Mutiara
bergegas pergi ke toko bunga. Dari kampusnya ia hanya berjalan kaki sekitar 15
menit. Buku-buku tebal ala mahasiswanya ia taruh dalam tas selempang. Mutiara
adalah seorang gadis pandai dan percaya diri. Katanya apa yang ada dalam dirinya merupakan warisan biologis dari
ibunya. Pahlawan yang ia kagumi juga
ibunya. Ia menjunjung tinggi kedudukan ibunya yang telah melahirkannya ke
dunia. Tanpa ibunya ia bukanah siapa-siapa.
Selama
ini ia mengabdi dan berbakti pada ibunya. Ia tidak ingin membuat ibunya kecewa
dan bersedih. Baginya ibunya tersebut adalah nafas yang memberinya kehidupan,
Pernah
suatu ketika sahabatnya yang bernama
Rianti, berseteru dengan ibunya. Rianti kabur dari rumah sebagai protes
karena ibunya tidak merestui hubungannya
dengan kekasihnya. Ibunya sangat khawatir padanya sehingga ia mencari-cari Rianti dimana-mana. satu
minggu Rianti tidak pulang, bahkan sepeggal pesan singkat pun tidak ada. Dua
minggu kemudian Rianti mendatangi kediaman Mutiara. Ia datang dalam keadaan
menangis. Melihat keadaan Rianti yang seperti itu, Mutiara memeluknya.
“
Rianti, apa kamu baik-baik saja?” tanya Mutiara.
“
Ra.., aku tidak tahu harus bagaimana menceritakannya…” jawab Rianti.
“
Kamu tenangkan dirimu dulu.., nih minum lah segelas air ini…”
“
Makasih Mutiara…”
“
Ceritakan pelan-pelan kepadaku apa yang sebenarnya menimpa kammu?”
“
Ini tentang Aldi, pacar saya. Ternyata apa yang ibu nasehatkan padaku benar
bahwa, Aldi bukanlah cowok baik-baik.” Cerita Rianti.
“
Ada apa dengan Aldi?” tanya Yara penasaran. Rianti mengusap airmatanya dengan
selembar tisyu yang Mutiara berikan.
“
Aldi menghamili Sindi! teman sekampusnnya!”
“
Apa? Asstagfirullahalazim..,keterlaluan! Tapi dengan kejadian itu, kamu
sadarkan siapa Aldi sebenarnya?, dan kamu paham kan bahwa nasehat yang diberikan oleh orang tua
kita itu adalah baik untuk mu? yang
penting kamu sekarang telah menyesali semua tindakan salahmu tersebut. Kamu
harus meminta maaf pada ibumu.”
“
Apa ibukku akan memaafkankku ?” tanya Rianti sangsi.
“
Tentu sayang. Tidak ada seorang ibu yang tega melihat anaknya bersedih. Berjanjilah
pada ibumu, terlebih pada dirimu sendiri
untuk tidak mengecewakannya lagi!.”
“
Terimakasih Mutiara..”
Ibu
adalah cinta pertama yang mengjarkan
hakikat memberi tanpa harus mmenerima.
Hakikat berjuang tanpa mengenal putus asa. Hakikat cinta tanpa ada
rasa kebencian. Tidak ada seorang
ibupun yang hendak menjerumuskan anaknya dalam lembah kesengsaraan. Serigala pun
mencintai anaknya..! Asalkan buah hatinya
bahagia maka ia akan merasa
bahagia, begitulah ibu kita yang
melahirkann kita. Do’a darinya sepanjang
masa..
“
Dalam keadaanmu yang patah hati, ibumu bagaikan shifa yang mengobati sakitmu.
Pulanglah Rianti..” kata-kata Mutiara meluluhkan hatinya. Ia pun pulang dan
berjanji akan berbakti.
Mutiara masih berjalan menuju toko bunga.
Wajahnya berseri-seri sambil menyanyikan
lagu berjudul MAMA.
Hannya ini ku nyanyikann
senanndung lagu rinduku
Untuk mama.
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu rinduku untuk mama…
Setibanya
Mutiara di toko bunga. Ia membeli bunga
anyelir merah muda untuk ia persembahkan pada ibunya. Harganya hanya 50 ribu seikat. Mutiara
pun pulang. Sepanjang jalan, ia ciumi
bunga anyelir yang dibawanya itu.
Ketika
ia sedang asyik berjalan, tiba-tiba dari
persimpangan jalan itu seorang pria bersepeda
menabraknya sehingga Mutiara terjatuh. Sedangkan bunga anyelir yang
barusan dibelinya telah tergilas sepeda
pria tadi.
“
Akh..! anyelirku..” rintih Mutiara. Ia terduduk dipinggir jalan. Siku tanganya
lecet dan berdarah. Lalu ia bangkit.
Luka itu baginya tidak berarti, tetapi
ia tidak rela melihat anyelir itu tergilas. Mutiara marah, dicengkeramnya kerah baju pria tadi.
“
Kamu nggak punya mata apa?” bentak Mutiara.
“
Maaf saya tidak sengaja!”
“
Cepat ganti rugi..!”
“
Harganya berapa? Apa kamu mau saya ganti?
seratus ribu?”
“
Kamu pikir saya mau uang? Yang saya mau kamu ganti bunga itu dengan bunga yang
sama!”
“
Tapi saya lagi buru-buru! Saya sedang ditunggu oleh dosen saya dalam urusan yang penting! boleh saya pergi?”
“
Tidak bisa. Kamu harus mengantar saya ke toko bunga tadi!”
“
Ya sudah baiklah.”
Mutiara
pun membonceng disepeda pria bernama
Bagas. Dalam perjalanan Bagas mengajaknya berbincang.
“
Kamu tipe romantis ya? anyelir itu buat pacar kamu?” tanya Bagas sambil megayuh
sepedanya.
“
Bodoh! Malu-maluin deh cewek ngasih bunga sama cowok?. Lagian aku nggak punya
cowok!. Bunga itu mau aku persembahkan buat…”
“
Nenek kamu?” celetos Bagas mencandainya.
“
Hus., nenekku nggak suka sama bunga!..
Itu bunga buat ibuku! Apa kamu nggak tahu kalau hari ini tanggal 22 desember,
mothers day?”
“
Oh.., iya hari ini kan mothers day..” ucap Bagas mengiyakan.
“
Aku kasih tahu kamu ya, diseluruh dunia hari ibu dirayakan pada tanggal dan
cara yang berbeda dan unik. Pada tanggal
21 maret masyarakat timur tengah, seperti Arab, Kuait, dan Libanon merayakan
hari ibu. Tangggal 10 mei hari ibu dirayakan di Amerika, Australia, dan China.
Sedang di Indonesia sendiri hari ibu dirayalan pada tanggal 22 desember. Oh ya,
di Mexico ketika hari ibu datang orang-orang berkumpul untuk bersama-sama
bermain orchestra dengan mennyanyikan lagu berjudul LAS MANANITAS, sebagai lagu
persembahan untuk ibu mereka.”
Bagas
menganggut-nganggut sambil berkata : “ sangat menarik!”. Mereka pun kemudian
sampai di toko bunga. Toko bunga
tersebut tepat berada diperempatan lampu merah, tempat yang strategis
untuk berdagang. Kemudian Bagas dan Mutiara
memilih-milih bunga anyelir.
“
Anyelir merah ini…” Mutiara mulai bercerita.
“ …artinya : aku percaya akan cinta-kasihmu
ibu. Sementara anyelir merah muda ini
artinya : cintaku akan selalu membara
padamu ibu. Sedang annyelir putih ini artinya : cintaku akan selalu
hidup selama-lamannya...”
“
Kamu cerdas..!” puji Bagas
Mutiara pun mengambil 2 ikat anyelir berwarna
merah muda. Satu untuk ibunya, satu lagi untuk ibu Bagas.
“
Seikat annyelir merah muda ini untuk
ibummu…”
“
Ibuku?”
“
Iya ibumu…”
“
Ibuku sudah meninggal…” Bagas tampak sedih. Seandainnya memang ibunya masih hidup, mungkin beliau
sangat senang menerima seikat anyelir yang semerbak mewangi.
“
Maafkan aku Bagas, aku tidak tahu…”
Akhirnnya
Mutiara mengambil anyelir berwarna putih untuk Bagas persembahkan di pusara
ibunya. Bagaspun mengantar Mutiara pulang sampai kerumahnya. Mereka seperti teman lama yang berreuni.
“
Apa kamu tahu Bagas, kenapa Indonesia merayakan hari ibu pada tanggal 22
Desembber?”
“
Aku tahu. Karena pada tanggal 22 desember adalah hari dimana konggres perempuan
diselennggarakan tepat pada pada tanggal 22 desember tahun1928. Konggers ini
berlangsung digedung yang sekarang kita kenal dengan nama MANDALA BAKTHI
WANITATAMA di Jogja. Ide untuk menetapkan hari ibu dicetuskan pada kongggres
perempuan ke-3 tahun 1938 dan disetujui oleh presiden Sukarno dalam dekrit
presiden no. 316 tahun 1959. Pada saat dicetuskan hari ibu dimaksudkan untuk
merayakan kemajuan bangsa. Namun seiring perubahan zaman, maka perayaan hari
ibu menjadi sebuah simbol kasih sayang untuk ibu-ibu kita.” Jawab Bagas.
“
Excellent. Apa kamu mahasiswa fakultas sejarah?” tanya Mutiara menebak.
“
Ya gitu deh…heheh ”
“
Em..pantes!”
Saat
mereka sedang berguyon membahas hari
ibu, tiba-tiba handphone Mutiara berdering. Dari ayahnya.
“Sayang
kamu dimana?” tanya ayahnya.
“
Ada apa ayah? kok tumben telpon dijam sibuk kerja?”
“
Na.., ibumu kecelakaan…”
“
ibu? Kecelakaan?...”
Perasaan
riang menjadi sedih. Mutiara memohon pada Bagas untuk mengantarnya ke rumah
sakit tempat ibunya dirawat. Bagas pun dengan senang hati, mengantarnnya.
Ia kayuh sepedanya dengan kencang.
Mutiara berpegangan secara erat pada tubuh Bagas. Anyelir yang ia genggam,hanya tinggal ranting, kelopaknya
jatuh satu persatu berterbangan dibadan jalan.
Dalah
hati Mutiara, hanya do’a yang senantiasa
ia panjatkan untuk ibunya. Air
matanya berlinang. Ia tidak menduga
musibah ini akan terjadi di hari kasih sayang. “ Ya Allah selamatkan ibu hamba
ya Allah…” begitulah do’a Mutiara.
Sesampainnya
dirumah sakit. Tim dokter tidak menngizinkan seoranng pun untuk memasuki ruang
pasien sebelum ia siuman. Mutiara pun memandangi ibunya dari kaca pintu. Anyelir yang ia genggam
sudah tak utuh lagi, kelopaknya berjatuhan di jalanan namun keindahannya masih
terasa.
“Sewaktu
ibumu pulang dari pasar, sebuah mobil pribadi menabraknya. Namun mereka tidak
mempunyai taggungjawab sama sekali sehingga ibunya dibiarkan tergeletak
dipinggir jalan dengan darah segar mengalir dari tubuhnya. Untung saja ada
tukang ojek yang baik hati, ia pun menolong ibumu.”
“
Dimana sekarang tukang ojek yang menyelamatkan ibu ayah? Aku ingin megucapkan
banyak terimakasih”
“
Beliau sudah pulang..”
Setelah
menunggu beberapa jam, salah seorang suster memberitahu mereka bahwa mereka
diizinkan untuk menjenguknya. Mutiara dan ayahnya pun memasuki ruangan sedangkan
Bagas hanya melihat mereka dari pintu kaca.
“
Ibu, doaku semoga engkau cepat sembuh. Mutiara akan selau ada di sisi ibu untuk
menjaga sampai kapan pun. Ini bu..,seikat anyelir merah muda ku persembahkan
sebagai bukti rasa sayang ku yang tiada terkira…”
Bagas
sangat terharu menyaksikan Mutiara. Ia salut pada pribadi Mutiara yang menjunjung tinggi ibunya. Ia pun jadi
belajar banyak pada gadis manis itu.
Lalu ia bermaksud mengunjungi ibunya
dipuusarannya. Akan ia persembahhkan
seikat anyelir sebagai ungkapan cintanya yang akan selalu hidup selama-lamanya.
END.
Note
: terinspirasi dari artikel yang berjudul sama di majalah INTAI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar