BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama
dengan pendidikan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia, sehingga dengan kondisi
derajat kesehatan masyarakat yang tinggi
diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh,
produktif, dan mampu bersaing untuk
menghadapi semua taantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan disegala
bidang (Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu)
Angka kematian perinatal, angka kematian anak
(bayi), angka kematian maternal, dan angka kematian balita merupakan parameter
keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan
dan kesehatan serta mencerminkan keadaan social ekonomi suatu Negara (Sofian,
2012: 149)
Menurut Hutchinso 1997 Asfiksia neonatorum ialah bayi
baru lahir yang mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah ia dilahirkan. Biasanya, keadan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia menjadi faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi pada anak
baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin ( Maya, 2012 : 387).
Asfiksia neonatorum akan terjadi apabila saat lahir
bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dari ibu kejanin
sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan
ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu atau kelainan pada ibu
saat kehamilan (Wiknjosastro, H. 2005 Hal.109)
Di
Indonesia dari seluruh
kematian bayi, sebanyak
57% meninggal pada masa bayi baru lahir yang berusia di bawah satu
bulan. Penyebab kematian
tersebut di Indonesia adalah Bayi
Berat Lahir Rendah
(BBLR) 29%, asfiksia 27%
, trauma lahir,
tetanus neonaturum, infeksi
lain dan kelainan kongenital
(DepKes RI, 2011).
Berdasarkan data provinsi Jawa Barat tahun 2012
jumlah kematian bayi dan neonatal di Jawa Barat
tahun 2012 sebanyak 4431 kasus, penyebab kematian neonatal yaitu BBLR 1950
(44,0 %) Kasus, asfiksia 1179 (26,6 % ) kasus, tetanus neonatorum 22 (0,5%)
kasus, sepsis 115 ( 2,6%) kasus, kelainan congenital 354 (8,0%) kasus, ikterus
58 (1,3%) kasus dan penyebab lain 753 (17,0%) kasus. Sedangkan tahun 2013 data
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menunjukan jumlah kematian karena
asfiksia sebanyak 75 bayi (30%) dan jumlah kelahiran hidup 46.657 bayi. (Dinas
Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2013)
Di
RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada Tahun 2015 kejadian asfiksia sebanyak 345 kasus
dalam 6 bulan terakhir.
Tabel 1.1
Data Asfiksia di RSUD Waled
Bulan Juni-November 2015
Bulan
|
Jumlah
|
Juni
|
53
|
Juli
|
58
|
Agustus
|
52
|
September
|
59
|
Oktober
|
60
|
November
|
63
|
Total
|
345
|
Penyelidikan yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa
(1971) menunjukan bahwa hipoksia menyebabkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak anak yang
meninggal dunia, keadaan ini sangat menghambat perumbuhan fisis dan mental anak
dikemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut, perlu
dilakukan tindakan tepat dan rasional sesuai dengan perubahan yang mungkin
terjadi pada penderita asfiksia.
AKB seharusnya dapat dicegah apabila ibu hamil mempunyai kesadaran untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur pada tenaga kesehatan minimal 4 kali,
bersalin ditenaga kesehatan sesuai standar Asuhan Persalinan Normal (APN),
serta melakukan asuhan nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL) secara rutin dengan
dipantau oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan harus memberikan asuhan sesuai
dengan standard dan pengadaan pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau apabila
terjadi kegawatdaruraatan sehingga AKB dapat dicegah.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik
untuk melakukan asuhan kebidanan yang dituangkan dalam studi kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Patologi
Bayi Baru Lahir pada By. Ny. A dengan Asfiksia Sedang di RSUD Waled Kabupaten
Cirebon.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. A dengan
asfiksia sedang di RSUD Waled Kabupaten Cirebon tahun 2015?”
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu
melaksanakan asuhan kebidanan BBL dengan asfiksia sedang sesuai standar asuhan
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dengan metode Subjektif, Objektif, Analisa
dan penatalaksanaan (SOAP).
2.
Tujuan Khusus
a.
Pengkajian data : Mengkaji data By. Ny.
A mulai dari :
1)
Tanda-tanda vital.
2)
Pemeriksaan fisik.
3)
Pemeriksaan penunjang
b.
Interpretasi data dasar berdasarkan
diagnosa By. Ny. A
c.
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya.
d.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkkan klien.
e.
Menyusun rencana asuhan pada asfiksia
sedang.
f.
Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan
aman.
g.
Melakkukan evaluasi manajemen kebidanan
pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
D. Ruang Lingkup
Asuhan ini diberikan pada By. Ny. A umur 23 tahun
G1P0A0 dengan asfiksia sedang mulai tanggal 14 Desember sampai 24 Desember 2015
di ruang Perinatologi RSUD Waled, dengan memberikan penatalaksanaan sesuai
kasus, yang kemudian di dokumentasian menjadi sebagai studi kasus.
E. Manfaat Penulisan
1.
Manfaat Teoritis
a.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dari segi
belajar mengaplikasikan materi yang diperoleh dikelas dan laboratorium, serta
diaplikasikan dengan melakukan praktik secara nyata di rumah sakit. Manfaat Praktis
b.
Sebagai metode penilaian kepada mahasiswa dalam
melaksanakan tugas PKK III serta untuk mendidik dan membimbing mahasiswa agar
dapat lebih kompeten dalam melakukan asuhan kebidanan pada asfiksia.
2.
Manfaat Praktik
a. Dapat menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan yang telah didapat pendidikan tentang asuhan
kebidanan pada BBL asfiksia
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Yang dimaksud bayi baru
lahir (BBL) normal adalah : bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamiln genap 37-42 minggu, dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan
tanpa cacat bawaan.
2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir
dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh
tubuh kemerahan, Pulse (heart rate)
atau frekuensi jantung >100x/menit, Grimace
(reaksi), Gerakan aktif, Respiration
(usaha nafas), bayi menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu
panas, warna kuning pada kulit terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat,
memar; pada saat diberi makan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak
muntah; tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, dapat berkemih 24
jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja;
bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, tidak mudah tersinggung, tidak
terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak
bisa tenang, menangis terus menerus.
|
3. Penampilan pada bayi baru lahir.
a.
Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling,
perlu dikurangi rangsangan terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras
yang mengejutkan.
b.
Keaktifan, bayi normal melakukan
gerakan-gerakan tangan yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada waku menangis adalah normal, tapi apabila hal ini terjadi pada
waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu pemeriksaan lanjut.
c.
Simetris, apakah secara keseluruhan
badan seimbang; kepala apakah simetris, benjolan seperti tumor yang lunak di
belakang atas menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat
proses kelahiran.
d.
Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata:
perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
e.
Mulut : penampilannya harus simetris,
mulut tidak mencucu seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan, saliva tidak
ada pada bayi normal, apabila ada secret berlebihan kemungkinan ada kelainan
bawaan saluran cerna.
f.
Leher, dada, abdomen: melihat adanya
cedera akibat persalinan; perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernafasan
bayi, karena bayi biasanya masih ada pernafasan perut.
g.
Punggung: adanya benjolan atau tulang
punggung dengan lekukan yang kurang sempurna.
h.
Kulit dan kuku: dalam keadaan normal
kulit berwarna kemerahan, kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya
kelainan.
i.
Kelancaran menghisap dan pencernaan:
harus diperhatikan: tinja dan kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.
Waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja,
disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi
untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinan Hischprung.
j.
Reflek:
reflek rooting, bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipi; Reflek hisap, terjadi apabila ada benda menyentuh bibir, yang disertai
reflek menelan: Reflek morro ialah
timbulnya pergerakan tangan yang simetris seperti merangkul apabila kepala
tiba-tiba digerakan.
k.
Berat badan: sebaiknya setiap hari
dipantau penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir,
menunjukan kekurangan cairan (Yeyeh Rukiyah, 2010: 5).
4.
Penilaian
bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Semua
bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan yang menunjukan
suatu penyakit. BBL dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi pernafasan 60 kali/menit, gerah
retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi randah, kurang aktif,
berat badan rendah (500-2500 gram) dan kesulitan minum.
Tanda-tanda
bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda seperti sulit
minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu,
kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih perdarahan, sangat kuning, berat
badan lahir < 1500 gram.
5.
Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu dan anak ,
setelah dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakan di dada ibunya sebelum
bayi itu dibersihkan. Senutuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkn efek
psikologis yang dalam diantara ibu dan
anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif
selama 6 bulan memang baik bagi bayi.
6.
Pencegahan
Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu,
jika tidak dilakukan pencegahan kehilangan panas maka bayi akan mengalami
kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia sangat mudah terjadi pada
baayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang hangat (JNPK-KR,2007)
7.
Mekanisme
Kehilangan Panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui: a.
evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti; b. konduksi,
yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin;
c. konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya
melalui kipas angin, hembusan udara, atau pendingin ruangan): d. Radiasi, yaitu
ketika bayi ditempatkaan didekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah
dari suhu tubuh bayi (JNPK-KR, 2007)
B. Definisi Asfiksia
1.
Pengertian
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi gagal bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi,
2010 : 102)
Menurut
Indriyani (2013), Asfiksia neonatorum adalah Suatu keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan
hipoksemia,hiperkardia dan asidosis.
Asfiksia
neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Okta Dienda, 2012)
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. (Sari wahyuni, 2012 : 28)
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir (Weni Kristianasar, 2010:73)
2.
Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia terjadi
karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada
ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu
dalam persalinan. (Sarwono Prawirohardjo 2005 : 709)
Beberapa
kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehinga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi
dalam rahim ditunjukan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia
bayi baru lahir.
a.
Faktor ibu
Faktor
ibu yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah
preeklamsi, pendarahan abnormal ( plasenta previa atau solusio plasenta),
partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC , HIV), kehamilan lewat waku (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor
yang menyebabkan penurunan sirkulasi utero/plasenter yang berakibat menurunya
pasokan oksigen ke bayi sehigg dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.
b.
Faktor tali pusat
1)
Lilitan tali pusat,tali pusat pendek,
simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
2)
Adakalanya asfiksia terjadi tanpa
didahului gejala dan tanda gawat janin.
c.
Faktor bayi
Bayi
prematur ( sebelum 37 minggu kehamilan ), pesalinan dengan tindakan (sungsang,
bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi vorset), kelainan bawaan
( congenital ) serta air ketuban
bercampur mekonium ( warna kehijauan )
Penolong
persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor resiko tersebut maka hal
itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor resiko menjadi sulit atau (
sepengetahuan penolong ) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh
karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan (Manuaba, 2005)
Tabel 2.1
Penyebab Kegagalan Pernafasan pada Bayi (Towel,1966)
Faktor ibu
|
Faktor plasenta
|
Faktor janin
|
Faktor persalinan
|
-
Hipoksia ibu
-
Usia ibu >20/<35 tahun
-
gravid 4 atau lebih
-
Social ekonomi rendah
-
Penyakit pembuluh darah
|
-
Plasenta tipis
-
Plasenta kecil
-
Solusio plasenta
-
Perdarahan plasenta
|
-
Premature
-
IUGR (intrauterine growth ratardation)
-
Gemeli
-
Tali pusat menumbung
-
Kelainan congenital
|
-
Partus lama
-
Partus tindakan
|
3. Diagnosis
Asfiksia
Neonatorum yang terjadi pada bayi biasanya
merupakan kelanjutan dari anoksia /hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia
janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat
janin.
a.
Denyut
Jantung Janin (DJJ)
Frekuensi
normal ialah antara 120-160 denyutan semenit, selama his frekuensi ini
bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan
DJJ umumnya tidak banyak berarti, akan tetapi apabia frekuensi turun sampai 100
permenit diluar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur karena hal itu
merupakan tanda bahaya.
b.
Mekonium
dalam air ketuban
Mekonium dalam
presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala
mungkin menunjukkan adanya gangguan oksigenasi dan menimbulkan kewaspadaan.
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c.
Pemeriksaan pH Darah Janin
Dengan
menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada
kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah itu diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah
7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
4. Pembagian serta Gejala dan
tanda-tanda asfiksia pada BBL
a.
Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
Pada
kasus asfiksia berat, bayi akan
mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan
segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut
:
1)
Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 x
per menit.
2)
Tidak ada usaha napas.
3)
Tonus
otot lemah bahkan hampir tidak ada
4)
Bayi
tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
5)
Bayi
tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6)
Terjadi
kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
b.
Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada
asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
1)
Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80
kali per menit
2)
Usaha nafas lambat
3)
Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4)
Bayi masih bisa bereaksi terhadap
rangsangan yang diberikan
5)
Bayi tampak sianosis
6)
Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan
c.
Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10).
Pada
asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut :
1)
Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali
per menit.
2)
Bayi tampak sianosis.
3)
Adanya retraksi sela iga.
4)
Bayi merintih (grunting)
5)
Adanya pernafasan cuping hidung.
6)
Bayi kurang aktivitas
7)
Dari pemeriksaan auskultasi, diperoleh
hasil ronchi, rales, dan wheezing positif. (Dewi, 2010: 102)
5. Patogenesis
Bila
janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap N. vagus sehingga bayi jantung menjadi lambat. Bila
kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka N. vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbul kini rangsang dari N. simpatikus. DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya irreguler dan
menghilang. Secara klinis tanda-tanda Asfiksia Neonatorum adalah
denyut jantung janin yang lebih cepat dari 160 (takikardi) kali permenit
atau kurang dari 100 kali per menit (bradikardi), halus dan irreguler, serta
adanya pengeluaran mekonium.
Kekurangan O2 juga merangsang usus,
sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia. Jika DJJ normal
dan ada mekonium, janin mulai asfiksia. Jika DJJ lebih dari 160 kali permenit
dan ada mekonium, janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan
bila kita periksa kemudian tersumbat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, bila alveoli janin tidka
berkembang (Ani Triana, 2015:168).
6.
Penanganan
Asfiksia pada bayi baru lahir
Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap
menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat
berharga. Walau hanya beberapa menit saja. Bila BBL tidak segera bernafas, bayi
dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan resusitasi dan
persiapan diri.
a.
Persiapan keluarga ibu dan bayi
Sebelum menolong persalinan , bicarakan dengan
keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada persiapan
persalinan
b.
Persiapan tempat resusitasi
1)
Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
2)
Tempat resusitasi hendaknya datar, rata,
keras dan bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau di atas lantai
beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin.
c.
Persiapan alat resusitasi
1)
Kain kala 1 untuk mengeringkan bayi
2)
Kain kala 2 untuk menyelimuti bayi
3)
Kain kala 3 untuk ganjal bahu bayi
4)
Alat penghisap lendir De Lee
5)
Tabung atau sungkup
6)
Kotak alat resusitasi
7)
Sarung tangan
8)
Jam atau pencatat waktu
d.
Persiapan diri
Lindungi diri dari kemungkinan infeksi dnegan cara :
1)
Memakai APD
2)
Lepas perhiasan, cincin, jam tangan
sebelum cuci tangan
3)
Cuci tangan dengan sabun danair mengalir
4)
Keringkan dengan kain bersih
5)
Gunakan sarung tangan
7. Penilaian Dan Keputusan Resusitasi
Bayi Baru Lahir
Seorang bidan harus mampu melakukan penilaian untuk
mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi
Tabel
2.2
Penilaian Dan
Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
LANGKAH
|
KETERANGAN
|
PENILAIAN
|
Sebelum
bayi lahir
a. Apakah
kehamilan cukup bulan
Sebelum
bayi lahir, sesudah ketuban pecah :
b. Apakah ketuban
jernih tidak bercampur mekonium?
Segera
setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan)
c. Menilai apakah
bayi menangis atau bernafas megap-megap?
d. Menilai apakah
tonus otot baik
|
KEPUTUSAN
|
Memutuskan
bayi perlu resusitasi jika
a. Bayi tidak
cukup bulan dan atau megap-megap/ tidak bernafas atau tonus otot bayi tidak
baik
b. Air ketuban
bercampur mekonium
|
TINDAKAN
|
Mulai
lakukan resusitasi segera bila
a. Bayi tidak
cukup bulan dan atau megap-megap/ tidak bernafas atau tonus otot bayi tidak
baik
b. Air ketuban
bercampur mekonium:
c. Lakukan
resusitasi sesuai indikasi
|
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir, sambil meletakan dan
menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian cepat
usaha nafas dan tonus otot penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai skor tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus
dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan pada skor APGAR,
tetapi skor APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit
setelah kelahiran
Dalam Menajemen asfiksia proses penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan
satu kali. Setiap tahapan menajemen asfiksia , senantiasa dilakukan penilaian
untuk membuat keputusan , tindakan apa yang tepat dilakukan.
2.
Prosedur
Resusitasi Bayi Baru Lahir
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL
perlu diresusitas, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan
membahayakan bayi. Letakan bayi ditempat yang kering. Pemotongan tali pusat
dapat dilakukan diatas perut ibu atau dekat perineum.
a.
Pemotongan tali pusat :
1)
Pola diatas perut ibu
Bidan yang terbiasa dan terlatih meletakan bayi di atas
kain yang ada di perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah, lalu selimuti
dengan kain, dibuka bagian dada dan perut dan potong tali pusat. Tali pusat
tidak usah diikat dahulu, tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.
2)
Pola dekat perineum ibu
Bila tali pusat sangat pendek sehingga cara satu
tidak memungkinkan, letakan bayi baru lahir
yang telah dinilai di atas kain bersih dan kering pada tempat yang telah
disiapkan dekat perineum ibu. Kemudian segera klem dan potong tali pusat.
Selanjutnya pindahkan bayi ke atas kain kira-kira 45 cm di atas perineum ibu.
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernafas
megap-megap dan atau tonus otot tidak baik :
a)
Beritahukan ibu dan kelarga, bahwa bayi
mengalami kesulitan untuk memulai pernafasannya dan bahwa anda akan menolongnya
bernafas.
b)
Mintalah salah seorang keluarga
mendampingi ibu untuk memberi dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila
ada perdarahan.
( Ika Putri Damayanti, 2012)
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu :
1)
Memastikan saluran terbuka
a)
Meletakan bayi dalam posisi kepala
defleksi bahu diganjal 2-3cm
b)
Menghisap mulut dan hidung
c)
Bila perlu memaukan pipa endo trachel
(pipa ET) untuk memastikan saluran pernapasan terbuka.
2)
Memulai pernapasan
a)
Memakai rangsangan taktil untuk memulai
pernapasan
b)
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup
dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut ( hidari paparan infeksi )
3)
Mempertahankkan sirkulasi, Rangsangan
dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres dada
3. Komplikasi asfiksia neonatorum
a.
Otak : hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi
selebralis
b.
Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten,
pendarahan paru, edema paru.
c.
Gastrointestinal:
enterokolitis nekotrikan
d.
Ginjal
: tubular nekrosis akut
4.
Prognosis
Asfiksia livida (biru) lebih baik dari pada pallida
(putih). Prognosis tergantung pada kekurangan CO2 dan luasnya
perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus
dipikirkan kemungkinannya penderita cacat mental seperti epilepsia dan bodoh
dan masa mendatang.
5.
Komplikasi
a.
Cacat mental
b.
Pneumonia dan mungkin kematian
6.
Pencegahan
Upaya
yang aman dan
efektif untuk mencegah
dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal dan pelayanan
kesehatan bayi baru
lahir dengan asuhan neonatal
dasar oleh tenaga
profesional. Penerapan
menajamen asfiksia bayi
baru lahir untuk
mempersiapkan penolong
persalinan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada bayi baru lahir
yang tepat dan
cepat (Prawiroharjo, 2009).
Apabila
penanganan bayi dengan asfiksia tidak
dilakukan dengan sempurna
akan memperburuk keadaan bayi
bahkan bisa menimbulkan kematian pada
bayi, untuk itu perlu petugas
yang terlatih dalam melakukan
tindakan resusitasi pada
bayi baru lahir dan
juga tersedianya alat
yang lengkap untuk
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir ( Prawiroharjo, 2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Asuhan Kebidanan Bbl 2-6 Jam
Tanggal Pengkajian :
14 Desember 2015
Jam :
10.05
WIB
No Rekam Medik :
78768x
Nama Pengkaji :
Siti Aliyah
Tempat Pengkajian :
RSUD Waled
1. Data Subjektif
a.
Identitas bayi
Nama :
By Ny A
Umur :
2 Jam
Jenis Kelamin :
Perempuan
b.
Identitas orang tua
Nama
Pasien : Ny. A
Umur : 23 th
Agama
: Islam
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Tidak bekerja
|
Nama
Pasien : Tn.D
Umur : 23 th
Agama : Islam
Suku/Bangsa
:
Jawa/Indonesia
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Wiraswasta
|
|
Alamat : Desa Waruwijaya Rt/Rw 01/03 Kecamatan
Depok Kabupaten
Cirebon.
|
c.
Keluhan utama
Bidan dari puskesmas mengatakan kondisi bayi Ny. A lemah dan sesak serta memerlukan asuhan pasca
resusitasi yang memadai.
d.
Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan menderita penyakit asma sejak kecil dan tidak menderita penyakit menular seperti: hepatitis,
TBC, HIV/AIDS, Sifilis. Tidak mempunyai
penyakit menahun seperti malaria
dan penyakit menurun seperti diabetes.
e.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama. HPHT 17-03-2015, TP 24-12-2015. Gerakan janin
dirasakan pada usia kehamilan 18 minggu. Ibu sudah pernah memeriksakan kehamilannya
sebanyak 7 kali yaitu 5 kali di Puskesmas dan 2 kali di BPM. Ibu mengatakan
tidak pernah mengkonsumsi obat warung
atau jamu-jamuan kecuali obat yang diberikan oleh bidan dan doker.
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran, anak pertama
berjenis kelamin perempuan BB 2950 gram, PB 48, lahir spontan ditolong oleh
bidan di Puskesmas. Keadaan air ketuban berwarna hijau bercampur mekonium, bayi
lahir tidak menangis. Ibu mengatakan bahwa penyakit asma yang dideritanya mengganggu proses persalinan.
f.
Riwayat Sosial ekonomi
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang
pertama, status menikah sah, pertama kali menikah pada usia 22 tahun, lama
menikah 11 bulan. hubungan antara suami dan istri harmonis, hubungan dengan
keluarga dan lingkungan baik, keluarga dan suami mendukung. Ibu belum pernah
menggunakan kontrasepsi. Pola makan 3 kali per hari dengan porsi sedang,
lauk-pauk seperti ikan, tempe, tahu dan sayur-mayur. Pola eliminasi BAB 1 kali
sehari, BAB terakhir jam 07.00 WIB. BAK 6 kai sehari, BAK terakhir jam 08.00. Pola
istirahat tidur malam 9 jam dan tidur siang 1 jam. Pekerjaaan sehari-hari
dibantu oleh suami.
2.
Data Objektif
a.
Pemeriksaan Umum
1)
Keadaan Umum : lemah
2)
Tanda-tanda
Vital : Suhu : 36,80 C
Respirasi : 53 x/Menit
Denyut jantung :125 x/Menit
3)
APGAR Score : 5
/ 6
Tabel 3.1
APGAR Score
No
|
Kriteria
|
Menit ke - 1
|
Menit ke - 5
|
1
2
3
4
5
|
Denyut Jantung
Usaha Bernapas
Tonus Otot
Reflek
Warna Kulit
|
2
1
1
-
1
|
2
1
1
-
2
|
Jumlah
|
5
|
6
|
4)
Antropometri : Berat Badan :2950
gram
Panjang Badan :
48 cm
Lingkar Kepala :33 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1)
Kepala : Simetris, UUB ada Bentuknya layang-layang.
UUK ada Bentuknya Segitiga.
2)
Mata : Posisinya Simetris, tidak ada secret dan
tidak ada pendarahan.
3)
Hidung : Lubang Hidung Simetris, Tidak ada Polip,
tidak ada Sekret dan tidak ada pernafasan cuping hidung
4)
Telinga : Posisinya simetris, tidak ada kotoran
5)
Mulut : Selaput Lendir berwarna merah muda, tidak
ada bagian dalam mulut yang terbuka. Reflek
rooting (-), Reflek Sucking (-)
6)
Dada : Pergerakanya abnormal, ada tarikan dinding
dada, sesak.
7)
Perut : Bentuknya cembung, teraba lemas, tidak ada
bintik kemerahan/pustule, tidak ada kelainan.
8)
Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat dan tidak ada kemerahan.
9)
Kulit : Ikterik , terdapat Lanugo
10)
Punggung : Tidak ada kelainan Tulang belakang/ Spina Bifida.
11) Ekstremitas
a) Atas : Tidak ada
Polidaktili, Sindaktili, Reflek Moro
(-), Reflek Palmargraf (-).
b) Bawah : Tidak ada Polidaktili, Sindaktili. Pergerakan
Fleksi, Reflek Plantargraf (-), Reflek Babinsky (-).
12)
Genitalia : Jenis kelamin perempuan, labiya mayora menutupi labiya minora.
13) Anus :
Terdapat lubang anus, bayi belum BAB.
3. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Usia 2
jam dengan asfiksia sedang keadaan umum
lemah.
4. Penatalaksanaan
a.
Memberitahu
hasil pemeriksaan
→ Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b.
Memfasilitasi informed consent
→Keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan seperti
memasang infuse dan terapi.
c.
Menjaga
kehangatan bayi
→ Mencegah kehilangan panas dengan cara memasukan bayi
kedalam incubator dengan suhu 36,70
C.
d.
Atur posisi
kepala bayi ekstensi
→ Kepala bayi diganjal bantal 2-3 cm
e.
Membantu perawat
memasang infuse D 10% dan O2 sesuai
advices dokter spesialis anak.
→Infuse terpasang di tangan kanan dan O2 terpasang dihidung.
f.
Mengobservasi
tanda-tanda vital
→
DJB : 120x/menit, R: 60x/menit, S:
37,10 C
g.
Membantu perawat
mengambil sample darah
→
sudah
dilakukan
h.
Memantau
kenyamanan bayi serta kebersihan dengan cara mengganti popok yang kotor setelah
bayi BAB atau BAK.
→
Pampers sudah diganti.
i.
Mendokumentasikan
hasil asuhan
B.
Asuhan Kebidanan Bbl 3 Hari
Tanggal Pengkajian :
17 Desember 2015
Jam : 21.05
WIB
No Rekam Medik :
78768x
Nama Pengkaji :
Siti Aliyah
Tempat Pengkajian :
RSUD Waled
1.
Data Subjektif
Bidan mengatakan kondisi bayi masih lemah.
2.
Data Objektif
a.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Lemah
Tanda-tanda Vital :
Suhu :
36,8
Respirasi :
53 x/Menit
Denyut Jantung : 125 x/Menit
b.
Pemeriksaan
Fisik
Hidung : terpasang
02 canule 1-2 liter/menit
Mulut :
terpasang Oral gastric tube untuk decompresi,
reflek sucking (-) , residu jernih.
Dada :
ada tarikan dinding dada.
Genitalia :
bayi sudah BAB dan BAK.
3.
Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Usia 3
hari dengan asfiksia sedang keadaan umum
lemah.
4. Penatalaksanaan
1)
Memantau infuse
dan O2
→Infuse terpasang ditangan kanan dan O2 terpasang dihidung.
2)
Mengobservasi
tanda-tanda vital
→DJB
: 120x/menit, R: 60x/menit, S: 37,10 C
3)
Mengatur posisi
kepala ekstensi
→ posisi
kepala bayi diganjal dengan bantal 2-3 cm.
4)
Memantau
kenyamanan dan kebersihan bayi dengan cara mengganti pampers setelah BAB dan
BAK
→Pampers
kering
5)
Memberi nutrisi
melalui OGT
→Sudah
di beri susu sebanyak 5 cc
6)
Memberikan
terapi sesuai intruksi dokter spesialis anak.
→ sudah
diberikan
ampicilin 2x150 mg (3), gentamicin
1x12 mg (3) dan terapi sinar biru
7)
Mendokumentasikan
Hasil Asuhan
C.
Asuhan Kebidanan Bbl 6 Hari
Tanggal Pengkajian :
20 Desember 2015
Jam : 21.05
WIB
No Rekam Medik :
78768x
Nama Pengkaji :
Siti Aliyah
Tempat Pengkajian :
RSUD Waled
1. Data Subjektif
Bidan mengatakan kondisi bayi Ny. A sudah baik.
2. Data Objektif
a.
Pemeriksaan Umum
Keadaan
Umum : sedang
Tanda-tanda Vital :
suhu :
37,20 C
Nadi :
130 x/Menit
Denyut Jantung Bayi : 127 x/menit
Antropometri : Berat
Badan ` : 2910 gram
b.
Pemeriksaan
fisik
Hidung
: terpasang
02 canule 1-2 liter/menit
Mulut
: terpasang Oral
gastric tube untuk decompresi, reflec sucking positif, residu jernih.
Dada
: tidak ada tarikan dinding dada.
Genitalia :
bayi sudah BAB dan BAK.
3.
Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Usia 6
hari dengan asfiksia sedang keadaan umum
sedang.
4.
Penatalaksanaan
a.
Memantau infuse,
OGT dan 02
→ infuse terpasang ditangan kiri, Selang OGT
terpasang dimulut dan O2 sudah dilepas
b.
Mengobservasi
tanda-tanda vital
→ DJB : 130x/menit, R: 60x/menit, S: 37,20
C
c.
Memantau
kenyamanan bayi dengan cara mengganti pampers setelah bayi BAB atau BAK
→ Pampers kering
d.
Memberi nutrisi melalui
selang OGT
→ Sudah di beri susu sebanyak 20 cc
e.
Memberikan
terapi sesuai intruksi dokter
→ Ampicilin 2x150 mg (3), Gentamicin 1x12 mg (3) dan fototerapi
f.
Mendokumentasikan
Hasil Asuhan
D.
Asuhan Kebidanan Bbl 8 Hari
Tanggal Pengkajian :
24 Desember 2015
Jam : 10.30
WIB
No Rekam Medik :
78768x
Nama Pengkaji :
Siti Aliyah
Tempat Pengkajian :
RSUD Waled
1.
Data Subjektif
Bidan mengatakan hasil lab
normal dan dokter mengintruksikan bayi Ny. A boleh pulang.
2.
Pemeriksaan / Data Objektif
a.
Pemeriksaan Umum
1)
Keadaan Umum : Baik
a)
Tanda- tanda
Vital : Suhu :
36,80 C
Respirasi :
53 x/Menit
DJB : 125 x/Menit
b)
Antropometri : Berat Badan : 2950 gram
c)
Pemeriksaan
fisik
Hidung
: terpasang
02 canule 1-2 liter/menit
Mulut
: reflek rootng dan sucking baik
Dada
: tidak ada tarikan dinding dada.
Genitalia :
bayi sudah BAB dan BAK.
3.
Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Usia 8
hari dengan asfiksia sedang keadaan umum
baik.
4.
Penatalaksanaan
a.
Mengobservasi
tanda-tanda vital
→ DJB : 132x/menit, R: 63x/menit, S: 37,10
C
b.
Memantau
kenyamanan bayi dengan cara mengganti pampers setelah bayi BAB dan BAK.
→ Pampers kering
c.
Memberi nutrisi
per spen
→ Sudah di beri susu sebanyak 40 cc
d.
Melihat hasil
lab
→ Hb: 18,5 L :
13,1 I: 5,3 Ht : 54
T: 189
e.
Menyiapkan bayi
untuk persiapan pulang
→ Bayi sudah dibedong dan diberikan pada keluarganya
f.
Mengantarkan
bayi sampai kedepan rumah sakit
→ Bayi sudah
pulang
g. Mendokumentasikan Hasil Asuhan
BAB
IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada By.Ny. A sejak masa 2 jam sampai 8
hari dengan asfiksia sedang, di Ruang Perinatologi RSUD Waled Kabupaten Cirebon
Tahun 2015, Pembahasannya adalah sebagai berikut :
A. Bayi Baru Lahir
Selama
memberikan asuhan pada bayi Ny. A,
penulis sudah melakukan pengkajian dari bayi 2 jam sampai 8 hari . karena pada
saat bayi lahir, penulis tidak melakukan pengkajian. Dari hasil pengkajian dan
kenyataan yang didapat langsung maka
hasil tersebut relevan dengan teori dan tidak ditemukan adanya kesenjangan .
Asuhan
yang diberikan pada bayi baru lahir 2-6
jam adalah melakukan penilaian dengan cepat dan hasilnya yaitu By. Ny. A terdapat tarikan dinding dada dan gerakan otot
lemah. Mengobservasi keadaan umum dan TTV, memasang 02 dengan volume 1-2
ml/liter, memasang infuse D 10%, menjaga pertahanan tubuh bayi dengan memasukan
bayi kedalam incubator.
Asuhan kebidanan pada By. Ny. A. dengan asfiksia umur 3 hari yaitu memantau
infus dan O2, memantau keadaan umum bayi, mengobservasi tanda-tanda vital,
memberi terapi sesuai interuksi dokter specialis anak, mengatur posisi kepala
ekstensi, memantau kenyamanan bayi , memberi nutrisi melalui OGT.
Hasil asuhan pada By. Ny. A. usia 3 hari yaitu infuse
dan O2 terpasang, keadaan umum bayi masih lemah, tanda-tanda vital DJB : 120
kali/ menit, R : 60 kali / menit, S: 37,10 C, posisi kepala bayi
ekstensi, bayi merasa nyaman dengan keadaan popok yang kering dan kondisi yang
hangat, bayi sudah diberi nutrisi melalui OGT sebanyak 10 cc.
Asuhan kebidanan pada By. Ny. A. dengan asfiksia umur 6 hari yaitu Memantau
infuse, Melepas selang OGT dan O2, Mengobservasi tanda-tanda vital dan
antropometri, Memantau kenyamanan bayi, Memberi nutrisi, Memberikan terapi sesuai
intruksi dokter.
Hasil asuhan pada By. Ny. A adalah keadaan umum bayi
sedang. By Ny. A, bergerak aktif dan tidak ada tarikan dinding dada. Infuse
terpasang, selang OGT dan O2 sudah dilepas karena By. Ny. A sudah dapat menyusu
per spen, reflek rooting, sucking dan
swallowing sudah baik. TTV
didapatkan DJB : 130x/menit, R:
60x/menit, S: 37,20 C. Bayi merasa nyaman karena popok sudah
diganti.
Asuhan kebidanan pada By. Ny. A dengan asfiksia umur
8 hari yaitu melepas selang infus, mengobservasi tanda-tanda vital dan
antropometri, melihat hasil lab, memantau kenyamanan bayi, memberikan nutrisi
dan menyiapkan bayi untuk pulang.
Hasil asuhan pada By. Ny. A dengan asfiksia umur 8
hari yaitu keadaan umum bayi baik, sudah tidak ada tarikan dinding dada, hasil
pemeriksaan penunjang Hb: 18,5 L:
13,1 E: 5,29 Ht : 54
T: 189. Berat badan yaitu 2920 gr. Dokter mengintruksikan bahwa bayi
boleh pulang pada tanggal 24-12-2015.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. A dari asuhan bayi baru lahir di
wilayah kerja RSUD Waled Kabupaten Cirebon, maka penulis dapat menyimpulkan hasil sebagai berikut :
Pada
asuhan bayi baru lahir penulis memberikan asuhan pelayanan kebidanan dari 2 jam sampai 8 hari, dan bayi dapat melewati
penyulit tersebut. Secara keseluruhan asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang yang diberikan kepada bayi Ny. A sesuai dengan stndar pelayanan
kebidanan pada bayi baru lahir.
B. Saran
1. Bagi Institusi pendidikan
Dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan
penilaian terhadap mahasiswa dalam
menerapkan teori asuhan kebidanan yang
telah didapat dibangku kuliah ke tatanan nyata dilapangan . kemudian sebagai
bahan evaluasi efektifitas terhadap pengajaran yang telah diberikan kepada
mahasiswa.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
|
3. Bagi klien
Diharapkan klien sudah mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. Pengantar
ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan_google books.
Dinkes
Kabupaten Cirebon.2013. Profil Kesehatan
Kabupaten Cirebon.
Dinkes
Kabupaten Indramayu.2011.Profil Kesehatan
Kabupaten Indramayu.
Dinkes
profinsi Jawa Barat.2012. Profil
Kesehatan Profinsi Jawa Barat.
Fida.2012.
Pengantar ilmu kesehatan anak.
Jogjakarta: D-medika.
Indrayani. 2013 Asuhan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA.
Kristiyanasari,
Weni. 2010. Asuhan keperawatan neonatus
dan anak jilid 2. Jogjakarta: Muha Medika
Prawiroharjo,Sarwono.2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
Rochmah.
2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita:
EGC.
Wahyuni,Sari.
2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita:Penuntun
Belajar Praktik Klinik. Jakarta: EGC.
Yeyeh Rukiyah,Yeyeh.2012 Asuhan neonatus bayi dan balita.
Jakarta: CV Trans
Info Media.
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
1 : Lembar Persetujuan Klien (Informed Consent)
Lampiran
2 : Lembar Bimbingan Konsul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar