1. Definisi
Anemia
merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hemotokrit dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering
disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai
normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah,
misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi
adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Anemia
defisiensi besi adalah anemia yag disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidaklah cukup yang
ditandai dengan gambaran sel darah merah
hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan jenuh transferin
menurun, kapasitas jenuh total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang
serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak
factor yang dapat menyebabkan timbulnya
anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbs
usus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi
seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan
dan masa penyembuhan penyakit. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Hal 114)
Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, Jenis anemia yang
pengobatannya relative mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan
merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia. Anemia hamil disebut “ potential
danger to mother and child ” (potensial membahayakan ibu dan anak). Karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka Anemia kehamilan di Indonesia menunjukan
nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong
menemukan angka anemia kehamilan 3,8 % pada trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8 % pada trimester III. (Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan,
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 29)
2. Anemia
Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan
Anemia
defisiensi pada wanita hamil merupakan problema kesehtan yang dialami oleh
wanita diseluruh dunia. Terutama dinegara berkembang (Indonesia) WHO melaporkan
bahwa prevelensi wanita hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO
40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan
kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. (Ai Yeyeh Rukiyah,
Asuhan Kebidanan 4 Hal 114)
3. Patofisiologi
Anemia pada Kehamilan
Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang semakin meningkat terhadap plasenta
dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester
II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000
ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang
menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan
4 Hal 115)
4. Etiologi
Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
Hipervolemia,
menyebabkan terjadinya pengenceran darah, pertambahan darah tidak sebanding
dengan pertumbuhan plasma, kurangnya zat besi dalam makanan, kebutuhan zat besi
meningkat. (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Hal 115)
5. Gejala
Klinis Anemia Defisiensi Besi dalam Kehamilan
Manifestasi
klinis dari anemia efisiensi besi sangat bervariasi, bisa hamper tanpa gejala,
bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan
gejala anemia bersama-sama dengan penyakit dasarnya.
Gejala-gejala
dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan
epitel kuku gangguan system neuro muscular, lesu, lemah, lelah, disphagia
dan pembesaran kelenjar limpa. Bila
kadar Hb < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda- tanda anemia akan jelas.
Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
criteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3
katagori yaitu : normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. (Ai
Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal 115 )
6. Dampak
Anemia Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan
Anemia
pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut
penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen . pada wanita hamil anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal,
angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan
antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan
lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir
kehilangan darah.
Dampak
anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan (abortus, partus
imatur atau prematur), gangguan proses kehamilan (inersia, atonia , partus
lama, perdarahan atonis ), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya
tahan terhadap infeksi dan stress, kurang produksi ASI rendah), dan gangguan
pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal,dll ).
(Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4. Hal: 115-116 )
7. Kebutuhan
Zat Besi pada Wanita Hamil
Wanita
membutuhkan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi mentsruasi
dengan perdarahan sebanyak 50-80 cc setiap
bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mgr. disamping itu
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seseorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin baanyak
kehilangan zat besi dan menjadi semakin
anemis.
Sebagi gambaran berapa
banyak kebutuhan zat besi pada setiap
kehamilan perhatikan bagan berikut:
Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr
Fe
Terdapat dalam plasenta 300
mgr Fe
Untuk darah janin 100
mgr Fe
Jumlah 900
mgr Fe
Jika persediaan cadangan Fe minimal ,
maka setiap kehamilan akaan mennguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkaan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjai
anemia karena darah ibu hamil terjadi pengenceran (Hemodelusi) dengan
peningkatn volume 30% sampai 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu, jumlah peningkatan sel
darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum
hamil 11 gr% maka dengan terjadinya hemodelusi akan mengakibatkan anemia hmil fisiologis dan Hb ibu menjadi 9,5 sampai 10 gr%.
Setelah persalinan – dengan lahirnya
plasenta dan perdarahan – ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. saat laktasi,
ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyipkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam
keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
& Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 29-30 )
8. Bentuk-Bentuk
Anemia
Factor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan daraah adalah sebagai berikut :
1) Komponen
yang berasal dari makanan terdiri ddari :
·
Protein, glukosa dan lemak
·
Vitamin B12, B6, asam folat, dan Vit C
·
Eliminasi dasar Fe, ion Cu dan Zink
2) Sumber
pembentukan darah
·
Sumsum tulang
3) Kemampuan
reabsorbsi usus halus terhadap bahan
yang diperlukan .
4) Umur
sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. sel-sel ddarah merah yang
sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.
5) Terjadinya perdarahan kronik (menahun)
·
Gangguan menstruasi
·
Penyakit yang menyebabkan perdarahan
pada wanita seperti mioma uteri, polip servik, dan penyakit darah
·
Parasit dalam usus: askariasis,
ankilostomiasis, taenia.
Berdasarkan
factor-faktor tersebut diatas, anemia dapat digolongkan menjadi
1) Anemia
defisiensi besi (kekurangan zat besi)
2) Anemia
megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
3) Anemia
hemolitik (pemecahan sel-sel darh lebih cepat dari pada pembentukan)
4) Anemia
hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
& Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 30-31 )
9. Pengaruh
Anemia terhadap Kehamilan dan janin
1) Pengaruh
Anemia pada Pembentukan Janin
a. Bahaya
selama kehamilan :
·
Dapat terjadi abortus
·
Persalinan prematuritas
·
Hambatan tumbuh kembang janin dalam
rahim
·
Mudah terjadi infeksi
·
Ancaman dekompensasi kordis Hb (<6
gr%)
·
Mola hitadidosa
·
Hiperemesis gravidarum
·
Perdarahaan antepartum
·
Ketuban pecah dini (KPD)
b.
Bahaya saat Persalinan
·
Gangguan his—kekuatan mengejan
·
Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus
terlantar
·
Kala dua berlangsung lama sehingga
melelahkan dan sering memerlukan operasi kebidanan
·
Kala tiga dpat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri
·
Kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri
c. Pada
Kala Nifas
·
Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
·
Memudahkan infeksi peurperium
·
Pengeluaran ASI berkuranng
·
Terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan
·
Anemia kala nifas
·
Mudah terjadi infeksi mamae
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
& Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 31-32 )
2)
Bahaya Terhadap Janin
Sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap beragai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahum. Akibat anemia dapat
terjadi gangguan dalam bentuk :
·
Abortus
·
Terjadi kematian intrauterine
·
Persalinan prematuritas tinggi
·
BBLR
·
Kelahiran dengan anemia
·
Dapat terjadi cacat bawaan
·
Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal
·
Intelegensia rendah
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
& Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 33 )
10. Pengobatan
Anemia dalam kehamilan
Untuk
menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum
sehingga diketahui data-data dasar kesehatan umum caalon ibu tersebut. Dlam pemeriksaan
kesehatan disertai pemeriksaan
laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja
sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk
cacing relative lebih mudah dan murah.
Pemerintah
telah menyediakan preparat besi untuk
diberikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya
Barralat, Biosanbe, Iberet, Vetonal, dan Hemaviton. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
& Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. Hal 33-34 )
Daftar
Pustaka
Ai Yeyeh Rukiyah. Asuhan Kebidanan 4 (patologi ). Jakarta
: Trans Info Media. 2010
Manuaba G.1998.Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar