTARA
BOS DAN KARYAWANNYA ” begitulah tajuk dalam berita itu.
“
Ini keterlaluan! Istrinya sendiri telah menjadi mayat hidup dirumah sakit. Boro-boro
menjenguknya..eh malahan dia selingkuh dengan karyawannya.”
Begitulah
komentar Hana pada wartawan. Dalam hati Hana merasa puas dan menang atas kesedihan pamannya. Sementara
itu Yara menjadi serba salah. Baginya statment apapun tidak akan mengubah
situasi, kecuali ia memiliki bukti bahwa
berita itu hanya sebuah rekayasa. Yarapun mencari cara untuk mengungkap dalang
dari semua pemberitaan omong kosong itu.
Hingga
malam larut Yara masih berada dikantornya. Ia ingin bekerja dan bekerja. Pokoknya
ia ingin lari dari permasalahan yang menimpanya. Ia hanya butuh sedikit waktu
untuk bercinta dengan pekerjaannya. Pekerjaan hingga minggu depanpun telah ia
selesaikan. Yara tertidur dimeja kantornya…
Pagi
buta yara berada dikantor. Satria datang dan menghampirinya. Melihat Yara
sedang tetidur ia pun mecopot kemejanya untuk menyelimutkannya ditubuh Yara. Secarik
tulisan terakhir sebelum ia jatuh tertidur tergeletak disisi computer. Satria
membacanya :
“
Love is dizzy, make me difficulty. i did’n believe who are men? Make a hell. In
myheart is nothing! Just myself. That is enough..”
Satria
tersenyum membaca tulisan tersebut. Dalam hati ia berujar:
“
Akulah orangnya Yara, yang membuatmu dalam sulit. Akulah sebabnya Yara! Ini
salahku. Karena aku yang jatuh cinta kepadamu. Dan aku tak mengira bahwa Hana
tega menghalalkan segala cara untuk menjatuhkanmu.”
Pagi
itu memang sengaja bagi Satria untuk berangkat terlalu pagi. Alasannya yaitu ia
ingin pergi jauh. ia mengambil keputusan bulat untuk bekerja di Singapura,
mengurus kantor cabang baru yang telah dibuka disana. Bukan hanya untuk bekerja
disana saja, namun juga untuk menyendiri. Ia tidak bisa memaksa Yara untuk mencintainya. Entah bisa atau
tidak? Yang jelas Satria selalu berusaha
untuk mengakhiri cintanya.
Sebelum
ia pergi ia meninggalkan beberapa barang untuk Yara. Foto-foto Hana bersama
seseorang yang disewanya, CD yang berisi pertemuan antara Hana dan orang yang
disewanya dan recorder yang berisi pengakuan Hana bahwa dialah yang menyebar
fitnah. Rupanya Satria membuntuti Hana kemanapun ia pergi. Karena ia tahu
persis sifat licik Hana, dengan begitu ia merasa lega karena telah melindungi
orang tercintanya. Bukti-bukti tersebut akan membantunya untuk mengclearkan
rumor. Nama baik Yara akan kembali, karena dengan bukti-bukti akurat itu,
masyarakat akan mengambil kesimpulan bahwa Yara hanya korban fitnah.
***
Hari
berikutnya Yara didampingi pak Bram dan beberapa bodyguard. Mereka membuka
jumpa pers. Masalah itu sengaja tidak melibatkan pihak kepolisian ,meskipun
Hana telah menyebar fitnah, itu hanya sebagai peringatan saja. Yara berdo’a
agar Hana dapat berintropeksi. Meski begitu media telah eng-expose foto Hana. Membuat
Hana tidak lagi terhormat dimata masyarakat. Itu konsekuensi atas perbuatannya!
Kemudian masalah berakhir. Yara menikmati masa-masa bekerja dengan enjoy.
Hingga akhirnya ia naik jabatan. Namun ketika ia berada dipuncak kesuksesan, ia
merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Saat itulah ia berfikir tentang cinta..!
26
tahun usia Yara. Planning untuk menikah masih jauh diangan-angannya. Pekerjaan
menguras tenaga dan waktu. Ia kini telah bahagia bersama keluarga dan
sahabatnya. Walau bagaimanapun juga, cepat atau lambat ia pasti akan menikah.
Tapi dengan siapa? Hatinya untuk siapa?. Bahkan memandang lelaki manapun
hatinya tiada getaran..! Uang sungguh
tidak berarti baginya, tapi dengan uang ia bisa menolong orang-orang
disekitarnya. Yara sering sekali mendonasikan uangnya untuk sebuah yayasan
panti asuhan, panti jompo, dan orang-orang yang terkena musibah.
Permintaan terakhir
Monday. Hari yang sibuk. Yara duduk di meja
kantornya. Ia menandatangani beberapa
dokumen penting. Sekertarisnya datang
membawa surat-surat . Surat-surat itu ia letakan diatas meja. Karena tidak ada
waktu membaca surat itu, Yara bermaksud membacanya
ketika jam makan siang, setelah pekerjaannya terselesaikan. Namun amplop surat
berwarna biru bermotif bunnga-bunga, menarik perhatiannya. Dari ibu retno. Yara
pun menunda pekerjaannya, ia membaca surat itu.
To: ananda Yara
Assalamualaikumwarohmatulahiwabarokatuh.
Yang tersayang
putriku, sudah lama ibu tidak melihatmu. Hampir 10tahun kau pindah tanpa sedikitpun
menengok wajah ibu. Apa sudah lupa sama ibu na? akh, mungkin kau terlalu sibuk
bekerja. Na..bolehkah ibu memintamu datang? Menginaplah disini, dirumah gubuk
ibu semalam saja. Seandainya memang ibu mempunyai putri sepertimu, ibu akan
merasa bangga, tapi tidak apa-apa, mengenalmu saja ibu merasa beruntung, kau
putriku Yara.
Bayangan
Yara melintas masalalu, masa ketika ia dan sahabat kecilnya Teguh bermain bersama. Melihat Yara yang periang dan penuh
kasih, ibu Retno menjadi menyukainya dan menganggapnya sebagai anak. Tak jarang
Yara membantu ibu Retno memasak maupun mengerjakan pekerjaan lainnya. Ketika
ibu Retno sakit Yara lah yang menjaganya dan mmeriksakannya ke dokter.
“Ibu..,
ibu Retno! Kenapa aku tidak berfikir tentang dia? ” ujarnya.
Surat itu ia dekap, lalu ia menganmbil
agendanya. Ia mencari waktu luang untuk menjanguk ibu angkatnya.
***
Seminggu
kemudian Yara pamit pada keluarganya untuk menemui ibu Retno diluar kota. Yara
pergi mengendarai Volvo 330 berwarna merah miliknya. 4jam perjalanan ia tempuh.
Pemandangan kota memukau hatinya. 10tahun ia telah meninggalkan kota
kelahirannya, kota itu terlihat sangat berubah. Bangunan SMP tempatnya sekolah
dulu, kini menjadi bangunan bertingkat yang indah.
Yara
pun sampai. Didepan halaman rumah ibu Retno, Yara memarkirkan mobilnya. lalu
melangkah memasuki rumah itu. Teguh saat itu sedang memperbaiki kipas angin
yang rusak. Melihat kedatangan Yara ia terpesona.
“
Yara? ” ucap teguh terkejut.
“
Hai Teguh..? lama kita gak jumpa. ”
“
Kau datang juga akhirnya. ”
“
Aku ingin menengok ibu. Bagaimana keadaannya?.”
Teguh
pun membawa yara ke kamar ibunya. Ibu Retno mengalami sakit yang parah.
Peristiwa tabrak lari yang menimpanya melumpuhkan kakinya serta tubuh bagian
dalamnya.
“
Harapan hidupnya hanya tinggal menunggu waktu.. begitu kata dokter. ”
ucap Teguh.
Melihat
kondisi ibu retno Yara menangis. Yara menyalahkan dirinya karena mengabaikan
ibu angkatnya. Karena ibu retno adalah
salah satu orang special dalam sanubarinya.
“
Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal
teguh? ”
“
Aku tidak tahu bagaimana mencarimu Yara! ”
“ Bukankah aku telah beritahu alamatku? ”
“ Alamat yang kau tulis dikertas itu telah
hilang. Kertas itu dibasahi hujan. lihat genting rumah ini bocor, dan kaca
jendela itu sudah tidak layak! ”
“
Lalu kenapa surat dari ibumu sampai ke tanganku? ”
”Sebulan
yang lalu pak dodi mudik, beliaulah yang
memberitahukan alamat kantormu. ”
Mendengar percakapan mereka, ibu
Retno terbangun dari tidurnya.
“
Apakah yang datang itu Yara Teguh? ”
“
Iya bu… ”
“
Mendekatlah Yara, ibu ingin memelukmu. ”
Yara
pun bergegas menghampirinya dan memeluk erat ibu retno. Ia terharu. Hatinya
bagai teriris sembilu melihat nya
terbaring sebagai pesakitan. Kemudian Yara duduk disampingnya. Mereka bercerita
tenteng hari-hari yang berlalu, hingga malam menjelang.
“
Jika ibu boleh memohon padamu yang terakhir, menikahlah dengan teguh. Jika
teguh menikah denganmu, maka hati ibu akan merasa damai. Tidak ada lagi
harapaan ibu, kecuali pernikahan Teguh. Ra..,
ibu akan berpulang kepangkuannya. Daripada hidup menjadi pesakitan, lebih baik
mati! Ibu lelah yara.., lelah. ”
***
Permintaan
terakhir darinya adalah peperangan batin
untuk Yara. Apa arti cinta bagi Yara? Apa arti pernikahan untuk Yara? Teguh
baginya tak lebih dari sekedar teman. Tapi permintaan terakhir itu harus ia
penuhi., harus! Yara menangis. Meskipun Yara tidak pernah berpikir tantang
cinta, namun ia sadari ada sebuah mimpi yang menawan dalam hayalannya tentang
pernikahannya. Hidup dengan seorang pemuda yang dicintai dan yang mencintainya
adalah hal yang terindah. Sedangkan Teguh sendiri sudah mempunyai kekasih. Jika
yara dapat menerima permintaan terakhir itu, bagaimana dengan Teguh?. Relakah
teguh melepaskan kekasih tercintanya?
Malam
kedua dirumah itu Yara tak bisa lelap. Ia pun keluar ke teras depan untuk
menghirup udara segar. Terang benderang bulan dan bintang sedikit menghiburnya.
“
Bisakah masalah ini aku lupakan? Akh..,aku ingin kembali kekantor. Aku rindu
pekerjaan! “
Dari
arah depan Teguh baru pulang dari rumah Lia kekasihnya.
“
Ra.., lagi ngapain? Sudah malam cepat
tidur! ”
“
Masih pukul 23.00 wib. Nanti satu jam lagi. Teguh temani aku saja disini ada
yang ingin aku bicarakan”
Teguh
duduk disamping Yara. Malam semakin larut. Saat itulah saat yang tepat untuk
memberitahukan keinginan terakhir ibundanya. Setelah Yara memberitahukannya,
ternyata Teguh menolak permintaan
terakhir itu.
“
Kamu pikir menikah itu apa Ra? Ibuku pasti tidak serius! Jangan dengar dia Ra! ”
“
Dia sakit teguh! Hanya itu permintaannya! Kau menikah dengan aku ”
“
Pernikahan bukan permainan! Bagiku pernikahan hanya sekali seumur hidup! Dan
aku hanya akan menikah dengan orang yang aku cintai, yaitu Lia.”
“
Baiklah! Terserah padamu. Aku hanya ingin membahagiakan ibumu, aku ingin
memenuhi permintaannya apapun itu!. Besok aku akan pulang. Jika terjadi apa-apa
beritahu aku. Ini kartu namaku.”
Kemudian
Yara pergi untuk tidur. Ia memahami perasaan Teguh. Biarlah ia berserah diri.
Keputusan apapun yang akan diambil akan ia terima. Yara adalah penyayang, ia
tidak peduli seberapa pahit dan getir hidup yang dijalani asalkan dapat melihat
orang disampingnya bahagia, ia pun bahagia. Begitulah yara ia ingin menjadi
manfaat bagi semua orang. Ia yakin apa yang ia lakukan akan ada balasannya.
Seperti hukum alam, ada sebab ada pula akibat.
***
Dihari
berikutnya Teguh memberitahukan Lia atas permintaan terakhir ibunya. Tidak ada
yang harus ia perbuat, ia tidak mungkin memaksa Teguh untuk tidak menuruti
perintah ibunya. Lia paham apa yang terjadi, tidak ada yang salah dalam hal
ini, hanya saja mungkin mereka bukanlah jodohnya.
Semakin
hari kondisi kesehatan ibu Retno semakin parah. Atas tanggungan Yara, ibu Retno
dirawat dirumah sakit. Hati kedua insan antara Teguh dan Lia sedang diuji.
Keduanya dalam kalut. Ingin sekali
mereka mengikhlaskan semuanya, tapi tidak bisa, Teguh terlalu mencintai Lia.
Begitu sebaliknya.
Hari
demi hari Lia terbayang janji-janji yang Teguh utarakan. Air matanya melimpah
bagaikan laut yang marah. Berita pernikahan mereka telah sampai ke telinga Lia.
Sakit hatinya tiada terkira rasanya!. Liapun jatuh sakit. Keluarganya membawa
Lia ke rumah sakit yang sama, tempat dimana ibu retno dirawat.
Diruang
ICU Teguh menemani ibunya. Ia tatap wajah tua nan keriput ibu Retno. Airmatanya
berlinang. Tiga tahun sudah ibu Retno
menahan sakit. Mungkin jika ia kembali keperaduan Tuhan akan jauh lebih
baik. Sungguh hidup dan mati ditangan Tuhan.
“
Ibu aku sayang padamu, tapi permintaan terakhirmu sulit untuk ku penuhi! aku sangat mencintai
kekasihku, kepadanya aku telah menunakan janji. Seandainya kau terbangun dari
tidurmu, bolehkah aku menawar permintaanmu, ibu? ”
Ibu
Retno tak jua sadar. Kemudian teguh keluar dari ruangan menuju mushola. Diruang
tunggu terlihat ayah dan ibu Lia sedang cemas.Teguh gemetar.
“Om,
tante, ada apa dengan lia?”
Mereka
lalu menceritakan tentang keadaan Lia kepada Teguh. Keadaan Teguh semakin
menyulitkan. entah apa yang harus ia lakukan. Sesudah sembayang Teguh menelefon
Yara untuk segera datang.Hari itu juga Yara mengambil cuti selama seminggu.
Yara membawa ibu dan ayahnya untuk menghadiri pernikahan sederhananya dengan
Teguh. Sesampainya dirumah sakit mereka langsung memasuki ruangan ibu Retno.
Sedangkan Yara dibawa keluar ruangan oleh Teguh.
“
Aku bingung Ra! Lia jatuh sakit setelah mendengar berita pernikahaan kita. ”
“Benarkah?
Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya? ”
“Keadaannya
buruk. Sama persis dengan ibu. ”
“Kau
harus segera ambil keputusan.Kita harus menikah sebelum ibumu pergi selamanya.”
“
Ini seperti buah simalakama! ” Teguh sangat bingung.
Lia
siuman. Lia meminta ibunya untuk memanggil Teguh dan Yara, ia ingin memberikan
restunya untuk mereka.
“
Lia, apa kau baik-baik saja? ” sapa
Teguh.
“
Ada yang ingin saya sampaikan. ”
“
Apa? ”
“
Turuti permintaan ibumu!. Aku tahu kau adalah anak yang berbakti karena itulah
aku cinta padamu. Jangan fikirkan aku, karena aku akan baik-baik saja. Aku rela
melepasmu demi permintaan terakhir ibumu ”
“
Terimakasih atas pengertianmu Lia. ”
Atas
restu dari Lia teguh pun memutuskan untuk menikahi Yara hari itu juga. Ia
membawa penghulu dan saksi- saksi dihadapan ibunya. Antara Yara, teguh, dan
Lia disuguhi aneka perasaan haru. Satu
harapan mereka yaitu agar mendapatkan hikmah dan barokah. Semoga bahagia.
Ketika
sampai pada acara ijab kobul pernikahan itu, ibunya tiba-tiba sadar diri.
Seperti keajaiban yang diatur. Ibu Retno
membisikan kalimat pada meeka.
“
Anaku Teguh, ibu sayang padamu. Ada hal yang harus ibu katakana, karena itulah
ibu menguatkan diri untuk sadar dari tidur. Ada hal yang perlu kau tahu,
sewaktu kau menangis disisi ibu, ibu mendengarnya. Kau menawar pada ibu untuk
menikah dengan kekasihmu. Kau anak yang berbakti, kenapa tidak daridulu kau
kenalkan kekasihmu itu? Kalau saja ibu tahu, ibu tidak akan memintamu untuk
menikah sebelum ibu pergi. Sekarang ibu tahu, kau sangat mencintai Lia , dan kau
tidak mencintai Yara. Jadi jangan paksakan pernikahan ini. Batalkan! Jika kau
mau, anggap saja Yara sebagai adikmu. Suatu hari cepat atau lambat, setelah ibu pergi bawalah Lia kepusara ibu. Menikahlah
dihadapan ibu dengan kekasih tercintamu. Anakku, aku mencintaimu.”
Ibu
Retno pun akhirnya meninggal. Tangis diruan ICU seperti hujan rintik-rintik
yang kian tenggelam.
Pertemuan
yang indah
satria duduk dikursinya memandangi arah luar. Kaca
terang yang memberi sinar di ruangannya, terlihat bersih dan bening. Kaca itu
pula yang menunjukan pemandangan indah kota besar di Singapura. Sejak ia
memutuskan untuk pergi dari Yara, sejak itu pula ia sibukkan diri dengan
pekerjaan. Satria sadar bahwa Yara adalah wanita teguh pendirian. Selama
dibenak Yara menyimpan tujuan, maka ia akan fokus pada tujuan itu. Yara
bukanlah wanita yang mudah mencintai. Justru sebaliknya, hatinya mungkin telah
menjadi beton. Hanya keajaibanlah yang membuat Yara jatuh cinta kepada lelaki.
Jam
makan siang tiba. Satria keluar dari ruangannya menuju lestoran. Gagah sekali
cara berjalannya. Dia.., satria.., pria muda sukses, pintar, kaya dan
dihormati. Dilorong jalan para karyawan menyapanya secara santun. Dimata
mereka, bosnya itu adalah gambaran kesempurnaan. Tak heran apabila banyak karyawati yang jatuh cinta
padanya.
Dilestoran
Satria memesan menu vegetarian. Ia ingin menjaga kesehatannya. Ia yakin bahwa
menjadi vegetarian adalah cara hidup sehat bagi pekerja kantoran seperti
dirinya, mengingat seharian hanya duduk seharian didepan Komputer dimeja
kerjanya.
Dilestoran. Ketika Satria
duduk dengan beberapa rekan lainnya.
“
Selamat pak, produk baru kita laris dipasaran. Respon masarakat sangat bagus.
Ini akan berdampak besar bagi
perusahaan. ” Kata pak Rahmat
“
Ini semua karena kerja keras pak Satria. ” Seorang sekertaris bernama mira
menyambung.
“
Bukan. Tapi karena kerja keras kita! Em.., bagaimana kalau kita rayakan
keberhasilan ini dengan mengadakan BBQ
di villa?” sahut Satria
“
Wah bagus! Bagaimana kalau minggu ini? ”
respon Mira
“
Kenapa tidak malam ini? ”
“
Oh ya saya lupa memberitahu bapak, kalau minggu ini meneger dari perusahaan Indonesia
akan datang. Mungkin bapak mengenalnya.”
“
Siapa? ”
“
Nona Yara “
***
Setelah
makan siang dengan mereka, Satria masuk ke ruangannya. Kabar dari Mira membuat
hatinya berdebar-debar sekaligus dag- dig-dug. Ia akan bertemu Yara minggu ini.
Hampir 2-3tahun ia tidak melihat Yara. Jika mereka bekerjasama seperti dulu,
pasti akan mewarnai lagi dunia Satria. Meski hanya sebagai teman, tapi cukup
baginya untuk menghibur hati, sebagai pelampiasan atas atsmospir kantor yang terkadang
menyulitkan.
Satria
berpikir untuk memberi Yara sebuah kado kecil, tanda penyambutan. Kemudian
setelah selesai bekerja ia pergi ke toko assesories. Ia belikan Yara sebuah
gelang dari emas putih yang bertahtakan namanya.
Minggu
pun tiba. Di Indonesia Yara bersiap-siap untuk terbang ke Singapura. Ia
mengetap barang- barangnya dikoper berukuran sedang. Tiba-tiba adiknya masuk..
“
Teh, berapa lama di Singapura? ” Tanya
villy adik perempuan Yara. Villy berusia 19 tahun. Ia berSMA di sekolah
bertaraf international. Ada lagi adiknya yang bungsu, bernama Lando, berumur 12
tahun.
“
Hanya 1 minggu disana. Mau oleh- oleh
apa? ”
“Belikan
sepatu olahraga teh, sepatu kulit. ”
“
Bukannya sepatu olahragamu ada 3 pasang? “
“
Tapi itu sudah 5tahun yang lalu. Yang dua pasang itu sudah rusak! ”
“
Ya sudah teteh beliin deh.”
Yara
pun berangkat. Yara diantar oleh paman Andi ke bandara. Penerbangan ke
singapura jam 08.30 WIB. Berarti malam disaat pesta BBQ Yara sudah hadir. Malam
itu akan menjadi malam yang menakjubkan bagi pasangan yang dilanda virus cinta.
***
Yara
pun tiba di Singapura. Satria menjemput Yara dengan rekan- kantornya. Ketika
dalam perjalanan pulang menuju hotel, Yara duduk didepan bersama Satria.
Sedangkan yang lainnya duduk di bagian belakang.
“
Satria, saya senang bisa bertemu dengan
mu lagi. Saya harap bisa bekerjasama dengan sebaik-baiknya”
“
Mempunyai rekan seprti nona Yara membuat saya bersemangat! ”
“
Baguslah. Oh ya, sepertinya banyak yang berubah dari diri anda pak.., sukses,
tampan, pintar.., sempurna! “
Mendengar
pujian Yara kepada Satria, kedua rekan itu menyindir mereka.
“Awas
jatuh cinta nona Yara. Selama ini pak Satria menjadi rebutan dikantor.” Sindir
Mira.
“Oh
ya? Gak pa-pa dong jatuh cinta. Selama
kita sama- sama lonely. Iya gak pak meneger? ” sambut Yara.
Mendengar
respon Yara, Satria menatap wajah Yara. Ia meliriknya tajam sambil tersenyum.
Dalam benaknya ia berpikir tentang seribu kecantikan yang ada dalam diri Yara.
Dan ia merasa bahwa Yara lebih terbuka dan panda berkata-kata.
Dikantor
para karyawan berbaris menyambut kedatangan Yara. Yara tersanjung atas sambutan
hormat yang diberikan untuknya. Dimata mereka Yara adalah wanita muda yang
sukses dan sempurna. Jika dipadukan denga Satria sangat serasi. Namun yara
merasa dirinya tetaplah sama seperti tahun-tahun sebelumnya saat dia menjadi
pegawai biasa. Kini ia mengerti apa arti kesungguhan dan kerja keras. Jika
mempunyai tujuan maka raihlah, fokus! Jangan menyerah, meski sulit percayalah!
Segala hal akan menjadi mungkin, kesulitan mempunyai jalan keluar. Isilah benak
dengan pertanyaan “ bagaimana agar menjadi mudah. Lalu pertanyaan itu jawablah,
kemudian turutilah. Begitulah Yara.
Malam
yang datang menjadi malam yang special bagi Satria. Kehadiran Yara membuat
Satria berlama-lama didepan kaca. Ia ingin tampil sebagai pemuda tertampan.
Perhatian Yara menjadi tujuannya. Apakah ia mampu? Tidakah ia takut mengalami gegal seperti dahulu?.
Pesta BBQ digelar sangat menarik. Para karyawan
yang dating berdandan cantik. Mereka memakai gaun. Ada acara berdansa disana.
Musik romantis menambah gairah. Masing-masing perempuan mencoba menarik lawan
jenisnya.
Sedari
tadi Satria menunggu kedatangan Yara. Beberapa saat kemudian Yara datang. Ia
berjalan menuju arah Satria.. dialah bidadari paling cantik. Malam itu, menjadi
malam bersejarah bagi keduanya. Perlakuan hangat dari Satria mematahkan hati
Yara. Seperti ada getar-getar lembut
bagai semut, yang merayap dipelataran jantungnya. Ingin tertawa..,dan
seakan telah memiliki dunia seisinya.
Malam
mulai larut. Kedua insan itu asik berdansa. Yara tak sadar ia telah menyadarkan
kepalanya didada Satria. Ia merasa Satria adalah kekasihnya.Yara tahu jelas
bahwa Satria masih amat mencintainya. Yara ingin menyambut hati Satria, ia
ingin mencoba.
“
Malam ini akan aku ingat! ”
“
Apakah malam ini sangat special? ”
“
Tentu. Ini karena ada Kamu. Kamu tentu
tahu maksud hatiku. Terimakasih hari ini kau menyambutku.”
Yara
mendongak kewajah Satria. Ia tersenyum sedikit. Satria memandang matanya
jernih, seolah berkata: “ sungguh aku cinta padamu!” bibir itu sangat manis.
Alangkah bahagianya jika bisa menyentuh bibir itu. Kemudian dengan pelan dan
hati- hati, Satria menghentikan irama dansa. Ia mempererat pelukan tangannya.
Lalu mencium bibir itu. Yara terpesona…..
***
Sore setelah jam kerja selesai.
Yara mendapat kabar dari Indonesia. Teguh mengirim email.
“
Yara yang baik, aku dan Lia telah menjadi
suami- istri. Namun sakit yang ia derita telah membawa nya menuju singgasana
Tuhan.Aku menikahi Lia didepan pusara ibu..!. Lia kini meninggal.
Kau tahu bagaimana perasaan ku sekarang? Aku telah ditinggalkan oleh
orang-orang tercinta dalam hidupku. Aku tidak mempunyai siapa- siapa lagi Yara…!
Aku kesepian dan sedih. Hanya kamu orang terdekatku, hanya kamu yang bisa
menjadi pelipur hatiku! Terimakasih sebelum dan sesudahnya karena kamu selalu
ada untuk ibu, ibu sangat bangga kepadamu Lia! Begitu pun dengan ku yang
menyayangimu… ”
Saat
itu Satria sedang ada disamping Yara. Tanpa disengaja ia melihat email
tersebut, dan menemui wajah Teguh terpampang disana.
“
Dia siapa, Ra? ”
“
Oh.., dia Teguh. Kita dekat. Dia teman baikku. Ibunya telah meninggal. Mereka
sangat baik terhadapku. Mereka keluargaku! ”
“
Sepertinya dia tidak asing bagiku. Siapa ya?. Ibunya meninggal? Siapa nama
ibunya? Nama panjangnya? Tinggal dimana? ”
“
Ada apa denganmu Satria? Pertanyaanmu seperti wartawan saja! “
“Jawab
yara! ini penting bagiku.”
“Nama
ibunya ibu Retno wulandari. Dan namanya yaitu Teguh pratama. Mereka tinggal di
indramayu.”
“ Apa? Jangan-jangan mereka keluargaku. Dia ibuku, dan teguh adalah adikku. ”
“
Benarkah? ”
Sejak
usia 5 tahun Satria terpisah dari mereka. Orang tuanya bercerai, dan ia dibawa
oleh ayahnya. Sebenarnya sudah sejak lama ia mencari mereka. Tapi tidak pernah
ada kabar berita. Sedih nian hati Satria mendengar kabar kematian ibunya.
Rencananya ia akan pulang ke Indonesia bersama Yara. Ia ingin menemui Teguh.
***
Akhirnya
mereka berdua pulang ke Indonesia.. setiba di Indonesia, Yara mengantar Satria
menemui Teguh. Satria merangkai kalimat untuk mengungkap rasa sedihnya. Sedangkan
Yara tak percaya dengan kebenaran itu.
Yara
menelefon Teguh: “halo, Teguh? Saya Yara. Saya sekarang ada di halaman rumah.
Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.”
“
Ra, saya ada dipabrik. Kamu tunggu saja 30 menit. Saya secepatnya akan pulang.”
“
Oke.”
Sesaat
kemudian Teguh datang dengan mengendarai sepeda motor. Dihalaman rumahnya Yara
terlihat bersama dengan pemuda Teguh pun melambaikan tanganny adan tersenyum
manis.
“
Hallo! dia temanmu ya? Atau kekasih? ” kata Teguh.
“
Kamu tidak kenal dengannya? ”
“
Siapa? ” Tanya Teguh penasaran.
“ Teguh.., aku Satria. Aku kakakmu! ” kata
Satria lembut.
Namun,
Api mulai menyulut membakar hati Teguh. Tangannya ia kepal dan giginya
menggerutu. Ingin ia lemparkan pukulan untuk Satria. Tapi ia tahan.
“
Pergi kamu! Jangan ganggu hidupku!.
Bagiku kamu atau bapakmu itu sudah mati 23 tahun yang lalu. ”
“
Maafkan aku teguh! bukan niatku untuk mencampakan kalian! ”
“
Nyatanya kamu mencampakan kita! kamu
tidak punya hati! Kamu tahu betapa sakit hati ibu ketika pria tua itu
menceraikan ibu, lalu menikah dengan janda
kaya itu! Kamu bukan keluargaku..! Bahkan ketika ibu sakit, kamu sama
sekali tidak tampak batang hidungnya. Hingga sekarang setelah ibu meninggal…”
“
Aku mencarimu Teguh! ”
“
Omong kosong! Pergi kamu! “
Teguh
kembali ke pabrik tanpa peduli dengan Satria maupun Yara. Sedangkan mereka
kemudian duduk didalam mobil. Satria menceritakan pada Yara tentang
pencariannya selama ini. Seandainya ia tahu bahwa Yara adalah kunci dari
keberadaan itu.
Satria
menjadi kacau. Yara mendamaikan hatinya. Pada saat-saat seperti itulah terlihat
bahwa mempunyai pasangan hidup adalah
pelengkap. Pasangan hidup adalah obat untuk gundah-nestapa. Pasangan hidup
adalah penyempurna bagaikan pena dengan tinta.
Pagi
berikutnya Satria meminta Yara untuk mengantarnya kepusara ibunya. Sebagai
anak, Satria ingin mengirim do’a untuk ibunya. Namun ketika Satria tampak khusu
tiba-tiba Teguh datang menghajarnya.
“
Aku bilang kamu pergi! Kenapa kamu kotori makam ibuku dengan kedatanganmu! Ibu
akan terluka! “
Yara
yang ada disana mencoba memisahkan.
“
Cukup Teguh! Kau salah paham dengan Satria. Kamu tahu betapa khawtirnya satria padamu.
”
“
Kamu tidak tahu semuanya,Ra! ”
“
Kamu yang tidak membuka pintu maaf dihatimu. Kamu yang harus mendengarkan
penjelasannya! ”
“
Dia tidak tahu diri! Kemana dia saat ibu membutuhkannya? Dimana dia ketika ibu
sakit? Ketika kami membutuhkannya? Ketika
kami kelaparan? Ketika aku dipecat ari pekerjaan? Ketika aku rindu kakakku?”
“
Aku mencarimu adik! Maafkan aku…”
Teguh
menangis pilu. Begitu pula Satria. Akhirnya Teguh menerima penjelasan Satria.
Ia ingin memulai hubungan baru sebagai adik dan kakak. Yara merasa terharu atas
bersatunya mereka. Kini Teguh tak lagi sendiri. Ia telah menemukan kakaknya.
Lantas, satria membawa Teguh pulang bersamanya. Mereka pun tinggal bersama
diapartemen mewah. Satria pun memberinya pekerjaan sementara diperusahaan tempatnya
bekerja
Sedangkan
hubungan Yara dan Satria tetap sebagai teman. Teman tapi mesra. Pekerjaan yang
sibuk adalah benteng penghalang bagi pertemuan mereka. Namun seandainya waktu
telah tiba, pernikahan antara mereka pasti terjadi. Namun ketika teguh mengenal
lebih dekat lagi dengan Yara, hatinya jatuh cinta. Bagaimana ini? kedua adik
dan kakak tersebut mencintai Yara…
***
Villy
yang tersayang
Terbayang
masa kanak-kanak bersama Yara. Teguh melamun diapartemen kakaknya. Sebelumnya
ia tidak pernah merebahkan diri di kasur empuk
berharga jutaan rupiah. Teguh mengingat kebaikan- kebaikan yang Yara
lakukan terhadapnya. Ia jadi mengerti sekarang, kenapa ibunya memintanya untuk
menikah dengan Yara.
Mungkin
ini takdir. Ia dipertemukan lagi dengan Yara. Jawaban atas kenapa isterinya
meninggalpun mungkin karena untuk
dipertemukan dengan Yara
Hari
minggu Teguh membuat janji dengan Yara untuk melihat Villy dalam lomba lari.
Mereka berangkat setelah sarapan pagi.
Dengan ditemani orang-orang terdekatnya, Villy merasa percaya diri untuk
menjadi yang terbaik.
“
Villy, jangan kecewakan tetehmu! Kamu
harus semangat. .” kata Teguh
“
Harus menang dong..! tetehkan udah beliin sepatu…” Yara menambahkan
“
I will go all out..! ”
Sebelum
pertandingan, mereka berfoto-foto ria.
Orang yang melihatnya merasa iri dengan keceriaan mereka. Teguh dan yara
seperti sepasang tunangan yang hendak menuju pelaminan. Kemudian setelah itu,
perlombaan dilaksanakan. Sambil menyaksikan Villy, Teguh membeli es cream untuk
menambah asyiknya suasana.
” Villy.., go..go..go..!” teriak Yara.
“ Villy.., cher up! Go..go..go..” Teguh
mengikuti.
Teguh
melihat senyum Yara beserta gelagaknya. Didunia yang hampa ini, ia menemukan
surga. Melihat Yara ada disisi seperti madu pemanis bibirnya. Disaat yang menarik
itu tiba-tiba Satria menelpon Yara dari Singapura
“
Ra, apa kabar. Disana kok suaranya
ramai? Kamu dimana? ”
“Aku
lagi lihat Villy mengikuti lomba lari.
Teguh juga disini. Kalau kamu liburan kemana?”
“
Akh.., Ra aku gak bisa liburan, masih
banyak pekerjaan. Aku harus selesaikan secepatnya . dua hari lagi Aku mau pulang
selama 2bulan ke Indonesia. Ada beberapa perencanaan dengan seorang
rekan disana. Jadi secepatnya kita bisa ketemu lagi.”
“
Ya…”
Telpon
pun dimatikan. Kembali pada perlombaan Villy.
Beberapa menit lagi garis vinis dilalui. Ada 3 orang yang berada dibaris
terdepan. Salah satunya Villy. Teguh dan Yara bereriak keras untuk menambah
tenaga, agar semangat adiknya.
“
Villy..,semangat..! semangat..! “
Mendengar
teriakan mereka, Villy menambah kecepatannya hingga ia muncul sebagai pemenang.
Gemuruh tepuk tangan pun tertuju untuk Villy. Ia mengangkat kedua tangannya ke
langit sambil berteriak : “ yeh…..”
Dari
jauh Teguh memotret villy. Sedangkan Yara berlari untuk
memeluk adiknya yang menjadi juara. Lalu Yara memeluknya sambil memutar-mutar
tubuh Villy. Teguh mengabadikan moment itu. “ duh bahagianya.”
Dari atas mimbar seorang mentor memberi pengumuman pemenang. Nama-nama
juara pun disebutkan. Villy adalah juara pertama. Disusul oleh nama-nama berikutnya. Villy berdiri
paling atas. Rasa bangga dan bahagia mengisi hatinya. Kemudian piala dan piagam
dibagikan. Disitu Villy bersalaman dengan Gubernur. Setelah pembagian piagam
selesai. Satu persatu para juara turun. Namun ketika giliran Villy. Peristiwa
yang tidak diinginkan pun terjadi. Ia terburu-buru saat berlari menuju kearah Yara danTeguh.
Hingga ia terpeleset dan jatuh…
Tak
disangka kejadian kecil itu berdampak besar bagi Villy. Kepalanya terbentur.
Villy mengalami luka dalam. Ingatannya bermasalah. Ia tergeletak dirumah sakit
tanpa sadar.
***
Matahari
yang bersinar hari itu diselimuti mendung. Hujan turun dari mata indah Yara.
Angin sejuk yang beberapa saat lalu ia rasakan berganti dengan hawa panas yang
menusuk relungnya. Kenapa begitu cepat suasana berubah? Muram, hitam, dan
menakutkan. “ ada apa dengan adikku? ” kata Yara. ” cepat bangun! Tidak baik
tidur terlalu lama! “
Teguh
pun merasa sedih yang sama. Baginya Villy adalah adik kecil yang manis. Teguh
setia dalam suka duka menemani Yara. Ia ingin menjadi lilin dalam gelapnya.
Atau menjadi penyangga untuk sandarannya.
“
Sebaiknya kamu pulang, sebentar lagi keluargaku akan datang.Kamu pasti lelah .”
“
Tidak apa-apa. Aku akan menemanimu, Ra. ”
“
Kamu sudah terlalu lama menemaniku. Aku
merasa tidak enak! ”
“
Jangan bicara begitu.., kamu ingat sewaktu ibuku masih ada? Dua hari dua malam
kamu menemani ibuku. Kini giliran aku yang menemani dalam suka dan dukamu.”
“
Terimakasih Teguh. ”
Seminggu
pun berlalu. Villy masih diranjang pesakitan. Setiap hari Teguh menemani Villy.
Yara merasa haru akan kesetiaan Teguh.
Sedangkan Yara hanya diwaktu sore dan malam bisa menemani adiknya, karena
pekerjaan kantor yang menyita waktu. Sementara itu Satria telah kembali lagi ke
Indonesia. Satria segera menemii Yara. Namun saat itu Yara sedang dirumah sakit
menemani adiknya bersama Teguh.
“
Boleh tahu kemana meneger Yara pergi? Apakah sudah pulang? ” Tanya
Satria pada sekertaris.
“
Ya. Meneger Yara telah pulang. Mungkin sekarang ada dirumah sakit.”
“
Dirumah sakit? Siapa yang sakit? ”
“
Adiknya yang sakit. ”
Sekertaris
itu lalu memberi alamat rumah sakit pada
satria. Satriapun menuju kesana. Didepan jalan ia membeli parcel buah untuknya.
Satria pun tiba ditempat tujuan.
Didepan
kamar pasien, Satria menghentikan langkahnya. Ia mendengar percakapan Teguh dan
Yara.
“
Terimakasih teguh kamu telah menemaniku
selama ini. ”
“
Untuk apa berterimakasih? Aku tidak melakukan apa-apa. ”
“
Kau melakukan banyak hal untukku dan Villy. Kalau tidak ada kamu, mungkin akan
terasa berat.”
Yara
diam beberapa saat. Mendengar kata-kata yara, Teguh merasa kasihan. Ia pun
memeluk Yara, lalu menyandarkan kepalanya didadanya. Dari balik pintu Satria
melihat mereka, mengalirlah cemburu memanasi hatinya.
“
Villyku yang malang kenapa bencana ini
datang ketika kemenangan kau raih? Teguh bangun kan Villy..! kita rayakan
keberhasilannya.”
“
Curahkan isi hatimu. Menangislah didadaku. Setelah itu terimalah musibah ini
dengan lapang dan berdo’alah.”
Satria
melihat kedekatan mereka. Dalam hati ia ingin sekali menjadi Teguh. Saat ia
berada disisi yara dalam situasi
genting. Ia mengetuk pintu lalu masuk. Yarapun terbangun dari sandaran Teguh.
“
Oh Satria.. kamu akhirnya datang.” Sapa Yara.
“
Villy jatuh. Ia mengalami luka dalam. Sampai saat ini ia masih belum sadar.”
Teguh menjelaskan.
Mereka
bertiga duduk menemani Villy. Hening menyelimuti ruang tanpa satupun yang
memulai pembicaraan. Dihati Satria dan Teguh ingin berlomba untuk mendamaikan
hati Yara. Tapi yang ada hanya diam dan diam.
***
Pagi
yang cerah Satria menjalankan tugasnya sebagai kakak yang baik untuk teguh. Ia
membuat sandwich dan segelas capucino sebagai sarapan. Teguhpun keluar dari
kamar dan mereka menikmati sarapan pagi.
“
Berikan aku pekerjaan lagi, kak.. ” pinta teguh
“
Em.., ada sebuah lowongan pekerjaan, tapi hanya untuk lulusan S1 atau D3. Saya
pikir sebaiknya kamu kuliah dulu…”
“
Kuliah? Tapi.. ”
“
Saya yang bertanggungjawab atas administrasi atau apapun yang menyangkut kamu.
Saya kakakmu,itu tanggungjawabku!”
Percakapan
mereka menghasilkan keputusan bahwa Teguh harus kuliah.
Setelah
sarapan pagi, Teguh langsung menuju rumah sakit. Sedangkan Satria mengurus
pekerjaan. Hari itu kondisi Yara nge-drop, ia kelelahan. Otaknya terbagi atas
kesembuhan Villy dan tanggung jawab pekerjaan. Sudah 2minggu Villy tak sadarkan
diri, itulah yang menyebabkannya tertekan. Dijam makan siang Yara menuju klinik
terdekat. Saat itu Satria melihat Yara, sehingga ia berniat menunggunya dilobi.
Dokter
mengatakan bahwa Yara kelelahan dan sedikit demam. Ia butuh istirahat. Setelah
mengambil obat dari apotik, Yarapun beranjak pulang. Dari lobi satria
memanggil..
“
Yara tunggu! ”
“
Loh, Sat kamu kok ada disini? ”
“
Saya melihat kamu disini. Jadi saya menunggumu. Mari saya antar pulang.. ”
“
Bukankah masih banyak pekerjaan yang haus kamu selesaikan? ”
“
Saya khawatir pada kesehatanmu, lebih
baik saya antar. Kamu harus mau! ”
Satria
pun mengantarnya kembali ke kantor. Dimobil Yara tertidur. Keringat bercucuran
dari pelipisnya. Satria pun resah, lalu ia memutuskan untuk membawa Yara
kerumahnya. Yara tidur diruang tamu. Sementara itu satria memasak bubur
untuknya. Seperti seorang mantri satria merawat yara sepenuh hati.
“
Yara bangun, makan dulu. Saya masak
bubur buat kamu ”
Yarapun
bangun. Kondisinya masih lemah. Satria menyuapi Yara dikit demi sedikit. Berada
disisi Satria sangat berbeda bagi Yara, ada rasa damai yang indah dihatinya.
“
Kamu tidak boleh sakit ra. Kamu harus
menjaga baik-baik kesehatanmu, kalau tidak siapa yang akan menjaga adik kamu? kalau
menjaga diri sendiri saja gak bisa! ”
Sementara
dirumah sakit terjadi keajaiban. Villy siuman. Nama pertama yang ia sebut yaitu Yara. Namun kakak tersayangnya tidak
hadir menemaninya. Villy berperasangka buruk terhadap kakaknya ia menduga bahwa
kakaknya lebih mencintai pekerjaannya daripada dirinya.
“
Sudah jam delapan malam kemana teteh?
Seharusnya ada disini menemani aku! Kemana teteh! ”
“
Teteh mungkin masih dikantor Ly. ” Kata ibunya.
“
Teteh jahat! Egois! hanya pekerjaan yang menjadi no.1 dalam hidupnya. Ya..,apa
selama aku koma, teteh tidak menemani aku, tapi ia sibuk bekerja!!? ”
“
Bukan begitu Li, tetehmu setiap hari mnemanimu” kata Teguh.
“
Kak Teguh selalu membela teh Yara.”
Kemudian Teguh menelepon Yara. Saat
handphonenya bordering Yara ada dikamar mandi. Yara tahu HP’nya bordering, ia
pun meminta Satria untuk mengangkatnya. Ketika tahu yang mengangkat adalah
Satria, mereka : Teguh dan Villy saling menatap. Villy mengangguk-anggukkan
kepalanya dengan mimik sengit. Ia mengambil kesimpulan bahwa Yara mencampakan
dirinya demi Satria. Sesaat kemudian Yara keluar dari kamar mandi.mendengar
suara Villy, ia langsung berbicara.
“
Villy adikku kau sudah sadar…, Alhamdullilah!
”
“
Cepat matikan HP’nya kak Teguh! Aku
tidak mau berbicara dengan teteh. Dia egois. Sekarang dia sedang Kerja atau pacaran? ”
Teriak
Villy menyindir Yara. Yara kalang kabut mendengar nada marah adiknya.
“
Apa? De.., kamu salah paham! ”
Villy
meraih HP yang Teguh genggam, lalu ia matikan. Yara sungguh tak mengerti kenapa
Villy tiba-tiba berperasangka buruk terhadapnya. Belum pun ia menjelaskan apa
yang terjadi, namun telpon telah dimatikan. Yara bergeges untuk ke rumah sakit.
Demam dan lelah tak dirasa. ia hanya ingin menemui Villy.
Sedang
di rumah sakit Villy terlihat kecewa. Air matanya berlinang tanda marah
terhadap Yara. Kini orang yang Villy sukai adalah teguh. Dan yang ia benci
adalah Satria. Baginya satria telah merampas Yara dari sisinya. “ kenapa satria
tega menguasai Yara?” pikir Villy. Siapa yang marah ketika tahu orang yang
dicintainya tiada disampingnya? apa lagi ketika ia tak berdaya. Villy kecewa.
Mimpi buruk Yara
Dari jam makan siang jam 11.48 WIB, ia menuangkan perasaannya pada
selembar kertas. meski waktu telah berlalu lebih dari empat jam, yang
ditulisnya hanya sebuah symbol ” ? ” Tanya. Apa yang terjadi dengan hatinya dan
pikirannya. Ia sendiri tak mengerti. Bukan lantaran pekerjaan yang selama ini
disibukinya atau perubahan sikap Villy yang angkuh terhadapnya. Tapi karena
senyuman Satria berputar-putar dibenaknya. Yara telah jatuh cinta, tapi ia
tidak mau tahu! Biar waktu yang menjawabnya
Yara
merentangkan tangannya. Dikamarnya ia merasa terbebas. Rasa kantuk menghinggapi
hingga ia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi.
Sepulang
dari rumah sakit Villy terjatuh dari tangga. Bekas operasi dikepalanya menjadi
retak. Darah bercucuran. Tak ada seorangpun yang mengetahui kejadian itu.
Ayah-ibunya sedang pergi. Lando adiknya sedang mengikuti les. Dan Yara sedang
bekerja. Oh bukan, tapi Yara sedang makan malam dilestoran bersama Satria dan seorang
meneger dari Singapura!.
Villy
merintih sambil merangkak meraih gagang telepon. Ia ingin menelpon Yara agar
segera pulang. Namun sakit terlalu sakit, Villy lemah. Ia jatuh pinsan.
Dilestoran
Yara dan mereka asyik berbincang. Mereka bercanda-tawa. Yara tek tahu kalau
Villy sedang butuh pertolongannya.
Lando
pun pulang diantar oleh guru lesnya. Ia menekan-nekan bel tapi tak ada jawaban.
“
Teh Villy buka pintunya.. ” teriak
lando. Ia lalu melihat ruang tamu dari kaca jendela. Mereka kaget bukan kepalang
ketika mengetahui bahwa Villy tergeletak dilantai.
“
Bu sarah bagaimana ini bu? Tah Villy
tergeletak dilantai. Lihat bu.., banyak
sekali darah disana.
“
Ini gawat! Cepat telpon ambulans! ”
Bertepatan
dengan kedatangan ambulans, ayah dan ibunya datang. Lalu mereka membawa Villy
ke rumah sakit. Ketika Yara diberitahukan hal itu, ia segera datang.
“
Otaknya mengalami kerusakan. Benturan hebat yang terjadi berturut-turut membuat
ingatannya lumpuh. Ia hanya dapat mengingat hal-hal yang berkesan dalam hidupnya,
namun tetap tidak bisa disembuhkan seperti sediakala. Jika sedikit saja ia
merasa tertekan atau sedih, maka ia akan
semakin parah. Buatlah dia merasa bahagia,hanya keajaiban dari Tuhan yang menyembuhkannya. ” Kata dokter.
Melihat
ketidakberdayaan Villy, membuat Yara semakin bersalah. Ia tidak bisa memaafkan
dirinya karena menelantarkan Villy. Kali ini ia merasa bahwa mencintai
pekerjaannya adalah suatu kekeliruan. Apalagi kejadian itu terjadi saat ia
sdang makan malam dengan satria dalam urusan kantor. Yara ketakutan seandainya
Villy tidak lagi sadar diri. Keringat bercucuran membasahi sekujur tubuhnya. Ia
ingin sekali terbangun dari tidurnya, tapi susah. Dalam mimpinya itu ia
berteriak, tapi suaranya tertahan. Oh ya Allah.., mengerikan sekali jika mimpi
itu menjadi nyata. Akhirnya Yara terbangun. Ia menarik nafas dalam-dalam.
Matanya merah dan berkaca.
“
Alhamdullilah hanya mimpi.”
***
Setelah
terbangun dari tidur Yara ke kamar mandi. Seperti pagi biasanya, ia manjalankan
aktivitas berolahraga. Ia lari pagi memutari Taman. Villy datang kekamarnya
untuk mengajaknya sarapan, namun Yara belum pulang. Melihat kamar Yara yang
belum dibereskan, Villy pun membereskannya. Ketika matanya tertuju pada
computer yang masih menyala, ia lalu mematikannya. Namun saat akan men-shut
down computer itu, ia menemukan album
foto Yara bersama Satria. Foto-foto itu penuh dengan Satria. Melihat kedekatan
mereka, Villy cemburu. Ia takut jika Yara jatuh cinta dengan satria lalu
mencampakannya. Bukannya tanpa alasan, karena ia tahu ketika ia terbaring di
rumah sakit saat itu, Yara tidak berada disampingnya melainkan bersama dengan
Satria.
Kemudian Yara pulang dan memasuki kamar.
“
Villy? ”
“
pagi teh, baru pulang? ”
“
Iya. ”
Fotonya
dengan satria terpampang dengan layar penuh. Foto-foto itu bergonta-ganti. Yara
jadi canggung, lalu mematikan komputer tersebut. Villy melirik tingkah laku
Yara dengan aneh dan tajam. Ia berdecak tanda ketidaksukaannya. Lalu mereka
menuju meja makan untuk sarapan.
Saat
sarapan, handphone Yara berdering. Rupanya dari satria. Ia menanyakan apakah
ada waktu dihari libur? Satria ingin mengajaknya berpariwisata ke kebun
binatang. Mendengar percakapan mereka Villy membanting sendok dan garpunya
dengan keras.
“
Ini waktunya makan teh! Tolong matikan
teleponnya! Saya tidak suka! ”
“
Yara ingin membela diri. Tapi mimpi
semalam terbayang. Ia pun menahan dan mengaku salah. Mulai saat itu ia mencoba
untuk menyembunyikan semua hal yang berkaitan dengan Satria. Lagi pula Satria
hanya rekan kerja. Bukan siapa-siapa bagi Yara.
“ Bagaimana ini Tuhan? Aku bohongi diri sendiri.
Bukan seperti apa yang ia tulis. Satria sudah menjadi sel dalam diriku. Dia
bagian terpenting dalam hidupku akhir-akhir ini. Inilah kenyataan, apa yang ku
ungkap adalah isi hatiku. Tapi cinta yang baru lahir ini membawa ketakutan dan
gelisah. Tidak ada yang dapat mereda! keluargaku, pekerjaanku, atau bahkan satria
itu sendiri. Semua terasa membingungkan.
Hanya takut yang menjelma.”
Ya,Yara
telah jatuh cinta. Semakin ia menghindari, semakin rindu ia pada Satria.
Semakin mencoba melupakan, semakin cinta pada Satria. Ini demi Villy. Ia akan
berbohong pada dirinya sendiri.
Beberapa
hari telah berlalu. Satria mulai menangkap keanehan pada Yara. Yara tdak lagi
mengangkat teleponnya, menikmati makan siang, atau pulang bersama. Yara selalu
menghilang ketika satria mencari.
Ada
suatu ketika disaat mereka berpapasan di lobi kantor. Dari jauh Satria
melebarkan senyuman kepada Yara. Tapi pandangan Yara hanya tertuju kedepan
tanpa secuilpun melirik kearah Satria. Satria menduga bahwa kejadian itu han
kebetulan saja, bukan hal yang disengaja. Tapi dugaannya salah. Itulah cara
Yara untuk menghindar darinya.
“
Ra, boleh kamu angkat teleponku
sebentar? ” SMS Satria pada Yara
“Maaf
tidak bisa. Aku sibuk! .”
“
Semenit saja… ”
Satria
pun menelepon Yara. Lama sekali Yara berpikir apakah telpon itu ia angkat atau
tidak?. Dari ruang tamu Villy mendengar nada dering suara telpon itu. Villy pun
masuk.
“
Kenapa tidak diangkat telponnya? ”
“
Gak pa-pa kok. Lagi sibuk aja! ”
“
Sibuk ngapain? Tiduran begitu sibuk? Telepon dari siapa sih? ”
“
Oh., rekan kerja! ”
Padahal Yara ingin mengangkat teleon itu.
Sudah lama rasanya tidak mendengar suara merdu Satria. Ia terbayang saat pesta
BBQ di Singapura. Malam itu ketika berdansa adalah memori tak terlupakan. Apa
lagi saat dengan manis Satria mencium bibirnya. Sentuhan itu masih membekas.
“
Hah..!” Yara mendesah nafasnya.
***
Villy
membuat janji makan malam untuk Teguh dan Yara. Teguh bagi Villy adalah seperti
kakak lelakinya. Ia merasa terharu ketika ia melihat Teguh berada disisinya
saat ia sakit dulu. Ia merasa senang jikaYara dekat dengan Teguh. Bukan dengan
Satria!. Apalagi setelah Villy tahu bahwa Teguh pun mencintai Yara.
Teguh
menjemput Yara pukul 7 malam. Atas dorongan dari Villy Yara pun memenuhi janji
itu. Padahal masih banyak pekerjaan yang harus dibereskan. File-file penting
yang dibawa pulang olehnya terpaksa harus tertunda. Teguh dan Yara pun menuju
kafe. Sedang kan Satria merasa galau. Puluhan kali SMS dan teleponnya tidak di
angkat Yara. Padahal malam itu malam terakhir bagi Satria berada di Indonesia.
Ia hanya ingin bertemu sekejap saja, untuk mengucapkan salam perpisahan. Hingga
jam 1 malam Satria menunggu jawaban dari Yara. Ia pandangi HP nya berjam-jam,
namun nihil.
Saat
makan malam bersama Teguh. Yara bertanya-tanya tentang Satria pada Teguh
“
Kakakmu dirumah ya? ” “ apa dia sudah makan?” “ kenapa tidak ajak dia?”
Pertanyaan-pertanyaan
itu ia jawab secara singkat. Teguh tidak ingin membicarakan tentang Satria.
Yang ia bicarakan yaitu planing tentang kuliahnya atau merencanakan hal-hal
yang indah dengan Yara. Dan Teguh tidak memberitahukan bahwa Satria akan
kembali ke Singapura besok.
***
Esoknya
Yara berangkat kerja. Ia merasa aneh kenapa seharian ia tidak melihat sosok
Satria?. Ia pun bertanya pada sekertaris.
“
Sekertaris, boleh tahu kemana meneger Satria? “ Tanya Yara.
“
Meneger Satria telah kembali ke
singapura pagi tadi. ”
“Apa?
” Yara kaget.
Lalu
Yara menelpon Teguh.
“
Teguh, ini saya Yara. Kenapa semalam
kamu tidak memberitahu saya jika Satria akan pergi? ”
“
Aku kira itu tidak penting! ”
“
Tapi kamu harus memberitahukannya padaku. ”
“
Ukannya kakakku telah memberitahumu? ”
“
Tidak! ”
“
Kakak bertanya padaku kenapa telpon dan
SMSnya tidak kamu balas? ”
“
SMS? Telpon?”
Yara
akhirnya tahu bahwa kartu HP nya telah ditukar dengan kartu yang baru oleh
Villy semalam. Mata Yara berkaca. Jantungnya berdetak kencang. Ia ingin sekali berkata
pada Villy : “ bolehkah untuk tidak mencampuri urusanku? ” itulah kata hatinya.
Tapi lagi-lagi mimpi itu terbayang...
Ah,
hanya mimpi. Yang sebenarnya terjadi yaitu kekalahan atas dirinya. Hari itu ia
ingin mengakui cintanya. Ia Ingin menyampaikan salam perpisahan dan berkata: “
cepat kembali Satria! Aku menunggu.”
Dengan
menaiki taksi Yara ke bandara
“
Tolong bang cepat sedikit! Saya buru-buru. ” Suruh Yara pada supir taksi.
“
Apa boleh buat neng, macet! ”
Ketika
kemacetan terjadi, Yara melihat mobil Teguh. Teguh baru saja kembali dari
mengantar Satria. Yara pun turun dari taksi itu, lalu berlari kearah teguh.
Teguh sangat terkejut atas kehadiran
Yara. Teguh berpikir agar Yara
membatalkan tujuannya ke bandara. Karena masih tersisa 3 jam lagi penerbangan
dilaksanakan
“
Satria masih dibandara kan? Cepat antar
aku kesana. Ada sesuatu yang harus aku katakanan. ”
“
Kakakku sudah terbang 20 menit yang lalu. Sebaiknya kamu pulang bersamaku.” Kata
Teguh berbohong.
“
Jadi aku terlambat? ”
Sementara
itu Satria menunggu. Pikirannyapun flashback ke masa lalu. Ia berpikir tentang
betapa angkuh, egois, dan kerasnya pendirian Yara. Ia sudah menduga bahwa
cintanya bertepuk sebelah tangan. Yara adalah mawar berduri yang melukai
hatinya.
Bayangan
malam-malam romantis ketika ciuman pertama itu, terlintas dibenak mereka.
Mungkinkah suatu hari nanti terjadi lagi? Atau itukah tanda mata terakhir?
Satria mengambil kesimpulan bahwa Yara tidak membalas cintanya. Sedangkan Yara
ingin menunggunya kembali. Dan Teguh adalah orang yang paling bahagia karena
hidupnya telah serba ada : menjadi anak kuliahan, fasilitas-fasilitas mewah,
dan Yara.
Their lies
Dikala cinta telah datang. Banyak orang-orang yang
mengatakan dunia seperti surga. Tumbanglah air mata dan tumbuh suburlah bunga
setaman. Awan biru pun selalu diatas kepala tanpa secuil pun mendung yang
melintas. Seakan tatanan surgawi tergantung dilangit. Begitulah indahnya. Namun
ketika cinta datang padanya, mengapa harus dihadapkan dengan perpisahan?.
Dambaan hatinya telah pergi. Kata-kata yang dipersiapkan tidak pernah sampai
pada yang tercinta. Malam terakhir ketika Satria akan pergi. Kenapa ia menghabiskan malam
dengan pemuda lain?.
Yara
mematung. Ia hanya diam merenungi semua. Secangkir kopi pahit telah menjadi
dingin dimejanya. komputer menyala dengan gambar seorang peri dilayar monitornya. Peri itu berjubah putih
yang tertusuk panah, darah mengalir dari hati peri itu. Lampu diruangan lain
telah mati. Hanya dia seorang diri menikmati kesepian di ruang kantornya. Tiba-tiba
ia dikagetkan oleh HP nya yang berdering. Matanya pun melirik ke HP itu, lalu
membaca penelpon itu.
Caller: Villy.
Entah
kenapa ada rasa lesu saat ia tahu penelfon itu adalah adiknya. Sudah setahun
berlalu sejak musibah itu, seharusnya Villy dapat mengambil hikmah atas
kejadian itu. Hingga ia bisa dewasa. Tetapi yang terjadi sebaliknya, Villy seperti
anak kecil!. Bahkan antara mereka kini seperti magnet. Yara mandiri dan Villy
manja. Villy selalu mengandalkan dirinya. Bahkan untuk hal-hal sepele pun Villy
harus mengandalkanYara.
Mimpi
buruk Yara tentang Villy hanyalah buah dari kegelisahannya. Kasih sayang yang
ia curahkan terhadap Villy tidaklah salah, akan tetapi caranya yang keliru.
Terlalu memanjakan!. Villy kini telah berusia 19 tahun. Sebentar lagi memasuki
universitas. Yang harus Yara ajarkan kepadanya yaitu agar ia mandiri dan bersifat dewasa.. Villy
harus bisa membedakan mana hal yang salah dan mana hal yang benar. Agar dia
dapat memilih yang terbaik dan melakukan
yang terbaik.
Jam
11.00 WIB Yara baru pulang. Saat memasuki rumah ia melihat Villy tertidur di
sofa. Ditangannya ia menggenggam HP.Villy menunggu Yara. Yara meletakan tasnya,
lalu memapah Villy ke kamar. Setelah itu Yara memeriksa HP yang digenggamannya.
Dilayar HP nya tertera SMS yang belum sempat ia kirim :
SMS : teh, sdh mlam. Cpt pulng. Q
sdh siapin mkn mlm utk tth. Kari aym,
salad, dan semur tahu.”
Membaca
SMS itu Yara terharu.
***
Menjelang
pagi Yara masih terjaga. Apa yang harus ia lakukan?. Sudah ia coba untuk menghubungi
satria lewat telfon, SMS, maupun internet. Namun tidak pernah ada jawaban. Yara
tidak tahu bahwa Teguh telah membohonginya. No. HP, dan alamat email yang Teguh
berikan adalah palsu. Teguh tidak mau jika ia harus kalah dengan kakaknya. Ia
harus melawan kakaknya sendiri untuk mendapatkan Yara.
Hari
berganti hari, Teguh selalu menghabiskan waktu luangnya bersama Yara. Ia rela
menunggu Yara dilobi kantor berjam-jam. Ia akan lakukan apapun demi mendapatkan
perhatian Yara. Kehadiran Teguh sedikit mengobati rindunya pada Satria. Hingga
Yara terhibur.
Di
Singapura Satria pun merasa hal yang sama. Telepon, SMS dan email yang ia kirim
pada Yara tidak dibalas. Dan akhirnya, kehadiran wanita cantik dikantornya
membuat Satria tergoda. Bukan karena ia jatuh cinta padanya, tapi karena rasa
belas kasihan. Semua yang terjadi adalah karya Teguh. Teguh yang mengatur
semua.
Perempuan
mana yang tidak tergiur dengan seorang lelaki mapan, kaya-raya, pintar, dan
ganteng?. Satria. Aku bangga sangat sempurna. Perempuan itu adalah temanTeguh.
Ketika pertama kali Teguh menceritakan kakaknya, perempuan itu langsung
tertarik, apalagi saat Teguh memperlihatkan Profil kakaknya yang tertera
dimajalah bisnis Singapura. Dia bernama Via. Via merasa menemukan lelaki yang
tepat baginya. Ia pun langsung mendekati Satria dimana pun Satria berada.
“
Akan aku taklukan. Sampai mati akan aku taklukan!” janji Via.
***
Di
sabtu sore Yara ke toko buku . ia
bermaksud untuk menghabiskan waktu luangnya untuk membaca setumpuk buku. Ia membeli buku novel,
kesehatan, psikologi, dan tips-tips. Memasuki toko buku yang ada didalam supermarket itu, ada
sebuah Tv berlayar 24 inci. saat itu sedang siaran berita di chanel CNN. Disitu
Yara melihat Satria. Seorang reporter sedang mewawancarainya.
“
What is the success secret of your company? Mr. Satria?”
Yara
melebarkan senyumnya. Menonton satria dichanel CNN membuatnya merasa bangga.
Satria menjelaskan secara fasih dalam bahasa inggris tentang rahasia suksesnya.
Siaran
itu berakhir Yara masih berdiri disana. Lalu ia berbicara : “ Satria, selamat
ya. Aku bangga.” Dirinya tidak menyangka bahwa Satria akan sesukses itu. Rasa
cinta terpendamnya semakin mekar. Ia merasa sangat rindu kepadanya. “ cepat
kembali Satriaku…” desihnya dalam hati.
Setelah
itu, Yara pun memasuki ke dalam toko buku. Disana Yara tak sengaja menabrak
Lydia, sahabat karib Villy.
“
sorry dek aku gak sengaja! ” ucap Yara.
“
Gak pa-pa kok mba. ” Balas Lydia
“
Oh, Lydia ya? “
“
Eh.., teh Yara. Lama gak ketemu! Wah.., teh Yara tambah cantik aja ya…”
“
Ah teteh udah tua! Kamu yang cantik..,
imut lagi! ”
Mereka
pun menyusuri toko buku bersama. Sambil berbincang-bincang.
“
O ya teh, selulus SMA, Villy mau kuliah dimana? Jurusan apa? ”
“
Kalau meenurut teteh sih ke jurusan
kedokteran aja! Di universitas terbaik .”
“
Wah itu bagus sekali! Villy pasti
diterima. Diakan seorang atlit, pintar lagi. ”
“
Ya. Kalau kamu sendiri mau lanjut
kemana? ”
“ Mungkin saya harus menunda dulu teh! ”
“
Loh kenapa sayang? ”
“
Ibu hamil tua. Sekarang dia di rumah
sakit. Ibu pendarahan teh. Kalau saya kuliah, kasihan bapak. Bapak hanya buruh
pabrik rendahan teh. Dan aku masih punya 2 adik yang semuanya butuh biaya
sekolah.”
“
Jadi ibumu dirumah sakit? Kasihan sekali kamu dek. Boleh teteh jenguk ibu kamu?
”
“
Boleh teh. Terimakasih atas perhatiannya. ”
Yara
membayar semua buku-buku yang ia dan Lydia pilih. Kemudian mereka menuju rumah
sakit.
Mendengar cerita Lydia, mengingatkan dirinya pada
hari sebelum ia menjadi mapan. Ibu marwah selaku ibunya Lydia adalah gambaran ibunya saat mengandung Lando.
Ketika itulah ia melawan kerasnya hidup. Ia teringat saat ia baru lulus sekolah.
Ia pun mempunyai mimpi untuk go university, bersama sahabat-sahabat karibnya.
Namun kendala dana adalah alasannya untuk menunda. Yara pun dengan lapang
menerima suratan. yang jelas tujuannya saat itu yaitu :
1. membiayai administrasi rumah sakit dan menabung untuk
kelahiran adik bayi.
2. menabung untuk
kuliah.
Yara
selalu mencari peluang agar bagaimanakah mencari uang yang banyak. Uang. Ya
uang adalah masalah pelik yang melanda siapa saja. Dengan uang kita bisa
melakukan apapun : membeli barang-barang bagus, jalan-jalan, menginap dihotel,
makan enak, dll. Uang memang bukan segalanya. Tapi dengan uang kita bisa
melakukan segalanya. Karena itulah Yara ingin mempunyai uang yang banyak.
Setahun
Yara banting tulang. Gadis lulusan SMA hanya diterima sebagai pelayan toko, kasir,,
cleaning service, penjaga pom bensin, dll. Meski sekeras apapun usahanya ,
upahnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pertama. Sedangkan untuk kuliahnya
ia hanya bisa berdo’a. keajaiban pun datang saat ia mengikuti lomba karya tulis
dan ternyata ia menang sebagai juara. Seponsor dari merek sepatu terkenal pun
memberinya beasiswa sampai S1 menegement.. Yara bagaikan menemukan lorong di
gua yang gelap. Ia melihat surya, ia melihat masa depannya. Saat itulah ia
bangkit dan berdiri untuk maju, untuk memulai segalanya dengan niat, usaha dan
do’a. usahanya hanya untuk belajar menjadi mahasiswa terbaik.
Saat dirumah sakit. Berbicara
dengan ibu Marwah:
“
Ibu semoga cepat sembuh. Semoga diberi kelancaran dalam proses melahirkan nanti
.”
“
Termakasih nak Yara. ” Balas ibu marwah.
“
Oh ya Lydia, kamu adalah seperti adikku
sendiri. Melihat kamu sama halnya melihat Villy. Jika kamu kesusahan maka aku
juga merasa susah. Aku akan cari jalan keluar untuk masalah kamu. Teteh akan
coba membuatkanmu proposal pada perusahaan
tempat teteh bekerja, agar kamu dapat beasiswa. Sedang kan biaya rumah
sakit ibum, biar teteh saja yang menanggung! ”
Lydia
pun bahagia. Entah harus dengan apa ia membalas kebaikan bidadari sebaik Yara.
Ia hanya mengucap Alhamdullilah.
Sehabis
dari rumah sakit Yara pulang pukul 4.30 WIB. Pertemuannya dengan Lydia membuat
Yara flashback ke masa lalu. Ia pun tidak segera pulang melainkan mampir ke
sebuah taman ditengah kota.. senja yang indah disana. Matahari memancarkan
cahaya emas keperakan, tampak merona. Ada pohon tua yang berakar besar dan berbunga
lebat. Bunga setaman yang indah, dan anak-anak kecil yang bermain. Orang tua , remaja dan semuanya disana sedang
menghirup aroma kota yang segar. Suasana yang damai seperti itu membuat Yara
berfikir jernih. Ide-ide baru muncul dan lahir lah semangat untuk hidup lebih
berarti dan bahagia. Melihat orang- orangnya tersenyum adalah harga yang tidak
tertandingi. Salah satu ide baru Yara yaitu membuat sebuah buku otobiografi.
***
Di
Singapura Satria baru saja mendapatkan email dari alamat beratas namakan Yara.
Didalam email itu, terdapat foto-foto Yara bersama teguh. Ia menulis bahwa
hari-harinya diisi dengan berbagai aktivitas amazing bersama teguh. Yara juga
mengaku jika ia telah jatuh cinta dengan Teguh. Satria merasa aneh. Yara yang
ia kenal bukanlah Yara yang mengumbar kisah pribadinya kepada seseorang!
Apalagi dirinya. Mengingat bahwa Yara
adalah pribadi yang tertutup.
“
Apa benar Yara mencintai Teguh ” Tanya Satria membatin.
Hatinya
mendadak seperti api didalam tungku. Apa boleh buat? Inikah alasan Satria harus
menyerah untuk mendapatkan Yara?. Bagaimanapun cinta bukan pemaksaan. Biarlah
Yara dan Teguh bersatu, cintanya mungkin harus ia simpan. Begitulah derita
cinta bertepuk sebelah tangan. Ada pepatah mengatakan :
“
Untuk melupakan cinta adalah dengan berpaling hati.”
Villy
tertawa terbahak-bahak di kamarnya. Ia menduga, satria sedang kepanasan
terbakar api cemburu. Suara tawa Villy terdengar oleh Yara, sehingga Yara
memasuki kamarnya.
“Tertawa apaan sih? Kok gelagakan
kayak gitu? “
Melihat
Yara ada dibelakangnya, Villy kaget bukan kepalang. Kalau sedikit saja
terlambat bergerak, Yara pasti akan tahu bahwa selama ini villy lah yang
menerima email dari Satria.Komputer itu langsung ia shut down. Karena ia takut jika Yara mengetahui hubungannya dengan
Satria.
“
Ada apa kamu, Li? Kenapa komputernya kamu matikan tanpa menghapus
program-program lainnya? ”
“
Maaf teh aku buru- buru ! ada urusan sih mendadak. Mau telepon teman soal
rahasia! Jadi sekarang teteh keluar ya…”
Yara
tidak mau keluar. Ia mencium hal aneh pada gerak-gerik villy. Lalu mata Yara
tertuju pada kertas bertuliskan note. Kertas itu terletak diatas buku-buku
tumpukan Villy. Yara pun mengambil dan membacanya.
Ada gadis bermata
indah, dear
Setiap hari setiap
malam
Menjamu hidupku dengan
cinta
Mungkin aku keliru
ataukah hanya mimpi
Berkorban apapun aku
rela, maka terimalah aku
Balas
cintaku.
Suatu hari, saat kau
buka mata
Dan menemui aku telah
pergi
percayalah dan sabar,
tunggu aku
Karena aku pasti
kembali
Hanya kepadamu aku
kembali. Dear.
TTD: Satria.
Setelah
membaca sepucuk kertas itu, hati Yara berkecamuk. Bahagia, haru, dan marah.
“
Dimana kamu mendapatkan kertas ini? Kenapa tidak kamu berikan kepada teteh? ”
Villy
tersipu malu. Tubuhnya bagai tersengat listrik. Entah apa yang harus ia
katakan. Ia sadar bahwa catatan kecil pada selembar kertas lusuh itu sangat
penting bagi Yara.
“
Catatan itu aku temukan dibalik lipatan buku yang dipinjam kak Tguh! ”
“
Kenapa tidak kasih tahu teteh, Li? ”
“
Kenapa harus aku berikan pada teteh? Teteh tahu sendiri, betapa aku tidak sukanya dengan Satria! ”
“
Kamu tidak mempunyai alasan untuk membencinya! Dia lelaki yang baik. Kamu salah
paham menilainya. Kamu salah jika mengira bahwa Satria mempengaruhi teteh untuk
tidak menjagamu dihari kamu siuman itu! Hari itu teteh sakit Ly! Malah Satria
yang menolong teteh. ”
“
Terus saja teteh bela! Alasan apapun aku tidak menyukainya .”
Catatan
tersebut menjadi kenang-kenangan untuk Yara. Sesuai dengan apa yang Satria tuliskan,
bahwa Yara akan selalu menunggunya. Yara janji utuk setia. Tidak peduli lelaki
mana pun menggoda, baik Teguh, A, B,
atau C tidak akan memudarkan perasaan cintanya.. sekali Yara jatuh cinta, maka
kepadanya ia persembahkan gunung,
langit, laut, dan bintang-bintang.
Gundah
yang tak berakhir
Alhamdullilah,
buku yang ditulisnya telah selesai. Dihotel mewah para undangan telah duduk
manis, menunggu sang penulis idaman. Malam pergelaran buku yang ia rencanakan
telah menyedot banyak fens-fens baru. Ini merupakan keberhasilan. Disamping
itu, perusahaan memberikan kejutan special untuk Yara. Yaitu kejutan berupa penerimaan penghargaan
tertinggi sebagai pemimpin terbaik.
Dalam hal itu wartawan menyorot kecantikan sang penulis. Yara menjadi ratu
tercantik yang berdiri dihadapan khalayak.
Acara
pertama yaitu pemotongan kue tart. Kemudian acara inti. Dan yang terakhir
jamuan makan malam dan berdansa.
Tanpa
disadari sebelumnya. Ada orang penting yang datang: yaitu Satria. Yara bahagia
karena orang yang selama ini dinantikannya telah kembali. Inilah saat yang
tepat untuk membicarakan segalanya
Alunan
romantisme dansa menyihir semua orang. Dalam ruangan yang design ala istana
itu, semua pasangan berdansa. Yara melangkah menuju tempat duduk Satria. Namun, Via lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Satria untuk berdansa. Via adalah
kekasih Satria. Yara terpatung melihat Satria berdansa dengan wanita lain. Mata
lembut Satria menatap Via, sedang mata
Yara terbelalak melihat kejadian itu.
Dari
meja lainnya, Villy dan Teguh mengamati Yara. Dengan langkah yang mundur Yara
kembali ke mejanya. Hatinya berserakan bagai kapas tertiup angin. Melihat perubahan perasaan Yara yang menjadi
murung, Emosi Villy pun naik. Ia langsung turun tangan. Villy berdiri, dan langsung menarik paksa Satria dari
pelukan Via. Villy membawa Satria ke back stage, lalu menampar wajahnya. Saat
kejadian itu, Teguh dan Fia ada dibelakang mengikutinya.
“Apa
yang kamu lakukan pada ku Villy? ” Tanya satria.
“Hanya
sedikit pelajaran untuk orang yang mengganggu suasana malam ini! ”
“ Maksud kamu apa? ”
“ Maksud kamu apa? ”
“
Saya benci melihat kamu! Apa lagi jika kamu muncul dihadapan teh Yara. Hari ini
kamu berhasil mengacak-acak kebahagiaan teteh! Puas kamu?! ”
Tiba-tiba Yara datang dan menampar
Villy.
“
Lancang kamu, Ly! Siapa yang mengajarkan kamu berbuat brutal seperti ini? ”
“
Teteh..??! ” Villy memegang bekas tamparan Yara.
Pertama
kalinya Yara menampar adik kesayangannya yang manja. Satria tak menduga Yara
melakukan itu. Apakah untuk membela dirinya? lalu fia maju, Teguhpun maju.
“
Ada apa sayang ? ” Tanya Fia pada Satria. Yara melirik Satria dengan mata
berkaca.begitupun dengan Satria.
“
Ini hanya salah paham! Maaf kan adik saya. “
Yara
dan Teguh membawa Villy keluar. Sambil berjalan, Yara menengok satria sesaat.
Ia melihat Fia sedang mengelus wajah Satria yang merah. Ada perasaan sedih
terselubung dibalik hati Satria. Seakan mengerti apa yang Yara rasakan.
Acara
itu telah selesai. Tapi Villy tidak pulang ke rumahnya. Tamparan yara membuat
hatinya terluka. Hubungan serasi antara Yara dan Villy telah berubah. Dimalam
yamg remang Villy menyusuri jalan. Tidak adil baginya tamparan itu.bukankah
niatnya agar Yara merasa senang? Keberadaan Satria dan kekasihnya adalah rumput
liar. Rumput liar ditaman yang indah. Mereka berdua bukan orang penting,
melainkan parasit.
Villy
berlari.., berlari.., ia hanya berlari dengan air mata dipipinya. Ia teringat
masa-masa saat Yara selalu menemani dan menghiburnya, namun semuanya berubah
sejak ia mengira bahwa Satria membawa Yara pergi ketika ia sakit.
Nafasnya
kini menggap-menggap. Sudah jauh ia berlari. Ia terduduk seperti kodok yang
diam. Malam sudah pukul 02.00 WIB.dijalan itu Villy seorang diri.
Dirumahnya
keluarganya sangat khawatir. Telpon kepadanya pun tiada jawaban. Yara dan Teguh
mencarinya. Mendengar kabar dari Teguh bahwa Villy menghilang, Satria pun
membantu mencarinya. Namun malam itu mereka tidak berhasil menemukannya.
Mereka
bertiga akhirnya beristirahat di toko 24 jam. Secangkir wedang jahe
menghangatkan tubuh mereka.
“ Besok jika Villy belum kembali, aku akan
telepon teman-teman SMA’nya. ” Ucap Teguh
“Terimakasih
teguh.. “
“ Villy seperti adikku sendiri! Jika ada
apa-apa dengan dia aku ikut khawatir. ”
“Ini
semua salahku. Maafkan aku Ra. ” Ucap Satria
“
Bukan. Ini semua karena aku menamparnya. Seharusnya aku tidak melakukan hal
itu! Mungkin perasaannya kacau, karena aku bersikap keras akhir-akhir ini. ”
Teguh
merasa iba pada Yara, tangannya menghapus embun halus yang menimbun dimata yara. Teguh menggenggam tangan Yara didepan
mata satria. Sambil berkata: “ jangan
menangis Yara, ada aku. Aku akan menemanimu hingga pagi datang dan hari-hari
sesudah hari ini.”
Satria
melihat kedekatan mereka yang mesra. Meski sudah mendapat pengganti, namun ada
cemburu yang samar dihatinya. Cinta itu masih menyala! Tidak akan mati walau
selamanya. Yara tetap memenuhi kursi dihatinya, kursi yang tidak tergantikan
oleh siapapun. Nama Yara terpatri disanubarinya.
3
hari berlalu, Villy memberi pesan singkat kepada Teguh.
“ kak teguh aku Villy,tolong
sampaikan pada keluargaku bahwa aku baik-baik saja. Aku ada di rumah teman, dan
akan pulang secepatnya.”
Teguh
segera memberi kabar itu pada Yara. Mereka sedikit tenang.
***
Suatu
ketika Yara menyerahkan dokumen-dokumen penting kepada Satria. Setiba dipintu
masuk, Yara mengetuk pintu kantor Satria, lalu masuk. Saat itu Satria sedang
bersama Fia bercanda-canda sambil menikmati secangkir kopi. Melihat kemesraan
mereka dikantor, Yara merasa telah mengganggu. Ia menghirup nafas dalam-dalam,
kenapa lagi-lagi cemburu mengoyak batinnya?
“ Tenang Yara! Satria bukan siapa-siapa. Dia
orang asing. Kamu hanya kagum atas prestasinya. Itu bukan cinta, jadi
bersikaplah seperti biasa.” Yara menenangkan dirinya.
Setelah tenang, ia pun
menyapa mereka.
“ Selamat siang.. “ sapa Yara.
“ Selamat siang ” sahut keduanya.
Setiap
kali melihat Yara, bawaan Satria menjadi senang. Pesona yang ia tawarkan seolah
menjadi pemandangan memukau tiada dua. Hanya Yaralah yang merubah air tawar
menjadi madu. Dialah telaga bagi Satria. Tapi disisinya ada Fia, ia tersenyum
tipis pada Yara lalu memperkenalkan tunangannya.
“
Kenalkan.., ini tunangan saya. Namanya Via. ” Ucap Satria.
“
Senang berkenalan dengan anda! ” sambut Yara menyodorkan tangannya. Mereka bersalaman.
“ Via, nona Yara ini yang semalam
mengadakan perayaan penerbitan buku otobiografi, dan juga yang mendapatkan
penghargaan sebagai pemimpin terbaik versi perusahaan. ” Satria memberitahu Via.
“
Ya. Sangat hebat! “
Mereka
lalu duduk dalam satu meja. Berbincang-bincang masalah pekerjaan sampai tiba
jam istirahat tiba.
“
Sayang, maaf aku tidak bisa menemani makan siang. Aku ada janji dengan teman.
` Dipanggil ‘sayang’ oleh Via, membuat
perasaannya tidak nyaman. Satria menatap mimik wajah Yara. Gadis itu membuang
wajahnya kesamping, berpura-pura tidak mendengar.
Setelah Via pergi, Satria mengajak
Yara makan siang. Saat di lestoran :
“
Apa Villy sudah pulang? ” Tanya Satria membuka perbincangan.
“
Belum. Tapi Villy hari ini memberi kabar kepada Teguh bahwa dia baik-baik saja.
”
“
Baguslah kalau begitu.”
“
Aku rasa Villy sangat keterlaluan padamu, Sat! padahal ia hanya salah paham.
Sudah ku jelaskan bahwa kau telah banyak menolongku waktu itu. Tapi dia tetap
tidak mau dengar! ”
“ Kalau begitu aku harus mengambil hatinya.
Mungkin karena dia belum mengenalku secara dekat.. wah.., PR baru yang harus
aku kerjakan yaitu membeli sebungkus es
krim setiap hari, agar Villy menyukai aku…” canda Satria.
“ Hahaha…kamu bisa aja! ”
“ Oh ya Ra..”
“Apa?”
“ Temani aku ke pernikahan John dan Sintia nanti malam, bisa? ”
“ Kamu mau cari masalah sama tunanganmu? Kamu kan sudah ada Via. Kenapa aku? ”
“ Temani aku ke pernikahan John dan Sintia nanti malam, bisa? ”
“ Kamu mau cari masalah sama tunanganmu? Kamu kan sudah ada Via. Kenapa aku? ”
“ Nanti aku akan katakan pada Fia kalau aku
bersama kamu. Via malam ini tidak pulang, dia menginap di rumah temannya. ”
“ Ya sudah. Aku mau. ”
***
Ditempat resepsi pernikahan.
Meskipun
pengantin pria dan wanita memakai jas dan gaun, namun yang menjadi ratu dan
raja dipesta itu tetaplah Yara dan Satria. Yara seakan memiliki Satria untuk
malam itu. Yara sangat bahagia. Ia lupa bahwa Satria adalah milik Fia..
sungguh,malam itu Yara tak peduli.
“ Terimakasih atas kedatangan kalian berdua.
Kami merasa senang ” kata John kepada Yara dan Satria.
“ Mari kita berfoto bersama ” ajak mempelai
wanita.
Mereka
pun berfoto. Selain berfoto dengan keluarganya, jhon juga meminta Satria dan
Yara untuk berfoto berdua. Dalam foto berdua itu, Satria merangkul pundak Yara,
dan mereka tersenyum manis.
“
Pasangan yang serasi. ” Puji Sintia.
“
Kapan mau nyusul? ” lanjut Jhon. Mereka malu-malu kucing.
Setelah
menghadiri pernikahan, Satria membawa
Yara ke sebuah tempat yang indah. Disana mereka hanya ditemani bulan yang
merona.
“
Oh ya, hampir saja lupa! Mp3 punya Teguh tertinggal dimobil saya kemarin.
Tolong berikan kepada Teguh.”
Yara
pun mengambil mp3 teguh didalam tasnya. Tetapi ternyata mp3 itu tidak ia bawa .
ia pun mengacak-acak isi tasnya ., dan mengeluarkannya : terdapat map, HP,
kacamata, alas bedak, sisir, dan lembaran-lembaran kertas. Disitu Satria
menemukan catatan miliknya. Sebuah puisi untuk Yara.
Ada gadis bermata indah, dear
Setiap hari setiap malam
Menjamu hidupku dengan cinta
Mungkin aku keliru atau kah hanya
mimpi
Berkorban apapun aku rela, maka
terimalah aku
Balas cintaku.
Suatu hari saat kau buka mata
Dan menemui aku telah pergi
percayalah dan sabar, tunggu aku
!
Karena aku pasti kembali
Hanya kepadamu aku kembali..,
dear.
TTD: Satria
“ Yara? Kenapa kertas ini ada padamu? ” Satria
memandang Yara dengan tajam. Yara tak berkutik. Ia tak ingin melihati mata yang
penuh Tanya itu.
“ Wah ternyata mp3 nya gak aku
bawa. Lain kali aja ya. Sekarang antar
aku pulang! ” Yara mengalihkan pembicaraan. Ia memasukan kembali isi-isi dalam
tasnya yang berantakan tadi. Kemudian Yara menuju mobil, meninggalkan Satria.
“
Berhenti!!! ” Satria menarik tangannya.
“Jelaskan padaku Ra! Apa kau
mencintaiku? Apa kau menungguku? ” lanjut Satria.
Yara tidak bisa membohongi hatinya.
Airmatanya mengalir sebening embun. Ia menelan ludahnya. Detak jantungnya tidak
teratur. Satria lalu memeluk Yara . Yara memejamkan matanya, merasakan
hangatnya pelukan itu.
Sejenak
kemudian Yara membalikan badan lalu berbicara.
“ Aku tidak mencintaimu Sat! dan aku
pun tidak menunggumu! Bagaimana aku menunggumu jika kau sendiri mempunyai
kekasih. “
“
Kenapa kau berbohong? ”
“
Aku tidak berbohong! ”
“
Kalau begitu kenapa kau menangis? Air matamu itu adalah jawaban untukku!
”
“ Aku bilang aku tidak mencintaimu Sat!
”
Satria tidak sanggup lagi mendengar
kepura-puraan itu. Akhirnya dengan penuh emosi cinta, Satria mencium bibir
Yara. Yara mencoba menghindari, tapi tangan Satria memegang lehernya erat. Agar memaksanya untuk menikmati
perasaan indah yang datang dari dalam nurani. Perasaan itu mengalir, seakan
meneguk anggur dari surgaloka.
“ Jangan bicara lagi Ra! ” bisik
Satria.
“
Aku tidak mencintaimu Satria. ” Balas Yara. Sedangkan tangannya semakin
erat memeluk Satria.
“ Kau tidak pandai berbohong. Diamlah!
” ia kecup lagi Yara. Yara malah menangis dan memukul-mukul pundak Satria.
“
Kau bukan milikku. Aku benci itu! Kau jahat! ”
“ Ya, aku jahat. Tapi aku
mencintaimu. ” Jawab Satria.
Lalu
mereka duduk menceritakan hal yang terjadi.
“Malam terakhir saat kau kembali ke
Singapura. Villy merencanakan makan malam antara aku dan teguh. Ia mangganti
sim card ku sehingga aku tidak tahu telepon maupun SMS darimu. Paginya setelah
aku tahu dari sekertaris, bahwa kau ke Singapura. Aku langsung ke bandara, tapi
di perjalanan macet. Dalam perjalanan itu aku bertemu dengan Teguh. Akupun
meminta dia untuk mengantarku padamu. Tapi ia berkata bahwa kau sudah terbang.”
Satria mendengarkan cerita Yara hingga selesai.
“ Hari
berikutnya aku meminta no. HP dan alamat emailmu. Tapi kenapa telpon, SMS, atau
emailku tidak kau balas? ”
Cerita
yang Yara utarakan terdengar aneh, karena yang terjadi malah sebaliknya. Bahwa
Satria selalu membalas email-email itu.
“ Aku membalas
semua email-email darimu Ra! Terakhir kau mengirimkan email untuk
memberitahukanku bahwa kau sangat mencinai Teguh. Pada waktu itu kau kirimkan
foto-fotomu bersama teguh, kau bilang kau bahagia dengannya.”
“ Apa? Aneh!
Selama kau pergi, aku tidak pernah tahu tentang kabarmu. Aku piker kau sangat
sibuk hingga lupa padaku! “
Malam itu
menghasilkan tanda Tanya besar bagi keduanya. Siapa yang merancang rencana bagi
mereka. Tidakkah tahu bahwa mereka sedsng dilanda badai cinta? Tidakkah mereka
kasihan? Lihat sekarang, pengakuan cinta dari mereka tidak merubah apapun,
malah menambah sakit hati untuk Yara. Karena apa yang sebenarnya terjadi yaitu
Satria telah dimiliki oleh fia.fia sendiri adalah seseorang yang akan
mempertahankan kekasihnya itu dengan menghalalkan segala cara.
***
Seminggu
berlalu. Villy pulang. Ia menekan-nekan bel pintu. Ia berdiri seperti preman
menagih hutang. Yara pun datang membuka pintu. Awlnya ia tidak mengenali siapa
perempuan yang berdiri seperti preman
itu. Yara perhatikan tamunya dengan seksama. Sepatu boat hitam, celana jins
robek, sabuk berkepala tengkorak, teng top merah, jaket kulit, kuku yang hitam,
anting-anting. Siapa dia? Tanya Yara pada diri sendiri.
“ Gua pulang…
” kata Villy.
“ Villy? Inikah kamu? ”
Bukan maen
kagetnya Yara melihat 360 derajat perubahan adiknya. Adik perempuan yang manis,
pintar, lucu, dan manja kini berubah. Villy menjadi anak pank. Apa yang terjadi
sebenarnya? Villy yang malang…
An apologize
Larut malam
yang dingin itu villy tergeletak dijalanan. Tak ada seorang pun yang melintas
dijalan itu. Bermil-mil Villy berlari tanpa peduli jarak yang jauh. Ia hanya
ingin menghindar dari beban pikiran yang menyiksa batinnya. Ia mengucilkan Yara, menganggapnya
sebagai kakak yang tidak lagi mencintainya
Gelap-gulita
dijalan tempat ia tergeletak itu, datang segerombolan anak pank. Mereka lalu
membawa Villy ke mess mereka. Anak-anak panker itu menolong Villy dan
menjaganya sampai ia baikkan. Perhatian sesaat dari para pankers membuat Villy
tergiur untuk memasuki dunia baru itu.meski pelan tapi pasti, mereka lalu
melantik Villy sebagai anggota baru. Selama seminggu, Villy yang anggun,
jelita, penuh kasih-sayang, dan pintar, menjadi berubah. Ia menjadi remaja
brutal dengan dandanan yang nyentrik ala anak pank. Ia menjadi berani dan
ganas. Tak ada rasa takut. Ia melakukan apapun dengan gaya cool tanpa rasa dosa.
Apa yang ingin ia coba dalam dunia ini, akan ia coba! Tidak ada tembok
penghalang! Baginya hidup hanya sekali, dalam sekali itu haruslah dipenuhi
dengan hura-hura, kesenangan! Tak ada rasa mawas, ia tidak takut!
Yara kaget
Melihat Villy kembali pulang dalam perubahan yang tidak pantas. Setan apa yang
merasuki Villy sehingga dalam seminggu kepergiannya, mampu merubah adat dan
pribadinya. Yara bersikap tenang. Yara bertanya baik-baik terhadap Villy, Yara
mencoba meluruskan jalan yang salah
dipilihnya.
“ Adik, apa
yang terjadi? Coba katakan! jelaskan pada ku! “ Tanya Yara
“ Tidak ada!
Sekarang gua ingin sendiri. Gua capek! Silahkan pergi. ” Usir Villy sambil
membuka lebar-lebar daun pintu kamarnya.
“Adik, mari
kita bicarakan masalah yang terjadi. Mungkin kau masih marah pada ku. Maafkan kakakmu
ini! ini salah ku.”
“Yang lalu
biarlah beralu. Inilah jalan hidup yang gua pilih. Masa bodo dengan siapapun.
Yang jelas gua sekarang punya keluarga baru. Anak-anak pankers keluarga baru
gua..! ”
“ Jangan percaya
dengan orang asing! Kamu belum mengenal siapa mereka. ”
“ Akh..,
ngantuk! ” Villy mendorong Yara keluar. Lalu
menutup pintu dengan suara keras.
Mendengar
suara bantingan pintu yang begitu keras, ayah dan ibunya keluar dari kamar
“ Ada apa Ra?
” Tanya ibu nya.
“ Apa itu Villy yang membanting pintu? ”
ayahnya bertanya.
“ Iya. Villy
barusan pulang. Sekarang dia tidur. Bu, pak, Villy berubah drastis sekarang.
Dia bergabung dengan anggota pankers. Sangat mengkhawatirkan kelakuannya! ”
“ Apa? Bapak ingin
melihatnya! ”
“ Percuma pak.
Sia-sia! Biarkan dia istirahat dulu. ”
***
Dikantor. Yara menghubungi Teguh.
“ Hallo Teguh.
Apa siang ini ada waktu?”
“ Iya.., ada
apa? ”
“ Bisa datang
ke kantorku sebentar? Ini soal Villy.”
Ok. Setelah
kuliah saya pasti datang. Mungkin setelah makan siang aku tiba disana. Sekalian
makan siang bersama.”
“ Ok. Deal ”
Buku-buku
rujukan dimeja Teguh menumpuk. Tugas yang telah diberikan oleh dosennya harus
segera ia selesaikan secepatnya. Ia mempunyai tujuan agar lulus lebih awal.
Teguh selama ini bekerja keras. Ia ingin bekerja diperusahaan ternama, dan
menyaingi Satria.
Pukul 11.55 WIB Teguh menuju kantor Yara. Dari
jauh Satria melihat Teguh, Satria ingin menyapa adiknya itu. Tapi langkah kaki
Teguh terlalu cepat, hingga ia urung menyapanya.
“ Ada apa dia
menemui Yara? ” Tanya Satria.
Lalu dari
depan Via datang. Via mengajak Satria makan dilestoran. Yara dan Teguh telah
lebih dulu menyantap hidangan lestoran. Yara berbincang soal perubahan Villy.
Ia meminta Teguh untuk membujuk Villy dirumahnya. Sejurus kemudian Satria dan Via datang. Dengan mesra Via menggandeng tangan Satria. Ia pun tersenyum pada
Yara dan Teguh.
“Sayang, kita
makan bersama mereka yu.” Mereka pun mendekat. Yara melihat sekilas lalu
merunduk. Ia tak tahan atas api cemburu dihatinya. Satria melepaskan pegangan
tangan Via.
“Silahkan
duduk kak, disini. ” Tawar Teguh. Mereka lalu duduk. Via memesan makanan.
Sedangkan Yara menuju kamar kecil. Melihat Yara ke kamar kecil, Satria
mengikutinya.
“ Yara
tunggu..!” ucap Satria.
“ Kenapa kamu
mengikutiku Sat? Via bisa-bisa memergoki kita! ”
Satria
mendekat kan tubuhnya. Ia berbicara dari jarak yang terdekat..
“ Apa kamu
cemburu? ” Tanya Satria. Ia memalingkan dirinya. Ia tidak menjawab pertanyaan
itu.
“ Aku tahu
kamu cemburu” katanya lagi.
“ Ya! Aku
cemburu! ” ucap Yara dengan bola mata bulat. Mendengar pengakuan Yara Satria
jadi tersenyum.
“ baguslah!
Itu tandanya cinta.”
Dengan
wajah sumringah, Satria mencium Yara. Sesudah itu ia berkata :
“Jangan
cemburu lagi Ra, karena aku hanya mencintai kamu! ”
Dimeja
makan Via menunggu Satria.
“Kenapa disaat
yang sama mereka menghilang?” Tanya Via. Mendengar pertanyaan Via, Teguh jelas
mempunyai jawaban yang tepat. Ia tahu jika kakaknya sedang mengikuti Yara. Tapi
ia hanya diam.
“Kamu tentu tahu! ?” sindir Via.
“ Aku mau ngobrol apa denganmu, Vi?” kata Teguh
“ Aku mau ngobrol apa denganmu, Vi?” kata Teguh
“ Oh ya..,
harusnya aku berterimakasih padamu karena sudah mengenalkan aku dengan Satria.
”
“ Kamu cinta mati sama
kakakku? Bagaimana kalau ternyata kakakku tidak mencintaimu? ”
“Kamu lihat sendirikan kalau kakakmu juga sangat mencintai aku! ”
“Kamu lihat sendirikan kalau kakakmu juga sangat mencintai aku! ”
Dari belakang
Yara dan Satria datang. Mereka mendengar percakapan terakhir itu. Ketika Via
tahu bahwa Satria sudah ada dibelakangnya ia pun menanyakan langsung pertanyaan
itu kepada Satria
“ Iya kan
sayang? Kamu sangat mencintaiku kan? ” Tanya Via.
Menjawab
pertanyaan itu sangat berat. Satria melirik ke mata Yara. Satria tak kunjung
menjawab pertanyaan dari Via, sehingga Via mengulangi pertanyaannya.
“ Kamu sangat
mencintaiku kan Sat?”
“ Ya tentu aku
mencintaimu.” Jawab Satria ragu-ragu. Setelah itu Teguh berdiri. Ia sengaja
memegang tangan Yara. Lalu mereka pamit pergi.
***
Menjelang
sore Yara mendapat telepon dari adik lelakinya.
“Teh, cepat
pulang! Teh Villy marah-marah. Seisi rumah berantakan..!”
“ Apa yang
terjadi? ”
“ Teh Villy mencari uang dikamar bapak dan juga
di kamar teteh, tapi tidak menemukannya.. kemudian teh Villy ngamuk. Dia
membanting TV diruang tamu. ”
“ Yara dan
Teguh langsung pulang melihat kejadian. Mereka tak membayangkan kalau Villy
berbuat brutal seperti itu. Yara mencoba bersikap sabar dan mencari jalan
keluar.
Pada saat itu
Villy telah berada ditempat parkir menunggu Yara. Seberapa lama pun ia
menunggu, hanya sia-sia karena Yara sudah pulang. Villy mondar-mandir bersama
temannya. Kemudian datang Via. Villy menatap Via dengan lirikan tajam.
“ Hallo adik
manis ” sapa Via.
Villy tidak
memperdulikan sapaannya. Via lantas memasuki mobilnya. Namun ada yang aneh.
Kedua ban mobilnya yang kempis. Via pun turun dari mobil. Ia menuduh Villy dan
teman-temannyalah yang mengerjainya.
“Eh, songong!
Kalian ya yang membocorkan ban mobil saya? ngaku! ”
“ Elu
perempuan sinting, nuduh sembarangan! ” bentak Villy.
“Saya tampar
kamu !”
“Elu berani
tampar gua? Rasakan akibatnya! ”
“ Kamu ngancam
saya? Saya tidak takut! Akan saya laporkan terlebih dahulu perbuatan kalian
kepada polisi! ”
“Diam kau
sinting! ”
Via menelepon
polisi, untuk memberi mereka pelajaran. Polisipun datang, membawa Villy beserta
temannya ke kantor polisi. Villy sangat marah. Tuduhan itu hanya fitnah belaka.
Ia maupun temannya tidak membocorkan mobil Via. Ia ingin sekali menjambak
rambutnya dan meludahi wajahnya.
3 jam berlalu
dikantor polisi. Yara dan Teguh menjemput Villy disana. Yara sangat marah atas
perbuatan Villy kali ini. Teguh pun merasa kecewa. Hari itu semua orang
meluapkan lautan emosinya pada Villy.
“Udah gua
katakan..! gua tidak pernah membocorkan ban mobil itu..! ” Villy membela diri.
“ Gua..!
gua..! ..gua..! bisa gak sih kamu ngomong sopanan dikit? Kamu itu sebenarnya
siapa sih! Kamu sadar apa yang telah kamu lakukan? Setiap hari membuat orang
marah, jengkel! ” teriak Yara.
Atas kejadian
itu Villy dendam terhadap Via. Ia memikirkan cara untuk memberinya balasan.
Suatu hari Villy bertemu Satria disuatu tempat. Ia mengotak-atik HP milik
Satria. Tujuannya hanya untuk mendapatkan no.HP Fia. Villy bermaksud untuk
mempertemukan Satria dan Fia. Ia akan membongkar persekongkolannya dengan
Teguh.
Saatnya pun tiba.
Villy telah mengatur secara sempurna, pertemuannya dengan mereka.
Persekongkolan antara dirinya, Teguh dan Fia adalah demi mendekatkan Teguh
dengan Yara. Mendekatkan Satria dengan Via. Dan menjauhkan Satria dengan Yara.
Pada awalnya Via mengira jika Satria akan mengajaknya makan malam romantis berdua. Ia begitu
senang ketika tempat pertemuan itu sangat tertutup. Mereka bertemu dilestoran
di tempat VVIP. Namun ketika Villy datang Via sangat marah.
“Kenapa dia
datang Sat?” Tanya Via.
“ Villy yang mengundang kita.” Jawab satria.
“ Apa maksud
kamu, hah? ” Tanya Via pada Villy.
“ Satu
pembalasan! ”
“ Satria ayo
kita pergi! ” ajak Via. Ia berdiri, mencangking tasnya. Bersiap untuk pergi.
Villy mencegah.
“ Cepat duduk! ” bentak Villy.
ia pun duduk. Villy memandang merah Fia. Ia tertawa. Dengan penuh kemenangan ia membongkar satu persatu rahasia mereka…
ia pun duduk. Villy memandang merah Fia. Ia tertawa. Dengan penuh kemenangan ia membongkar satu persatu rahasia mereka…
“ Satria. Ini
adalah ide gua. Karena gua hanya ingin jika kakak gua dekat dengan Teguh. Asal
elu tahu, Teguh sangat mencintai kakak gua.. Teguh berharap agar elu tidak
menghalanginya untuk mendapatkan cinta dari kakak gua. So.., gua minta agar
Teguh mengenalkan elu dengan yang lain. Dan wanita itu adalah wanita sialan
ini!”
Via
tidak sanggup lagi mendengar itu. Ia memotong penjelasan Villy.
“Cukup! ”
“ Diam kamu!
Cepat duduk! ” Villy lebih galak. Ia meneruskan penjelasan.
“Rencana itu
berjalan dengan lancar karena elu pun merespon kehadiran dia. Meski gua tahu
kalau elu sangat mencintai kakak gua. Alamat email dan no.HP yang kak Teguh
berikan kepada kakak gua, merupakan
kepunyaan kak Teguh sendiri. Dan alamat email dan no. HP yang ada di Elu adalah
milik gua. Kalau tidak percaya lihat ini…”
Villy membuka
alamat emialnya lewat HP. Ia menunjukan bukti-bukti akurat itu. Pada saat
mengetahui kebohongan tersebut Satria marah besar. Sedangkan Via mengutuk habis
perbuatan Villy
“ Gadis kurang
ajar. Pergi kau ke neraka! ” tutur Via. ia naik pitam. Pertengkaran pun
terjadi. Habis tenaga Satria untuk melerai mereka. Ia mengkasihani dirinya
sendiri karena telah dibohongi. Dengan langkah gontai ia keluar dari tempat
itu. Meninggalkan mereka dalam pergulatan. Ketika membuka pintu ruangan
tersebut, rupanya Yara sedari tadi berada dibalik pintu. Mendengar percakapan
mereka. Yara terpukul atas kebohongan yang didalangi oleh adiknya sendiri.
Wajah Yara lebam karena menagis. Kekhawatiran mendalam terukir di sanubarinya.
Melihat
keberadaan Yara, Villy dan Via mematung. Tanpa berkata sepatah pun Yara
meninggalkan mereka. Ia tidak ingin lagi mendengar apapun tentang Villy. Karena
Villy telah membuatnya terluka dan kecewa.
***
Mula
saat itu Yara memutuskan tinggal diapartemen sederhana. Ia ingin menenangkan
diri. Ia tidak ingin melihat Villy, yang hanya membuatnya kecewa. Meski begitu
Yara tetap berusaha untuk mengembalikan jati diri Villy. Ia pun mencarikannya
seorang psikiatri untuk menangani kasus Villy.
“Gua bukan
orang gila yang butuh dengan psikiatri! Jadi sebaiknya anda pergi. ” Usir Villy
saat psikiatri datang. Psikiatri itu sangat muda. Dia lelaki tampan yang
mempunyai senyum ramah, manis pula. Namanya dokter Giofany.
Dr. Giofany
berusaha keras untuk mengembalikan pribadi Villy. Dokter tersebut sangat sabar
dalam menangani pasiennya. Hingga dr Gio mampu membuat Villy mencurahkan
sendiri unek-uneknya. Dr. Gio mendengar cerita Villy secara bijak. Dr. Gio
menunjukan jalan agar semua berjalan seperti sedia kala.
Dalam cerita
Villy, ia selalu menyertakan Yara dalam segala hal di hidupnya. Ceritanya pada
Gio, mengingatkannya pada sosok kakak tersayangnya. Untuk membuat Villy sadar,
perlu waktu berhari-hari sampai ia menyesali perbuatannya.
Villy pun sadar.
“Dokter, aku
menyesali perbuatanku! Betapa banyak orang-orang yang tersakiti karena aku. Aku
ingin menjadi Villy yang baik hati, bertanggung jawab, dan mencintai sesama.
Hal bodoh yang pernah aku lakukan tidak akan terjadi lagi.. cukup sekali saja
aku tersesat. Ini pelajaran penting dalam seumur hidupku. Aku janji aku menjadi
orang yang baik. Aku akan membanggakan semua orang yang menyayangi aku” kata
villy
Dr. Gio pun memberitahukan kabar bahagia itu kepada
Yara. Mendengar kabar tersebut. Yara sangat bahagia. Adiknya yang dulu brutal
kini berubah seperti semula. Villy sembuh menjadi normal. Yara memaafkan
kelakuan Villy sejak dulu. Karena manusia mempunyai khilaf dan dosa.., begitu
pula Villy.
“ Maafkan aku
teh telah membatmu khawatir. Sekarang, dari lubuk hatiku yang terdalam, sungguh
aku ingin membahagiakan dan membanggakanmu teh. Demi harapan keluarga, demi
teteh, dan demi diri sendiri. Aku putuskan untuk memenuhi impian teteh agar aku
menjadi dokter.”
“ Maksudmu?”
“ Aku telah
menerima tawaran dari universitas di Singapura untuk pendidikan S1 kedokteran.
”
“ Bagaimana
bisa?” Yara terkejut.
“ Ini semua
karena bantuan dr. Giofany…”
***
Akhirnya Villy
pergi. Ia janji untuk pulang membawa gelar S1 kedokteran. Tak ingin lagi ada
kesalahan. Jika semua orang mempunyai kesempatan memperbaiki diri, maka itulah
yang Villy lakukan. Ia berdoa semoga kebahagiaan menyertai perjalanannya.
Selamat tinggal oang tua tercinta. Selamat tinggal adik serta kakakku. Selamat
tinggal semua.
Cinta
buta mereka
Dikamar mandi Via mencelupkan wajahnya ke dalam bak. Lama sekali ia tenggelam. Dikedalaman
itu ia mencoba meneriakan sumpah-serapah. Ia tidak ingin hubungannya degan
Satria berakhir seperti itu. Scan pernikahan yang diimpikannya harus menjadi
kenyataan! Dikamar mandi tersebut ia habiskan segala resahnya.
Yang dibuthkan Via hanya ketenangan. Ia harus bertindak sesuatu untuk menyelamatkan
hubungannya dengan Satria.
“ Aku tidak
akan membiarkan mereka bersatu. Sampai matipun Satria adalah milikku. Aku tidak
akan melepaskannya! ”
Salah satu
hobby Via yaitu menembak. Stress atau depresi yang menghinggapinya akan musnah
seperti peluru yang meluncur. Ia pun pergi ke arena tempat hobbinya tercurah.
Disanalah ia menemukan jati dirinya.
Ide gila pun
muncul. Ia akan menjalankan rencana jahatnya Dalam pameran yang digelar secara
spektakuler dan amazing diperusahaan mereka, ia akan mengatakan pada wartawan
tentang hari pernikahannya bersama
Teguh. Via merancang segalanya dengan sempurna. Dengan berbicara dengan
wartawan, mereka akan menulis sekenarionya, lalu memberitakannya kepada publik.
Sehingga Satria akan menyetujui pola pikir Via.bagaimana tidak? Ketika masyarakat
tahu bahwa mereka akan menikah, maka ketika Satria menentangnya, itu berarti ia
mempermalukan diri sendiri.
Orang yang
mempunyai nama baik, ia harus menjaga nama baik itu jangan sampai ternodai.
Siapa manusia yang tidak ingin dihormati dan dihargai? Dan sebaliknya tidak ada
orang yang ingin dicela, dilecehkan, dikatakan salah, dll.
Ketika
masyarakat tahu bahwa Satria adalah milik Via, maka Satria harus berpikir
berkali-kali untuk menjalin hubungan dengan Yara. Atau jika Satria nekat
memilih Yara, masyarakat mungkin akan menganggapnya playboy, munafik, atau
penghianat. Dan jika itu terjadi, maka masyarakat akan menyebut Yara sebagai wanita penggoda, pihak ketiga,
tidak tahu diri!..
“ Hahahaha….” Via tertawa membayangkan keberhasilan rencananya.
***
Pameran pun
diselenggarakan. Banyak wartawan yang datang. Produk sepatu kulit dari
perusahaan dream future, mendapat sambutan meriah. Satria dan Yara hadir
sebagai wakil dari perusahaan itu. Melihat kedekatan antara Yara dan Satria,
Fia merasa takut. Takut apabila ia tersisih. Saat itu juga rencananya
dilaksanakan. Pertama, ia pamerkan cin-cin pemberian Satria. Kemudian ia
beritahukan wartawan prihal pernikahannya dengan Satria. Rencana itu
terlaksana.
Malam harinya,
Satria mengajak Yara dinner. Suasana hati mereka sedang bahagia. Yara tak
habis-habisnya tersenyum. Ia melihat wajah Satria seperti melihati wajah
kelinci. malam itu. Ia pun mengajak
Satria berdansa.
“Ini pasti seru. Kita harus ikut! ” ajak Yara.
Ia menarik
tangan Satria. Mereka pun menuju stage, bergabung dengan peserta lainnya. Musik
pun mengalun. Pembawa acara mempersilahkan mereka berdansa. Disaat mereka
sedang asyik, wartawan-wartawan berdatangan mengambil gambar mereka. Diantara
Satria dan Yara tidak mengerti, mengapa mereka datang mengganggu suasana?
“ Sat, apakah
lomba sekecil ini harus mendatangkan wartawan sebanyak ini? ”
“Mungkin
mereka mempunyai tujuan lain.”
“Ya. ah!
Sepertinya mereka fokus memfoto kita.”
“ Apa yang
mereka mau? ”
Lama kelamaan
wartawan-wartawan itu menyerbunya dengan pertanyaan-pertanyaan. Yara terhimpit
oleh desakan mereka. Satria memeluk Yara, mencoba menjaganya.salah satu
wartawan memotret jari manis Satria. Cin-cin berwarna silver yang ia pakai
adalah cin-cin yang ia beli sendiri di Singapura. Sebenarnya cin-cin yang
Satria pasang berbentuk pasangan. Namun pasangan yang satunya ia hanya simpan.
Kelak jika ia mempunyai calon iateri, ia akan persembahkan cin-cin itu untuk
isterinya. Namun dalam pengakuan Fia, cin-cin yang Satria pakai merupakan
cin-cin pertunangan mereka.Via telah membuktikannya pada wartawan bahwa ia dan
Satria memakai cin-cin yang sama. Sebenarnya, Via hanya membuat duplikatnya,
bukan cin-cin asli seperti yang dimiliki Satria.
Sepulang
mereka dari tempat itu. Tanda Tanya besar meliputi benak mereka. Hingga pagi
menjelang, saat seorang remaja melempar Koran didepan halaman rumah mereka.
Foto Via, Satria dan Yara terpangpang di tajuk utama berita. Bukan hanya
dikoran saja berita itu tersebar, namun juga dimajalah, radio, dan TV.
Roti bakar dan
segelas kopi tersedia dimeja makan. Kali ini Teguh yang membuatkan sarapan
untuk kakaknya. Setelah Satria kembali dari olahraga pagi, ia menemukan Koran
didepan pintu. Ia pun menyangking Koran tersebut sampai ke meja makan. Lalu
Satria membuka perlahan Koran itu sambil menggigit sendwichnya. Satria merasa
kaget ketika ia membaca judul Koran itu. Rasa marah berkecamuk dihatinya. Ia
pun bergegas menuju apartemen Via,
mempertanyakan tentang leluconnya.
Sesampainya disana.
“ Apa yang
kamu lakukan saat pameran? Rencana apa yang ada di otakmu Via?! Kamu sadar
berapa banyak kamu membohongi aku. Apa? Kamu bilang pada semua orang kalau kita
akan menikah? Mimpi kamu Vi! Hubungan kita sudah berakhir. Kamu tidak sebaik
yang aku kira. Kamu dapatkan semua yang kamu mau dengan cara berbohong. Jika
sekarang aku membencimu jangan salahkan aku! Ingat, aku tidak akan menikah
dengan pembohong sepertimu. ”
“ Aku sangat
mencintaimu Sat! aku tidak rela kamu putuskan. Aku mengaku salah! maafkan aku
sekali ini saja. Aku tahu aku berbohong, tapi cintaku kepadamu bukanlah
kebohongan! Matipun aku mau demi kamu Sat! ” rengek Via.
“ Tutup
mulutmu Fia! Kata-kata manismu tidak merubah apapun. Nyatanya kamu telah
membohongi semua orang jika kita akan menikah. ”
“ Itu karena
aku takut kehilangan mu…”
“ Via, kamu
gadis baik bukan? Kamu tidak ingin aku membencimu bukan? Kalau begitu bicaralah
pada wartawan tentang kebohongan itu!”
“ Tidak Sat!
kalau dengan cara halus aku tidak bisa mendapatkanmu, maka apa boleh buat
inilah caraku untuk mendapatkanmu. Coba kamu baca diparagraf ini…” Via
menunjukan Koran. Ia membacanya
“ Sat, mereka
bilang Yara adalah pengganggu calon suami orang !.”
“Aku tidak
akan memaafkanmu Vi! ”
Sementara itu
reaksi Yara terhadap pemberitaan yang memojokan dirinya, ia menerima dan merasa
tenang. Memang sedikit marah , namun ia sadar ia tidak melakukan sesuatu yang
salah. Ia hanya berjalan pada jalan yang lurus. Siapa takut? Bukankah ia telah
mengalami kejadian yang serupa beberapa tahun lalu ketika Hana cemburu pada
dirinya?. Ini adalah hal yang sama. Ia pasti bisa mengatasinya, bahkan jauh
lebih baik dari yang mereka duga. Kata pepetah: “ guru terbaik adalah
pengalaman.”
Dikantor :
Yara menuju ruang direktur. Ia dipanggil oleh
pak Bram untuk mendiskusikan sebuah proyek baru mengenai fashion, namun
sesampainya ia ditengah lobi, ia dihadang oleh Via. Yara berhenti. Fia
memandang mata Yara dengan tajam. Sedangkan Yara merasa tenang saja. Sejenak
kemudian Satria datang dari belakang Via. Ia memperhatikan mereka.
“ Sudah kamu
baca berita pagi ini, nona? Kalau nama baikmu tidak ingin hancur didepan
masyarakat, lebih baik kamu tinggalkan perusahaan ini! Aku muak melihat kamu
menggoda calon suamiku!”
Mendengar
ancaman Via, Yara menertawainya.
“ Hahaha..,
kasian sekali kamu!”
“ Apa? Kamu
mengasihani aku?”
“Masyarakat
akan menyukai malaikat berjubah putih daripada malaikat berjubah hitam!. Tidak
ada satu orang waras pun yang menyukai
kelicikan. Seperti caramu yang licik!”
Mendengar
kata-kata Yara, Via naik pitam. Gigi-giginya menggerutu seperti kambing
mengunyah rumput. Wajahnya merah seperti api menyala.. ia ayunkan kepalan
tangannya hendak meninju bajah Yara, namun sebelum itu terjadi Satria terlebih
dulu mencegahnya. Satria datang sebagai pahlawan.
“Sedikit saja
kamu menyentuh kulit Yara, seribu kali akan ku balas kamu Vi! ”
“ Kenapa kamu
selalu datang membela dia?! Dia itu siapa hingga kamu tergila-gila padanya.
Kenapa secepat itu kamu berubah Sat..? ingatkah dulu sewaktu kita bersama? Kamu
sudah berjanji untuk mencintai aku selama-lamanya…? Tapi sekarang kamu
mencampakan aku seakan aku adalah musuh bagimu. Kenapa jadi begini?!!!”,
Satriapun mencoba pergi.
“ Lepaskan aku Via! kamu Tanya dirimu sendiri kenapa jadi begini! ”
Mendengar
percek-cokan mereka para karyawan keluar untuk menyaksikan. Via menangis. Tanpa
malu Via bersimpuh dikaki Satria, mengemis cintanya.
“ Mengertilah
sekali ini saja saying. Aku mohon padamu kembalilah seperti dulu. Saat kamu
panggil aku baby. Kamu harus mengakui bahwa kamu pernah sangat mencintaiku. Ku
mohon ingatlah!. Hari itu, saat malam. Katamu mataku seperti para bintang
dilangit menyinari sepimu. Katamu kau mencintaiku…”
“ Cepat
berdiri Via. Jangan bicara lagi! Kamu telah mempermalukan dirimu sendiri! ”
“ Sekali saja
kamu katakan bahwa kamu sangat mencintaiku! Maka aku akan berdiri. ”
Yara segera
meninggalkan mereka. Ia menuju kantor pak Bram. Melihat Yara beralu Satria pun
mencoba pergi.
“Lepaskan aku Via! ”
Satria
meninggalkan Via. Via tak berdaya, ia
tersungkur…
***
Atas dukungan
pak Bram, Yara menyelenggarakan konferensi pers. Pak Bram sebagai direktur
utama perusahaan, telah memberikan
sepenuhnya kepercayaannya terhadap Yara. Yara hanya korban dari
pelampiasan patah hati Fia.
Saat konferensi pers.
“ Kepada semua
orang, saya beritahukan kebenaran yang ada. Perlu diketahui bahwa hubungan Satria dan Via sudah berakhir
beberapa bulan yang lalu. Saya bukan pengganggu! Sekali lagi, mereka telah
putus dan tidak akan menikah!. Soal cin-cin yang bercorak sama antara Via dan
Satria, itu hanya rekayasa Via. Cin-cin yang Via kenakan adalah palsu! Pada
cin-cin yang asli, terdapat sebuah inisial S&R. Silahkan periksa mana yang
salah dan mana yang benar. Dan yang perlu kalian tahu, aku mencintai Satria!”
ucap Yara kepada wartawan.
Menyaksikan
langsung berita tentang dirinya, Via garang dan nafsu. Ia kalah oleh Yara. Air
matanya jatuh karena hati yang panas. Bagaimanapun juga ia tidak rela
disia-siakan oleh Satria.
Wartawan-wartawan
menyerbu kediman Via. Mereka menanyakan cin-cin imitasi yang ia kenakan. Via
mencoba berbohong jika cin-cin itu telah hilang. Via hanya takut dirinya
dikatakan pembohong oleh masyarakat. Namun terlanjur! Semua orang tidak
mempercayainya! Hati seorang pembohong seperti hati Via.
Akhirnya
seorang wartawan menemukan cin-cin tersebut didalam vas bunga. Mereka pun jadi tahu bahwa cin-cin tersebut palsu.
“ Lihat..,
cin-cin ini tidak ada tanda atau inisial apapun. Ini palsu.” Kata seorang
wartawan wanita.
Berkhirlah
sandiwara Via prihal wedding planernya.. ia gagal total tapi dendam semakin
dendam.
Jika Yara
ingin merebut Satria, silahkan la lalui penderitaan melebihi sakit hatinya. Ia tahu hukum karma itu ada.
Ia siap apabila suatu hari ia menerimanya. Cintanya adalah cinta buta. Ia tidak
mampu lagi membedakan antara hitam dan putih.” Tunggu pembalasanku.” Kata Via.
Semanis madu, sepahit empedu
Seorang ibu
memangku balitanya dengan selendang sinar matahari dan debu menemani keduanya.
Ibu paruh baya itu keriput, kering, dan kering. Sedang anaknya pun demikian.
Anak balitanya menuding-nuding pedagang es lilin yang lewat didepannya.
Alangkah nikmat dan segar menikmati es lilin yang segar dan manis di siang yang
panas. Namun ibu tua itu menutupi mata anak balitanya dengan tangannya. Dalam
hati beliau merasa sedih karena tidak sanggup membelikannya setangkai es lilin.
Apa boleh buat? Sepeser uang pun tidak ada. Mereka berdua hanya duduk menanti
malaikat baik hati yang mengasihaninya.
Yara pun datang ia membawakan
payung untuk keduanya.
“ Ibu lagi
nunggu seseorang ya? disini panas bu! Kasian anak ibu. ”
Balita itu
menatapi Yara, matanya sayu. Ia sedang menunggu kebaikan Yara.
“ Kakak yang
baik beri kami uang…” begitulah mata balita itu bicara. Kemudian Yara membawa
mereka ke warung nasi.
“ Silahkan ibu
mau makan apa. Biar saya yang bayar! ”
Banyak sekali orang yang menderita hal yang
sama. Minimnya ekonomi memaksanya untuk mengemis, mengamen, atau bertindak
jahat seperti mencuri dll. Boro-boro untuk biaya pendidikan, biaya makan pun tidak
ada. Siapa yang harus disalahkan? Jangan salahkan lagi pemerintah. Seharusnya
yang bertanggung jawab adalah masing-masing diri. Manusia ditakdirkan untuk
berusaha. Sing-sing kan lengan baju dan bekerja keraslah..! malas hukumnya
haram bagi manusia yang beriman. Ingat, uang menopang kehidupan kita. Memang
uang bukan segalanya, tapi dengan uang kita dapat melakukan segalanya!
Yara teringat tentang keinginan sucinya. Bahwa
ia ingin membantu orang-orang disekelilingnya yang membutuhkan. Khususnya bagi
anak yatim- piatu, orang jompo, yang tertimpa musibah dll. Ya.., Yara ingin
mendirikan yayasan panti asuhan dan
perpustakaan umum. Ia ingin menyaksikan anak-anak penerus generasi agar tumbuh
secara mandiri dan cerdas. Agar dapat membangun bangsa dan negaranya.
Rencanapun
diwujudkan ia menghabis kan uang pribadinya untuk melaksanakan impiannya itu.
Siang- malam ia berdo’a pada Allah agar diberkahi dan diridhoi segala
rencananya. Banyak orang yang mendukung rencananya. Keluarganya,Teguh, Satria,
pak Bram, maupun rekan-rekannya. Karena mereka tahu, maksud baiknya akan
berdampak positif untuk lingkungan sekitar dan Indonesia. Seandainya ia juga
mampu meminimalisir pengemis dan pengangguran?
Setidaknya ia akan berusaha melakukan yang terbaik untuk negaranya.
***
Selain itu hubungan Yara dan Satria semakin
dalam. Rasa-rasanya ia telah menemukan pangeran berkuda seperti yang ada dalam
hayalannya. Yara selalu membayangkan kekasihnya sebagai pemuda gagah yang
melamarnya dengan lamaran yang tak terlupakan.
Setiap hari
mereka bertemu dikantor. Dengan bersatunya mereka dalam pekerjaan. Urusan
kantor pun semakin mudah. Produk fashion baru
yang diluncurkan telah meraih sukses.
Saat
makan siang.
“ Ra, aku
malam minggu nanti mau ngajak kamu ke bali. ” Ajak Satria.
“ Oh.., ya? ”
“ Apa kamu nggak tahu alasannya kenapa? ”
“ Aku tahu. ”
“ Apa? ”
“ Liburan kan?
Kamu ingin menghabiskan waktu liburmu hanya dengan aku kan? Kamu tidak bisa
hidup tanpa aku kan? Hahaha… ”
“Jawaban yang bagus! ”
Ada alasan
tersendiri dalam liburan kali itu. Satria merangkai kejutan yang tak terlupakan
untuk mereka. Sebuah lamaran romantis yang ada didalam benak Yara. Sesampainya
di bali Satria bekerjasama dengan salah satu lestoran termewah dibali. Lestoran
itu terdapat kolam renang yang telah ditata sedemikian indah. Lilin-lilin kecil
berbentuk bunga mengembang diatas air. Lilin-lilin itu merangkai kata I LOVE U
dan dilingkari oleh bentuk hati. Disisi
kolam renang, berbagai bunga mawar ditata mempesona membentuk kata WILL YOU
MERRY ME.
Tidak ada tamu
disana, kecuali mereka dan sebuah orchestra yang menyanyikan lagu cinta.
Waktu yang
dinantikan telah tiba. Satria berdandan bagai Leonardo saat menghadiri
perjamuan makan malam dalam film titanic. Sedangkan Yara hanya berdandan
alakadarnya. Karena setahunya ia hanya akan hadir pada makan malam biasa. Namun
ketika ia tiba ditempat itu lalu seperti menemukan surge yang indah.lilin-lilin
yang berkelap-kelip. Dan ribuan bunga mawar yang menunjukan segunung cinta suci
milik Satria. Yara sungguh
terpesona.
“ Satria, aku
tidak bisa berkata apa-apa…”
“ Apa kamu
suka sayangku?”
“ Ya, sayang!”
“Yara sayang
ku, cintaku.., jadilah isteriku. Jadilah teman yang menemaniku sampai matiku.
Maukah kau menikah denganku?”
Yara mendekap
mulutnya. Matanya mulai dibanjiri air mata. Menyaksikan Satria bersimpuh
meminta kesediaannya, ia ingin sekali memeluk Satria seerat-eratnya sambil
berkata : ” iya. Aku sanggup sayang.” akhirnya Yara mengangguk. Lalu Satria
memakaikan cin-cin yang selama ini ia simpan. Cin-cin yang dulu sengaja
diduplikasi oleh Fia. Dibagian dalam cin-cin itu bertuliskan “MMM” yang berarti mimalomocaca (aku cinta padamu)
Malam dipulau
dewata dalah pengalaman terindah. Yara menerima lamaran Satria dengan sepenuh
jiwa dan raga. Setelah dari Bali, mereka dan keluarga besar mulai mencari hari
baik untuk pernikahan.
“ Terimakasih
ya Allah, Kau telah memertemukan aku dengan kekasih dambaanku. kau berikan aku
kebahagiaan dan Kau mudahkan aku dalam kesulitan. Ya Allah, restuilah kami menjadi
pasangan suami isteri yang sakinah, mawadah, dan warokhmah.
Dihari
pernikahanku kelak, adalah hari sempurna karena mimpi-mimpiku terjawab sudah.
Bukan hanya hubungan keluarga,
pekerjaan, cinta, kehormatan, kesuksesan, dan semua hal yang penting dalam
hidup telah aku genggam. ” Do’a syukur Yara disuatu malam.
***
2 minggu kemudian
Sejak rahasia
Villy, Teguh, dan Via terbongar, Teguh tidak bisa berkonsentrasi dalam kuliah.
Meski Satria tidak pernah mengungkit keterlibatannya, namun perasaan bersalah
menghantuinya. Ia akui bahwa dalam diam, ia tidak bisa merelakan Yara untuk
kakaknya. Tak seorang pun yang tahu pikiran jahat apa didalam benaknya.
Cinta merubah
Teguh menjadi munafik. Cara-cara jahat dibenaknya telah membuang sia-sia
waktunya. Ia tidak ingin mundur. Tetap berjuang untuk mendapatkan Yara kembali.
Begitu pun dengan Via yang tak pernah bisa merelakan Satria. Mereka berdua
akhirnya kembali bekerjasama untuk memisahkan mereka. Tujuan mereka yaitu
menggagalkan pernikahan Satria dan Yara. Beruntung lah mereka saat Hana datang
kembali mendukung semua aksi mereka.
Via menemui
Hana untuk merancang rencana licik demi membatalkan pernikahan mereka. Hana
kebetulan telah bekerja lagi dikantor pamannya itu. Hana dan Via menyibukan
diri untuk memfitnah Yara dengan cara apapun!. Ya.., dengan cara apapun…
“Via, kita
gunakan uang perusahaan untuk berpura-pura menyumbang yayasan yang Yara
dirikan…”
“ Haha.. aku
mengerti maksud nona Hana. Dengan uang perusahaan itu, semua orang akan mengira
bahwa Yara melakukan korupsi! ”
“ Cerdas kamu!
Sekarang tugas kamu yaitu meminta tanda tangan Yara. Sebisa mungkin jangan
biarkan Yara membaca penuh isi surat ini! Kamu harus berhasil atau kalau tidak
rencana kita akan gagal. Dan kamu tahu konsekuensinya kalau sampai gagal? Kita
akan dipenjara! ”
Sedangkan
tugas Teguh yaitu mencari no. rekening pribadi Yara agar mereka dapat memasukan
uang itu kedalam rekening pribadinya. Dengan cara itu mereka pasti dapat menggagalkan pernikahan dengan
perfection.
Pernikahan pun
dilaksanakan. Keluarga tercinta hadir semua. Termasuk Villy yang mendapat libur
dari kampusnya. Gedung yang megah menjadi altar saksi pernikahan mereka. Hiasan
bunga lili putih menghiasi seisi ruangan. Indah tiada tara para wartawan
meliput kebahagiaan kedua pribadi sukses Yara dan Satria.`di lain tempat
diacara pernikahan itu, Hana dan Via tersenyum menunggu akhir cerita.
“ Rencana kita
sebentar lagi akan terlaksana. Polisi-polisi sudah bersiap-siap untuk meringkuk
wanita brengsek itu!” bisik Via.
“ Hah! Beruntung
saya mengenal kamu Via. Akhirnya saya bisa balas dendam atas sakit hati saya
dimasalalu.”
Yara berjalan
dengan Satria mengelilingi para tamu. Dibelakang mereka beberapa pengiring
mengikutinya, sambil menaburkan kelopak mawar merah pada para tamu. Musik
romantis pernikahan menyanjung telinga semua orang.sementara dari atas stage
seorang MC berbicara panjang lebar menceritakan perjalanan kisah cinta mereka.
Kemudian MC tersebut mempersiapkan Yara dan Satria untuk berdansa. Bagi mereka
acara berdansa adalah pelengkap romantisme. Bumbu segar bagi para pecinta.
Siapa yang tidak iri melihat kebahagiaan Yara dan Satria? Semua jadi ingin
menikah.
Lantas
polisi-polisi itu datang. Pistol berisi amunisi
itu diacung kan keatas oleh beberapa poisi. Semua orang ketakutan.
Segalanya berhenti. Music brhenti. Dansa berhenti. Kebahagiaan berhenti.
Pernikahan berhenti. “ oh Tuhan..,waktu telah berhenti? ”
“Ada apa ini
?“ Tanya Satria.
“ Maaf tuan,
kami datang untuk menangkap nona Yara atas tuduhan korupsi. Nona Yara telah
menggelapkan uang sebesar 2miliar, yang diperkirakan untuk membangun yayasan
pribadinya. ”
“ Apa? ”
mereka kaget.
TIDAK! Ini
hanya fitnah ya Allah terangkan
kebenaran untuk Yara. Ini hanya cobaan darimu ya Allah. Yara adalah wanita kuat
dan tenang dalam menyelesaikan masalah. Ia tidak berkomentar apa-apa saat
polisi memborgol kedua tangannya. Semua orang bersedih menyaksikan kebahagiaan
yang berubah menjadi duka-nestapa. Wanita sebaik Yara tidak pantas menerima
fitnah ini!. Para wartawan meliput berita ini secara langsung. Publik
dikagetkan oleh berita buruk yang datang secara tiba-tiba. Acara setiap
setasiun TV pun menceritakan tentang penangkapan Yara.
Anak-anak
panti asuhan yang datang menghadiri pesta itupun, menangis tersedu. Diantara
mereka ada yang berlari meminta kemurahan pak polisi. Mereka memohon agar tidak
membawa Yara pergi. Sampai mereka bersimpuh dikaki polisi itu. Mereka menangis
tanpa henti. Lalu Yara berkata padanya:
“ Tidak apa-
apa anak manis! Teh Yara tidak apa-apa….”
Air mata Yara
membasahi pipi, anak kecil berumur 8tahun itupun menghapusnya dengan jari
jemarinya. Yara pun melenggang pergi bersama pak polisi. Pernikahannya
batal.Fia dan Hana bersorak saat setelah mengetahui peristiwa memuaskannya itu.
Mereka pergi ke pantai. Disana mereka tertawa sepuas hati. Setelah itu mereka
merayakannya ke dikotik. Sedangkan Teguh tak menyangka akan terjadi separah
ini. Sebenarnya ia tidak sanggup melihat Yara menangis. Ia akui caranya telah
keliru. Teguh seperti orang gila yang tiak bisa berfikir lagi. Ia bahkan tidak
tahu siapa dirinya, apa maunya! Hanya kehampaan yang ia terima.
Jeruji besi
bagai tembok raksasa membelenggu hidup Yara. Apa maksud fitnah ini ya Allah?.
Siang dan malam Yara berdo’a semoga keajaiban datang menyelamatkan dia.
Increadible
love
Airmata Yara
membasahi lantai penjara. Gelap gulita menemani derita. Pernikahan yang
didambakannya harus tertunda. Ia ragu apakah Satria akan sabar menunggunya
terbebas?. Siapa sebenarnya dalang dari skenario mengerikan itu?. Ia tidak
pernah mengkorupsi satu rupiah pun uang perusahaan. Tega nian mereka melakukan
tuduhan tersebut.
Sejak Yara
masuk penjara, Teguh tak terlihat batang hidungnya. Ia lari dari permasalahan
yang telah ia sulut api. Sebenarnya dalam nuraninya ia mengutuk dirinya
sendiri. Ia hanyalah pangecut. Sebab itulah ia pergi.
Setiap malam
Teguh bermimpi buruk. Gelisah mengikutinya kemanapun ia pergi. Bayangan Yara
menari dipelupuk matanya. Senyum dan candanya sewaktu bersama almarhumah
ibunya, tak henti terbayang. Tak fair rasanya jika ia membalas
kebaikan-kebaikan Yara dengan cara menjerumuskannya kepenjara.
Teguh berjalan
ling-lung menuju makam ibunya. Ia tidak tahu harus mengadu pada siapa. Hanya
ibunya pelipur hati. Biarkan Teguh tersadar. Agar tebuka pintu keberanian untuk
mengakui apa yang dilakukannya.
Sementara,
Villy dan Satria memutar otak untuk segera membebaskan Yara dari penjara. Satria mengecek barang-barang dikantor Yara,
barangkali ia temui petunjuk disana.
“ Teh Yara
mengaku tidak pernah memasukan uang sebanyak itu direkening peribadinya. Kalau
teh Yara tidak merasa, itu berarti ada orang yang sengaja memasukan uang itu.
Dan pelakunya pasti orang yang terdekat. Karena hanya orang terdekatlah yang
tahu no. peribadi teh Yara “ duga Villy.
“ Apa kamu
berfikir hal yang sama dengan ku? Pelakunya adalah Teguh. ”
“Benar.
Aku yakin kak Teguh lah yang melakukan
semua ini. Sekarang dimana dia kak Satria? ”
“Sejak Yara
dipenjara, dia pergi dari rumah. ”
“Kita harus
mencarinya kak! Sekarang.”
Mereka
bergegas mencari Teguh. Beberapa teman deatnya sudah mereka tanyai, tapi tidak
ada yang tahu kemana Teguh pergi. Tujuan terakhir mereka yaitu kediaman
lamanya.
***
Dipenjara, pak
Bram menjenguk Yara. Pak Bram sebenarnya sudah mengetahui kekacauan
dikantornya. Namun ia sengaja tidak memberitahukannya terhadap Yara, karena ia
bermaksud akan memberitahukannya sesudah pernikahan selesai. Namun tak disangka
hal seburuk itu terjadi dihari bahagianya. Sejak dulu hingga sekarang pak Bram
selalu mempercayai Yara. Ia yakin, bahwa Yara tidak bersalah sama sekali dalam
kasus tersebut. Namun sayang ia tidak mempunyai bukti-bukti untuk menolong
Yara.
“Saya selalu
memihak padamu Yara! ”
“ Terimakasih
pak Bram. Kau atasan yang terbaik!. Oh ya pak.., ada hal yang aneh yang harus
saya beritahukan, ini soal uang sumbangan yang diberikan terhadap perusahaan.”
“ Uang
sumbangan dari perusahaan? ”
“ Iya pak.
Saya menerimanya karena anda yang memberikannya. Bukankah anda yang
menandatanganinya? ”
“ Apa? Saya
saya tidak melakukannya! ”
“ Hana yang
mengurus surat-surat itu pak! ”
“ Saya
mengerti sekarang. Ini sudah jelas bahwa Hana yang memfitnah kamu!. Ini sangat
keterlaluan. ”
Sedari menjenguk Yara, pak Bram
menelepon Hana agar segera datang kekantornya.
Saat dikantor.
“ Ada apa ya
om? ”
“ Saya sudah
tahu semuanya! ”
“ Tahu apa ya
om? Saya tidak mengerti.”
“ Tunjukan
surat penandatanganan itu pada saya.”
“Maksud om
apa? sAya tidak tahu! “
“ Bagaimana
bisa kamu melakukan tindak kejahatan seperti ini! Kamu telah berani memalsukan
tanda tangan saya hah!!! ”
“ Om nuduh
aku? Ada buktinya? Mana tunjukan buktinya! ”
Semua orang
mencintai Yara, semua orang tidak ingin Yara menderita. Semua orang bergotong-royong mengumpulkan bukti-bukti agar Yara terbebas dari belenggu terali besi.
Kepercayaan dari orang terekatnya merupakan selimut dimalam yang dingin, dan AC
disiang yang panas. Yara merasakan kesejukan dihati. Meski penjara merenggut
sayap-sayapnya. Karena ia yakin, esok yang akan datang Tuhan akan mengganti sayapnya
dengan yang baru, yang indah dan lebar. Seperti garuda yang terbang bebas.
***
Villy dan
Satria tiba dikediaman lama Teguh. Mereka menemukan Teguh persis seperti pemuda
Stress yang terkasihani. Rambutnya acak-acakkan dengan pakaian yang kotor. Dikursinya
ia mengisap sebatang rokok. Pandangannya jauh. Pada saat Villy dan Satria
muncul dihadapannya, ia tidak berkutik.
“Jelaskan
padaku kenapa kamu membalas aku dengan semua ini, Teguh?” kata Satria. Teguh
hanya diam.
“Kak Teguh,
kenapa kamu lari dari masalah yang kamu buat? Aku tahu kamu sangat mencintai
the Yara, tapi yang kamu lakukan hanya menyakitinya! Dan sebab pelarian ini
adalah karena kau merasa bersalah. Kak Teguh, aku akan memaafkanmu jika kau
berbicara jujur pada semua orang!”
Villy menangis
memohon kesadaran Teguh. Teguh yang semula hanya diam, kini melirik kearah
Villy. Rasa bersalah tergambar pada mimiknya. Jika dengan berkata jujur ia
dapat mensucikan kesalahannya, maka ia akan berkata sejujur-jujurnya. Meski
luka yang terdapat dalam hati Yara tak terobati.
Akhirnya Teguh
bersedia mengakui keterlibatannya dalam rencana memasukan Yara ke penjara.
Bagaimana ku maafkan diri?
Atas lukanya!!!
Aku hanya tak rela bila dia bukan milikku
Tapi aku pun bukan orang yang ia kasihi
Cinta ini menahan waktuku
Aku hanya ingin dia, seorang!
Tak peduli apapun terjadi, aku tidak
bisa hidup
Tanpanya…
Disinilah aku berhenti pada kenyataan
ini
Pada pelabuhan yang sepi.
Karena aku baru tahu tentang kenapa ia menangis
Itu karena aku…
Dilain tempat, Via mendapat informasi dari mata-matanya jika Teguh sedang bersama Villy dan
Satria. Firasat Via mengatakan bahwa Teguh akan membuka rahasia mereka.Via pun
langsung mengutus mata-matanya untuk mencelakakan Teguh dalam perjalanan mereka
ke kota. Jika Teguh mmeninggal, maka tidak ada yang mengetahui rahasia mereka.
Ditengah jalan
yang sepi, beberapa mata-mata Via menghalangi mobil mereka. Salah satu
mata-mata itu membidik Teguh dengan senapan. “ DOR!”. Tembakan tersebut
meleset. Satria maju ke arah mereka. Ia berkata :
“Apa yang
kalian mau, semua akan saya berikan.” Satria menawarkan benda-benda berharga
miliknya. Kunci mobil yang ada ditangannya ia beber-beberkan.
“Ambil kunci
mobil ini, dompet ini,jam tangan ini…ambil! Asal kalian jangan lukai kami. ”
Mata-mata itu
tergiur oleh tawaran Satria. Lalu mereka mengambil barang-barang yang telah
Satria letakan ditanah. Merekapun lalai, sehingga dengan gesit Teguh menghajar
dan menendang mereka. Pergulatanpun terjadi. Satria berhasil mengambil senjata
mereka. Sedangkan Villy menelepon polisi.
Akhirnya mereka K.O . polisipun datang
meringkus mereka.
Seperti yang
diinginkan, bukti-bukti cemerlang pun bersinar. Selain saksi dari Satria, surat
palsu, dan ada juga utusan mata-mata dari Via yang kini dibekuk polisi. Hari
itu pun polisi menahan Via dan Hana, dalang dari semua ini. Alhamdullilah Yara
pun dibebaskan. Alangkah bahagia semua orang. Panji kebenaran terungkap sudah.
***
Pernikahan
yang tertunda digelar kembali. Anak-anak dari yayasan mengiring langkah bahagia
mereka. Dalam pernikahan kali itu Teguh tidak hadir. Dia mendapatkan hukuman
yang setimpal. Ia mendekam ditahanan.
Via dan Hana
sempat kabur saat itu.tetapi polisi berhasil menggagalkannya saat mereka tengah
berada dibandara internasional. Saat polisi menangkap mereka, mereka menjerit
dan memberontak.
“ Lepaskan
aku! Aku tidak bersalah! Berengsek kalian..! lepaskan! ”
Semua penghuni bandara menonton acara penangkapan
mereka. Dan seketika Via dan Hana diam membisu saat TV-TV disekitar bandara meliput
pernikahan Satria dan Yara.
Dalam pasrah
dan kalah mereka berjalan digiring polisi-polisi. Semua orang menyumpahi
perbuatan keji mereka. Seandainya kebenaran tidak terungkap, bagaimana nasib
anak-anak malang itu?. Andai benar yayasan tersebut dibangun dengan uang hasil
korupsi, sungguh kasian mereka. Tapi semua hanya fitnah.
Kini Yara
merengkuh sempurna hidupnya. Ia telah memiliki surga dunia. Suami yang
menyayanginya, keluarga harmonis, karir, dan juga memiliki malaikat-malaikat
kecill penghuni yayasannya. Impian telah menjadi nyata. Sungguh ia ingin
menjadi manfaat bagi semua orang!. Ya.., semua orang mencintai Yara seperti
Yara mencintai semuanya.
Impian suci
menuntunnya untuk menata satu-persatu puzzle-puzzle kehidupannya. Meski
halangan dan rintangan menghadang. Namun kekuatan telah membantunyauntuk tetap
fokus. Begitulah impian sejati. Ia membuat sang empunya menjadi peribadi
menonjol yang dihargai lingkungannya
Hingga
seterusnya dan sampai mati, Satria dan Yara hidup bahagia….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar