1. Definisi
Diabetes
melitus adalah penyakit kelainan metabolisme dimana tubuh penderita tidak bisa
secara otomatis mengendalikan tingkat
gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes mellitus (DM) tidak bisa
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi kelebihan gula
dalam tubuhnya.
Kekurangan insulin diakibatkan
adanya kerusakan sebagian kecil atau besar sel-sel beta pulau lengerhans alam
kelenjar pankreas yang menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan
metabolism endokrin dan karbohidrat untuk
makanan janin dan persiapan menyusui bila tidak mampu meningkatkan
produksi insulin (hypoinsulin) yang
mengakibatkan hyperglikemia atau DM pada kehamilan (DM yang timbul dalam masa
kehamilan). Penyebab genetic atau faktor keturunan, virus dan bakteri atau
bahan toksik atau beracun, nutrisi. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal
107 )
2. Gejala
Umum
Sering kencing pada malam hari
(polyuria); selalu merasa haus (polidipsia); selalu merasa lapar (polyfagia);
selalu merasa lelah/ kekurangan energy; infeksi dikulit; penglihatan menjadi
kabur; Hyperglasimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah);
glaikosuria (glukosa dalam urin). (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal
107 )
3. Kasifikasi
Diabetes meelitus yang tergantung
pada insulin (Id DM atau jenis i): biasanya terdapat pada orang yang masih
muda, gejala-gejalanya terjadi secara tiba-tiba, kadar glukosa dalam darah
tinggi.
Diabetes mellitus yang tidak
tergantung pada insulin (NID DM atau jenis II): biasanya terdapat pada orang
yang berusia >40 tahun, terjadi secara perlahan-lahan, dan kemungkinannya
tiada tanda/ gejala, biasanya tejadi pada orang gemuk, usia lanjut dan tidak
aktif. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal 107 ).
4. Pengaruh
Kehamilan
Hyperemesis gravidarum, pemakaian
glikogen bertambah, pertumbuhan janin, pankreas dan adrenalin in otero sudah berfungsi, meningkatnya metabolisme basal,
sebagian insulin ibu dimusnahkan oleh enzim uninsulin dalam plasenta. Insulin
dalam kehamilan dikurangi oleh plasenta laktogen dan mungkin juga oleh
esterogen dan progesterone. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal 108 ).
Pengaruh ini bergantung apakah
diabetes terbengkalai atau diobati dengan baik. Namun, walaupun diobati dengan
baik diabetes tetap meninggalkan kematian perinatal. Pengaruh tersebut adalah :
1) Kemungkinan
gestosis 4X lebih besar
2) Infeksi
lebih mudah terjadi, terutama pielitis dan pielonefritis.
3) Kemungkinan
abortus dan peralinan kurang bulan sedikit lebih besar
4) Bayi
sering besr diduga penyebabnya ialah hormone pertumbuhan yang berlehihan atau factor
genetis. Walaupun anaknya besar, secara fungsional lebih bersifat sebagai anak
lahir kurang bulan sehingga dipergunakan istilah foetus dysmaturus. Bayi-bayi
ini harus dirawat sebagaianak lahir kurang bulan
5) Anak
sering mati intrauterine, terutama sesudah minggu ke 35 kematian ini diduga disebabkan
oleh hipoglikemi.
6) Setelah
lahir, anak sering mengalami hipoglikemia dan hipoksi.
7) Hidramnion
sering terjadi ; jika timbul hidramnion, kematian intrauterine meningkat sampai
35%.
8) Kelainan
konginetal lebih sering dijumpai.
9) Perdarahan
pasca persalinan lebih besar kemungkinannnya.
10) Laktasi
kadaang-kadang kurang.
(Obstetri Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran. Hal 116)
5. Pengaruh
Persalinan
Kegiatan otot rahim dan usaha
meneran, mengakibatkan pemakaian glukosa lebih banyak, sehingga dapat terjadi
hypoglikemia, apabila disertai dengan muntah-muntah. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan
Kebidanan 4. Hal 108 )
6. Pengaruh
Nifas
Laktasi menyebabkan keluarnya
zat-zat makanan , termasuk hydrat arang dari tubuh ibu, DM sering mengakibatkan
infeksi nifas dan sepsis dan menghambat luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomy. (Ai Yeyeh Rukiyah,
Asuhan Kebidanan 4. Hal 108 )
7. Komplikasi
dalam kehamilan
Abortus dan partus prematur,
preeklamsia, hidramnion, kelainan letak janin karena bayi besar, insufiensi
plasenta.
8. Penyulit
dalam persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri,
distosia bahu karena anak besar, kelahiran mati, lebih sering kelahiran partus
dengan tindakan termasuk section sesaria, lebih mudah trjadi infeksi, kematiam
maternal lebih tinggi.
9. Mencegah
dan Menghambat timbulnya komplikasi-komplikasi
Menjaga agar kadar glukosa dalam
darah tetap normal, tidak merokok, berolahraga secara teratur, makan makanan yang seimbang, kadar lemak yang
rendah, dan kadar serat yang tinggi (komplek karbohidrat), agar tekanan darah
dan kadar kolesterol diperikasa secara tteratur oleh dokter.
Penanganan yang dilakukan: diet
berat badan rata-rata pada ibu hamil adalah 1200-1800 kalori/hari, terutama
trimester 1, insulin dikurangi karena emesis menyebabkan hypoglikemik,
trimester II dan III, insulin ditambah karena makan mulai bertambah, persalinan
dan nifas, insulin dikurangi—karena cadangan hidrat arang berkurang, anjurkan
infuse glukosa dan insulin. (Ai Yeyeh Rukiyah,
Asuhan Kebidanan 4. Hal 107 )
10. Criteria
Diabetes Melitus Menurut WHO
GLUKOSA
PLASMA VENA
|
||
|
Puasa
|
2 jam
|
Normal
|
<100
|
<140
|
Diabetes Melitus
|
>140
|
>200
|
TGT
|
100-139
|
140-199
|
(Obstetri
Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Hal 116)
11. Pengobatan
Kerja sama dengan spesialis
penyakit dalam merupakan syarat mutlak untuk keselamatan ibu dan anak. Untuk mencegah
embriopati, kerja sama ini sudah harus dimulai pada hamil muda bahkan sebaiknya
sebelum kehamilan.
Tujuan terpenting
ialah pengawasan dan pengendalian
diabetes. Disamping itu hrrus diperikasa keadaan pembuluh darah (pemeriksaan
fundus okuli) dan faal ginjal. Penting juga pengawasa paru karena pada diabetes
lebih mudah terjadi aktivasi dari penyakit paru (TBC).
1) Segera
setelah diagnosis dibuat, pasien dimasukan rumah sakit untuk penilaian dan
menentukan pengobatannya. Kemudaian dilakukan pengawasan, pada kehamilan yang
masih muda dua minggu sekali pada kehamilan tua setiap minggu. Pengawasan meliputi
pemeriksaan laboratorium, penentuan diet, dan penyesuaian dosis insulin.
2) Pada
bulan ke-7, sebaiknya pasien dirrawat inap lagi untuk beberapa hari karena saat
ini sering terjadi perubahan toleransi. Tentu pasien juga dirawat inap setiap
waktu jika ada penyulit seperti asetonuri,
gestosis, dan infeksi.
3) Pada
kehamilan 34 minggu, pasien dirawat lagi dirumah sakit untuk persiapan persalinan.
Persalinan
anjuran sebelum saat persalinan yang
diperhitungkan, perlu dipertimbangkan mengingat kemungkinan kematian
anak menjelang akhir kehamilan. Pemeriksaan ultrasonografi dan kardiotografi
dilakukan serial setiap minggu.
Amniosentesis
dilakukan untuk mengetahui kematangan
paru. Persalinan anjuran dilaksanakan
bila ditemukan pertumbuhan janin terhambat (PJT), gawat janin, dan makrosomi.
Bila perlu, diberikan steroid untuk pematangan paru. Pada janin yang sehat
diharapkan persalinan normal pada kehamilan 40 minggu.
Beberapa
keadaan mengarah kita pada pilihan section sesaria sebagai berikut
1. Adanya
gestosis
2. Anak
yang sangat besar
3. Gaat
janin
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Primi
tua
6. Adanya
kelahiran mati pada anamnesis
|
Berbagai
macam obat insulin:
1. Insulin
kerja cepat—Humulin R (40 IU,100 IU) dan Actrapid Human 40,100
2. Insulin
kerja menengah—monotrad Human 40,100 dan Mixtrad 30/70
(Obstetri Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran. Hal 116-118)
DAFTAR
PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiyah.2010. Asuhan kebidanan 4 Patologi.
Jakarta: Tim
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar