AN APOLOGIZE
" Hei,
gadis manis, air matamu jatuh menbasahi wajahmu yang lembut dan seputih salju.
Apakah hatimu terluka seperti luka ku kala itu sewaktu kau tinggalkan aku. Kini
kau memohon padaku untuk mengulang
kembali masa percintaan kita? Ah mana mungkin!"
Aku tersenyum sambil
menatap wajahmu yang indah. Kau terus berkata-kata dengan bahasa santun cermin pribadimu, itulah sebab mengapa
aku jatuh cinta kepadamu dulu. Kau bukan hanya cantik secara fisik tapi, juga
hatimu yang lembut lagi penuh kasih sayang. Namun setelah kau pergi tanpa
mengucapkan sepatah kata pun untukku, cintaku jadi pudar.
Kau tahu kepergianmu
menyiksaku, membuatku menjalani hari-hari kosong dan sepi. Aku mencarimu
disetiap tempat yang mungkin kau singgahi tapi, tak seoranng pun yang tahu
prihal keberadaanmu. Kemana kau pergi waktu itu gadisku?.
Aku pun putus asa
mencarimu, sia-sia semuannya.tegannya kau pergi tanpa aku tahu. Aku kesal dan
marah. Dan aku menangis merinduimu!. Hanya sisa kenangan kita menjadi
penghibur. Potretmu yang ku pajang didalam kamar tersenyum manis membuat sakit hatiku. Aku bertanya-tanya pada
setiap bintang : “ kemana kau bawa gadis manisku?”.
Lalu aku memutuskan
meninggalkann kota seribu kenangan bersamamu itu. Ku pikir sudah saatnya ku
kubur kisah kita yang dulu sangat
bahagia.meski tak sanggup tapi, itulah yang terbaik demi hidupku. Aku pun pergi
meninggalkan ibu kota. Ku bawa barang-barangku kecuali, yang mengingatkanku
padamu. Aku pergi menuju lampung kota kelahiranku. Disanalah kakek dan nenekku
berada.
Kedua orang tuakku
sempat melarang, namun dengan perdebatan yang sengit dan sebuah alasan yang
kuat, akhirnya merekapun mengizinkan aku
untuk pergi.
Dilampung aku mencari pekerjaan, aku diterima disebuah
deler mobil. Hari berganti hari pekerjaanku menyita waktu, hingga aku berhasil
melupakanmu. Apalagi setelah aku mengenal seoranng perempuan, bernama Anastasia. Lalu kami jatuh cinta. Aku pun
berhasil melupakanmu.., sayang.
Gadis manis, kau
sekarang diam terpaku. Mulutmu tak lagi berbicara. Kau sudahi kata ma’af yang terangkai indah, mungkin kata-kata
tersebut telah kau rangkai jauh hari untuk kau katakan padakku..? Di ibu kota ini lagi kita bertemu. Bila saja aku tahu kau sudah kembali dari
persembunyianmu yang entah dimana, aku pasti akan pulang untuk ku leburkan
kerinduanku, ya.. walaupun aku kecewa telah kau tinggalkan. Namun aku tak bisa
membohongi diriku bahwa cintamu masih mengisi disudut hatiku.
Tapi gadis manis,
semuanya sudah terlambat. Pesta pertunanganku diadakan seminggu setelah ku
lihat dirimu menangis didepanku, hari ini. Anastasia sudah ku pilih sebagai
wanita pendamping hidupku. Karena dialah aku bangkit dari keterpurukan, dan
menjalani lagi hari-hari penuh bahagia, seperti kebahagaan kita dahulu.
Lalu air matamu jatuh saat kau mulai lagi berkata-kata anggun.
Ku dengar suaramu bagai sepoi angin. Sungguh aku tidak sanggup menatap sinar
dimatamu. Cintamu padaku memang masih utuh
seperti sedia kala, perasaan agung yang pernah kita kuasai.
Akh mengerti sekarang.
Kepergianmu itu adalah untuk mencari secercah harapan. Kau pergi ke Singapura.
Kenapa kau tidak memberitahuku sejak
semula bahwa kau mengidap liver?. Dengan air mata yang tak
kunjung mengering kau bercerita bahwa
kau tidak ingin membuatku cemas dan khawatir. Kau salah! justru karena kepergianmu yang mendadak tanpa pamit itu,
menjadikan aku sangat kecewa dan merasa tidak dianggap!. Bukankah kau tahu aku
mencintaimu secara tulus-ikhlas?, sehidup semati?, dan aku telah berjanji
sebelumnya padamu bahwa aku akan selalu
ada dalam suka dan duka?.
“ Akan ku hapus air
matamu.., akan ku lebarkan senyumanmu?” Itu janjiku.
Akh, aku tidak berhak
lagi marah. Walau bagaimanapun kau tetap menanggung penderitaan. Ku coba
memahami keadaanmu. Aku tak ingin menyalahkan waktu yang berlalu. Itu adalah
sudut pandangmu jika mengira aku akan baik-baik saja kau tinggalkan.
Ketika kau berperang
melawan kesakitanmu, keajaiban itu datang setelah sekian lama kau tunggu.
Seorang pria baik mendonorkan hatinya untuk mengganti hatimu yang karat oleh
kangker jahanam. Aku tertawa kecil saat kau tuturkan bahhwa didetk-detik
pergantian hatimu yang baru, kau bertanya pada
dirimu sendiri : “ apakah nanti jika hatimu telah diganti dengan hati
yang baru akan terus mencintaiku?” pemikiran itulah yang kemudian membawamu
pada mimpi yang indah bersamaku sewaktu kau tak sadar diri.
Mimpi bersamaku
kkau anggap bagaikan fajar yang perlahan
mengisi bara semangat didadamu. Hingga akhirnnya kau melalui masa-masa
kritis. Kau sembuh gadis manis.
Meski hatimu telah
diganti dengan hati seorang malaikat yang
mendonorkannya padamu, cintamu ternyata masih utuh kepadaku. Aku kini jadi
dilemma…
Lalu kau kembali ke ibu
kota ini, begitupun dengan aku. Kita bertemu lagi dipantai pasir putih yang
mengendap kenangan kita. Tapi aku datang kali ini dengan kekasihku, calon
istriku Anastasia. Sedang kau datang seorang diri, membawa cinta agung itu. Kau
tersenyum bahagia ketika kau melihatku
sendiri duduk diantara kapal-kapal yang berlabuh. Anastasia kekasihku saat itu
sedang pergi membeli es kelapa muda tak
jauh dari tempatku duduk.
Kemudian,
Anastasia datang membawa es kelapa muda.
Dia tersennyum kepada kami yang sedang menangis. Lalu kau segera
menghapus air matamu dengan sapu tangan
pemberianku saat kau ulang tahun.., ternyata masih kau simpan. Lalu kau
mengisyaratkan aku agar mengusap air mataku dengan sapu tangan itu. Lalu kita berpura-pura tidak terjadi
apa-apa.
Anastasia memberi
segelas es kelapa mudanya untukmu, sedang kami meminumnya segelas berdua. Kau pandang aku dengan senyum
Monalisa yang tidak mudah ku tebak!
Gadis manis, senja
dipulau itu hampir tenggelam. Kau pamit pada kami untuk menempuh jalanmu.
Dihatiku, aku panjatkan seribu doa agar kau sehat selau dan bahagia.
Seandainya waktu bisa ku putar, kebenaran itu akan ku
kuak agar tak satu pun menjadi momok yang membelenggu aku. Bila esok kita
dipertemukan lagi dalam satu kesempatan nun indah, aku ingin menyuntingmu
menjadi permaisuri hatiku. Hanya satu namamu yang mengisi hari bahagiaku. Gadis
manis, namamu Kamelia.
***
Anastasia bertanya
tentangmu. Dia juga memujimu katanya kau cantik rupawan. Dengan tak ragu ku
jawab bahwa, kau adalah tetanggaku waktu sekomplek dulu. Aku balik bertanya
lagi pada diriku : “ siapa kau?”. Ternyata kau adalah gadis manis yang masih
berada diantara ruang hati ini. Setelah aku tahu bahwa kau meninggalkan aku karena sakit, membuatku
ingin menangis sepanjang hari itu. Tapi kekasihku pun menjadi penetral
kesedihanku bagai kan segumpal awan yang meneduhkan ku, saat matahari kejam
menyinari. Akan tetapi tetap saja bila aku sendiri, bayanganmu yang selau
menjelma.
Gadis manis, ranum pagi
yang hampir jatuh karena purnama yang bermandi petang. Matahari terbenam sejak
kau beranjak pergi mengucapakan kata pamit
pada kami. Ku pandangi kau dari jauh. Ku lihat kau menggenggam erat sapu
tangan itu seraya kau hapus air matamu.
Kau menangisi kekalahan atas misteri hidup yang tak berpihak padaku atau
padamu.
***
Lalu kami, aku dan
Anastasia bertunangan. Kami mengikat kesepakatan. Aku berjanji pada diriku
untuk mencintainya secara tulus. Akan ku tempatkan Anastasia setinggi-tingginya
didalam hatiku. Itu berarti tidak ada
nama lain, juga tidak ada namamu.
Namun kenyataannya, kau
adalah masa lalu ku yang indah. Sampai akhirnya ku lamar Anastasia didepan
kedua orang tuanya. Pernikahanpun dilakasanakan. Gadis manis.., aku dan dia pun
melangsungkan pernikahan. Kami mengucap janji sehidup semati dihadapan Allah
SWT.
Orang-orang menyaksikan
pernikahan kami dengan meriah. Aku tidak ingin lagi mengingatmu tentang duka
nestapa kisah cinta kita. Akan tetapi gadis
manis, setelah pernikahan sakral itu, musibah datang pada kami. Pesawat
yang kami tumpangi ketika hendak bulan madu ke pulau Bali, mengalami
kecelakaan. Kami jatuh.
Diantara penumpang ada
5 orang yang meninggal, lainnya luka-luka. Dan Anastasiakku termasuk daftar
nama yang meninggal dunia. Oh ya Allah,
aku lemas tiada berdaya. Perasaan itu persis seperi perasaan saat kau
tinggalakan aku. Tidak ada yang dapat ku perbuat selain memasrahkan segalannya
kepada Tuhan yang maha esa.., mungkin Allah berkehendak lain terhadapku. Hanya
do’a yang ku panjatkan semoga Anastasiakku ditempatkan
diperaduan yang indah disisiNya. Amin.
***
Hampir setahun kejadian
itu berlalu. Aku menenangkan diriku yang kalut. Lalu aku mulai mencarimu lagi
gadis. Aku datang ke kediamanmu, namun gerbang rumahmu yang menjulang tinggi
itu tertutup rapat. Tak ada seoranng pun yang berada disana, hanya seorang
penjaga rumah yang yag memberithuku dari
celah kecil digerbang tersebut bahwa kau sudah pergi. Itulah kata-kata yang
lelaki paruh baya itu katakan, “ sudah pergi “. Kemana lagi engkau pergi?
Kemana harus ku cari? Dimana kau gadis manis?.
Pencarianku
dimulai lagi bagaikan berpetualang mencari bunga salju dimusim kering. Aku tak
habis cara. Ku cari dirimu dimesin
pencari pertemanan “ facebook”. Ku ketik nama panjangmu “CAMELLIA FERONICA “,
lalu ku klik kata search, dan profilmu pun muncul. Bahagianya aku saat
menemukanmu. Fotomu sangat indah, kau tersenyum menawan. Lalu ku buka secara
detail album fotomu. Disana terdapat foto-fotomu saat kau berkeliling dunia.
Sejak
saat itu ku kirimi kau beruluh-puluh pesan. Ku tunggu balasan darimu namun
keberadaanmu seperti angin yang berhembus, antara ada dan tiada. Sedang apa kau
gadis manis? Sudahkah kau baca pesan dariku didinding facebookmu? Kenapa kau
tidak membalasku? Apakah kau malah membenciku lantaran aku menikah denngan
Anastasia?. Akh.., aku rasa kau bukan gadis seperti itu. Mana ada secuil
kebencian dihati malaikat cantik seperti dirimu. Lalu, bagaimana ku lewati
hari-hari tanpa kehadiranmu? Sedangkan rasa
rinduku menusuk sampai ke jantung. Sungguh aku rindu…
Gadis
manis, aku menjumpai teman karibmu dalam
facebook bernama Anjani. Aku bertanya padanya tentang keberadaanmu. Aku
berjanji meski kau berada di ujung dunia pun akan ku kejar. Karena aku tidak
ingin kehilanganmu lagi.
Hari
berganti hari, Ajani mengajakku untuk bertemu denganmu. Anjani mengantarku ke
tempat tinggalmu. Padahal aku merasa lebih baik dia berikan saja alamat rumahmu
atau nomer telponmu. Karena aku takut
merepotkan dia.
Perjalanan
dari Jakarta-Banndung ku tempuhi. Ternyata kau ada di Bandung, kota yang
terkenal dengan sebutan Paris van Java
tersebut. Kota yang katanya sejuk dan
indah. Aku larut dalam lamunan, ku bayangkan pertemuan kita!. Dalam perjalanan
panjang itu, Anjani sering kali menatapi wajah ku. Entah apa yang ada dalam
pikirannya. Namun aku tak peduli karena bayanganmu mengisi rongga dadaku.
Gadis
manis, rumahmu terletak dikaki gunung. Hawa-nya sangat sejuk. Ku rasakan
hadirmu saat itu. “ Apa kabar Kamelia?” kalimat itu ingin segera ku ucapkan
untukmu. Aku tidak sabar.
“
Oh Tuhan.., tidak! Tidak! Ini mimpi..!, aku tidak percaya..”
Anjani
ternyata membwaku ke sebuah pemakaman umum. Apa-apaan ini!. Gadis manis, ku
baca huruf di nisan itu tertuliskan namamu, Camellia feronica. Kau telah
berpulang ke negeri damai ditempat Anastasia juga berada. Hatiku hancur.
Anjani
bercerita bahwa liver yang kau derita ternyata datang kembali. Kau dan kedua
orang tuamu mencari cara agar kau tetap bisa hidup. Namun kematianmu tak
terelakan. Operasi yang kau jalani ternyata gagal. Kau pun menghembuskan nafas
terakhirmu.
“
Tuhan, apakah ini adil untukku? Kenapa kau gariskan takdir ini kepadaku?...”
Hidupku
apalah artinya
Dimataku
tinggal kesepian
Tak
peduli mentari menerangi
Tak
peduli bintag-bintang menghiasi
Empedu
sama rasannya
Kesendirian
membabi buta
Amboi..
Dimana
bidadariku
Yang
kau rampas
Yang
kauu bawa pergi
Misteri
apa yang tercatat dalamm garisku
Wanitaku
meninggalkan aku
Biarkan
ku renungi
Ungkiin
penerimaan jalan yang pantas
Luka
hanya so’al menunggu waktu
Semoga
tabah berurat dalam nadiku…
Kini
aku dalam tangis merindukan cinta. Para bidadari bersenandung di istana langit.
Ia tersennyum padaku yang sendiri. Hidupku masih panjang. Semoga Tuhan
menciptakan mereka berdua dalam satu jati diri. Hingga tak lagi ku nikmati ini
sepi!!!.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar