MAKALAH
Tentang
:
“ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY. A P1A0 POST PARTUM 6 JAM DENGAN PEB DI RSUD WALED KABUPATEN
CIREBON TAHUN 2016”
DISUSUN OLEH :
Nama : Alya
Nim : R.13.03.072
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
Jalan
Wirapati - Sindang - Indramayu (0234) 272020
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ”Asuhan Kebidanan pada Ny. A P1A0 Post Partum
6 jam dengan PEB di RSUD Waled Tahun 2016” untuk mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi
mahasiswa di insitusi pendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan. Semoga
dengan adanya makalah ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca
khususnya bagi penulis sendiri.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas segala perhatian
dan mohon maaf apabila ada kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT.
Penulis
Indramayu,
23 Januari 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Identifikasi Masalah............................................................................... 4
C.
Tujuan .................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Definisi nifas........................................................................................... 3
B.
Periode masa nifas.................................................................................. 3
C.
Involusi alat kandungan …………………………………………......... 3
D.
Perawatan pasca persalinan………………………………………......... 6
E.
Konsep dasar PEB…………………………………………………...... 8
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Asuhan Kebidanan Post Partum ........................................................... 13
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................ 18
B.
Saran...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran
sampai 6 minggu. Selama masa ini ,
saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
(Obstetric William)
Dalam masa nifas terjadi
perubahan-perubahan yang dialami ibu dan kita harus melakukan pemantauan yang
tepat pada ibu dan bayi. Apakah perubahan-perubahan yang terjadi termasuk
fisiologis atau partologis, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
dan sesuai untuk memberikan asuhan kebidanan.
Adapun yang harus diperiksa
pada ibu nifas ialah: keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding
perut, keadaan perineum, kandung kencing, rektum, flour albus. Keadaan serviks,
uterus dan adrexa. Adanya erosi, radang atau kelainan-kelainan. Pre-eklampsia adalah penyakit
dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein uria yang timbul karena
kehamilan.Tidak jarang walaupun pada kehamilan normal bisa saja terkena
pre-eklampsia.Pre-eklampsia bisa saja berlangsung pada saat persalinan.Untuk
itu dalam penanganannya harus lebih hati-hati dan teliti. (Sarwono 2009)
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. A Di RSUD Waled Kabupaten Cirebon tahun
2015?”
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu
melaksanakan asuhan kebidanan post partum dengan PEB sesuai standar asuhan kebidanan dengan
pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dengan metode Subjektif, Objektif, Analisa dan penatalaksanaan (SOAP).
2.
Tujuan Khusus
a.
Pengkajian data : Mengkaji data Ny. A mulai dari :
1)
Tanda-tanda vital.
2)
Pemeriksaan fisik.
3)
Pemeriksaan penunjang
b.
Interpretasi data dasar berdasarkan
diagnosa Ny. A
c.
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya.
d.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkkan klien.
e.
Menyusun rencana asuhan pada asfiksia
sedang.
f.
Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan
aman.
g.
Melakkukan evaluasi manajemen kebidanan
pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah pulihnya kembali
mulai dari partus atau persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lamanya 6 – 8 minggu (Sinopsis Obstetri).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran
sampai 6 minggu. Selama masa ini , saluran reproduktif anatominya kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (Obstetri William).
B.
Periode Masa Nifas
1. Puerperium dini : Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan
2.
Puerperium
intermedial : Yaitu Kepulihan menyeluruh alat–alat genetalia yang lamanya 6–8
minggu
3. Remote Puerperium : Yaitu
waktu yang diperlukan untuk putih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. (Sinopsis Obstetri)
C.
Inovasi Alat-Alat Kandungan
1. Uterus : Secara
berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi
|
TFU
|
Berat uterus
|
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat symphisis
Tidak beruba diatas symphisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
2. Bekas Implantasi Uri :
Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kovum uteri dengan
diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu keenam 2,4 cm dan
akhirnya pulih.
3. Perubahan pembuluh darah :
Pembuluh darah yang besar menjadi mengecil dalam nifas karena setelah
persalinan sudah tidak dibutuhkan lagi peredaran darah yang banyak.
4. Perubahan pada cervix dan
vagina : Beberapa hari setelah persalinan ostium externum dapat dilalui oleh 2
jari pinggir” tidak rata tapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Vagina yang sangat di regang waktu persalinan lambat
laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai
nampak kembali.
5. Dinding perut dan peritoneum :
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu
6. Saluran kencing : Dinding
kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. kadang-kadang oedema dari
trgonum, menimbulkan obstruksi dari urethra sehingga terjadi retensia urine
kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah
sehingga kandung kencing penuh atau sesudah masih tinggal urine residual. Sisa
urine ini memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi akan normal kembali dalam
waktu 2 mingu.
7. Laktasi : Keadaan buah dada
pada 2 hari sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum
mengandung suatu. Melainkan colostrum, yaitu cara yang berwarna kuning.
8. Luka-luka : Pada jalan lahir
bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
9. Rasa sakit : Yang disebut after pains (merica atau mules)
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila
terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.
10. Lochea : Adalah cairan secret
yang berasal dari lovum uteri dan vagina dalam masa nifas
a. Lochea Rubra (cruenta) :
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik,
caseosa lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea serosa : Berwarna
kuning, cairan tidak berdarah lagi,
d. Lochea alba : Cairan putih,
setelah 2 minggu
e. Lochea Purulenta : Terjadi
infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochiostosis : Lochea tidak
lancar keluarnya
11. Serviks : Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan “kecil, setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui untuk 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
12. Ligamen-ligamen : Ligament-ligamen
dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum ratundum
menjadi kendor. (Sinopsis Obstetri,1998:116)
D. Perawatan Pasca Persalinan
1. Mobilisasi dini (early mobilization) : Ibu nifas sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam PP boleh segera miring ke
kanan dan ke kiri setelah 2 jam melahirkan hari ke 2 duduk, ke 3 jalan-jalan.
Keuntungan dari mobilisasi.
a. Melancarkan pengeluaran
lochea. Mengurangi infeksi puerperium
b. Mempercepat involusi alat
kandungan
c. Melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan
d.
Meningkatkan
kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi Asi dan pengeluaran
sisa metabolisme.
2. Rawat gabung : Perawatan ibu
dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu bisa lebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan Asi sehingga kelancaran
pengeluaran Asi lebih terjamin.
3. Pemeriksaan
Umum :
Kesadaran
penderita , Keluhan yang terjadi setelah
persalinan
4. Pemeriksaan
Khusus
a. Fisik : tekanan darah, nadi
dan suhu
b. Fundus uteri : TFU, kontraksi
uterus
c.
Payudara
: putting susu, pembengkakan atau stowing ASI pengeluaran ASI
d. Pertun lochea : lochea rubra,
lochea sanguilenta
e. Luka
jahitan apisiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda – tanda infeksi
(kolor, dolor, fungsiolesa dan pernanahan)
5. Pemulangan parturien dan
pengawasan ikatan: Parturien dengan persalinan berjalan lancar dan spontan
dapat dipulangkan setelah mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan.
Parturien dipulangkan setelah 2-3 hari dirawat.
Nasehat yang perlu diberikan saat pemulangan:
a. Diet: makanan harus bermutu,
bergizi, dan cukup kalori
b. Miksi: hendak-hendak dapat dilakukan sendiri
secepatnya. Bila kandun g kemih penuh dan wanita sulit kencing,
sebaiknya dilakukan kateterisasi
c. Defekasi: buang air harus
dilakukan 3-4 hari pasca persalinan
d.
Perawatan
payudara: dimulai sejak hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai perscapan menyusui bayinya.
e. Laktasi: bila bayi mulai
disusui, isapan putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise produksi Asi akan
> banyak.
g. Kebersihan diri
h. Istirahat
i. Latihan
Nasihat untuk ibu
postnatal:
a. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Kerjakan gymnastic sehabis
bersalin
d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya
melakukan kb.
e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi
E.
Konsep Dasar Pre Eklamsi Berat
1. Definisi
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. (Ilmu Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertaiproteinuria dan atau
disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan :
20011).
2. Dasar Diagnosis Pre Eklamsia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana
tercantum dibawah ini. Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan
satu atau lebih gejala sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit
dan sudah menjalani tirah baring. Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4 + dalam
pemeriksaan kualitatif,
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam,
Kenaikan kadar kreatinin plasma. Gangguan visus dan serebral, Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadaran kanan atas
abdomen, Edema paru-paru dan sianosis, Hemolisis mikroangiopatik, trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm³ atau
penurunan trombosit dengan cepat, Gangguan fungsi hepar (
kerusakan hepatoselular ): peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase, Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat, Sindrom HELLP. ( Ilmu Kebidanan,
2009:544-545)
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.
Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban
yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini
yaitu : Spasmus, Arteriola, Retensi Na dan air, Koagulasi intravaskuler. Walaupun vasospasme
mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasme ini
yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri Patologi :
1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua
hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara
faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana
yang akibat. (Ilmu Kebidanan : 2005).
4. Patofisologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari
nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi
hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh
perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
5. Tanda dan gejala pre
eklamsia berat :
Pre eklamsia disebut berat, kalau : Tekanan darah ibu / 110 mmHg, Oligovria, kurang dari
400 cc/24 jam, Protenuma lebih dark 3 gelas/liter. Keluhan subyektif, Nyeri epigastrum, gangguan penglihatan, Nyeri kepala, Edema paru dan sianosis, gangguan
kesadaran, Manifestasi Klinis,
6. Diagnosis
Preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu: Edema, Hipertensi, Proteinuria, Berat badan yang berlebihan bila
terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai
peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah
≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan
diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai
sebagai bakat preeklamsia. Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2;
atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin
porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
7. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya
faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun
timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat
dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya
yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.
Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia
dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi urin.
b. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar
ureum darah (untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
c. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada
pembuluh darah retina.
d. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan
esteriol di dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen
Farier : 1999)Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel
dan kardiomegali.
9. Penatalaksanaan
a. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingiual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian secara oral.
b.
Konsul bagian penyakit dalam / jantung atau mata
c. Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih
38,5 derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
atau xylomidon 2 cc IM.
d. Antibiotik diberikan atas indikasi (4) diberikan
ampicilin 1 gr/6 jam /IV/hari
e. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20 cc)
selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc laruitan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Diikuti segera 4 gr dibokong kiri dan 4 gram dibokong kanan (40 % dalam 10 cc)
dengan jaruim no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc
xylocain 2 % yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
f. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40%
setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM
setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
g. Syarat –syarat pemberian MgSO4: Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gram (10% dalam 10
cc) diberikan intravenous dalam 3 menit, Reflek patella positif kuat,
Frekuensi pernafasan lebih 16 kali per menit, Produksi urin
lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBb/jam).
h. MgSO4 dihentikan bila : ada tanda-tanda keracunan
yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot-otot pernafasan karena ada serum 10 U magnesium pada
dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar
8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan dan lebih
15 mEq /liter terjadi kematian jantung, bila timbul tanda-tanda keracunan
magnesium sulfat, Hentikan pemberian magnesium sulfat, berikan calcium gluconase 10% 1 gram
(10% dalam 10 cc) secatra iv dalam waktu 3 menit, berikan oksigen, lakukan
pernafasan buatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Asuhan Kebidanan Post Partum 6 jam
Tanggal Pengkajian :
23 Januari 2016
Jam :
10.05
WIB
No Rekam Medik :
78768x
Nama Pengkaji :
Alya
Tempat Pengkajian :
RSUD Waled
1. Data Subjektif
Nama
Pasien : Ny. A
Umur : 23 th
Agama
: Islam
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Tidak bekerja
|
Nama
Pasien : Tn.D
Umur : 23 th
Agama : Islam
Suku/Bangsa
:
Jawa/Indonesia
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Wiraswasta
|
|
Alamat : Desa Waruwijaya Rt/Rw 01/03 Kecamatan
Depok Kabupaten
Cirebon.
|
a.
Keluhan utama
Ibu mengatakan masih
lemas.
b.
Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan menderita penyakit hipertensi dan tidak
menderita penyakit menular seperti: hepatitis, TBC, HIV/AIDS, Sifilis.
Tidak mempunyai penyakit menahun seperti
malaria dan penyakit menurun seperti diabetes.
c.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama. HPHT 17-04-2015, TP 24-01-2015. Gerakan janin
dirasakan pada usia kehamilan 18 minggu. Ibu sudah pernah memeriksakan
kehamilannya sebanyak 7 kali yaitu 5 kali di Puskesmas dan 2 kali di BPM. Ibu
mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat warung atau jamu-jamuan kecuali obat yang diberikan
oleh bidan dan doker.
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran, anak pertama
berjenis kelamin perempuan BB 2950 gram, PB 48, lahir spontan ditolong oleh
bidan di RSUD Waled.
d. Riwayat
Sosial ekonomi
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang
pertama, status menikah sah, pertama kali menikah pada usia 22 tahun, lama
menikah 11 bulan. hubungan antara suami dan istri harmonis, hubungan dengan
keluarga dan lingkungan baik, keluarga dan suami mendukung. Ibu belum pernah
menggunakan kontrasepsi. Pola makan 3 kali per hari dengan porsi sedang,
lauk-pauk seperti ikan, tempe, tahu dan sayur-mayur. Pola eliminasi BAB 1 kali
sehari, BAB terakhir jam 07.00 WIB. BAK 6 kai sehari, BAK terakhir jam 08.00. Pola
istirahat tidur malam 9 jam dan tidur siang 1 jam. Pekerjaaan sehari-hari
dibantu oleh suami.
2.
Data Objektif
a.
Pemeriksaan Umum
1)
Keadaan Umum : Baik
2)
Kesadaran :
Composmetis
3)
Tanda-tanda
Vital : Tekanan darah : 160/100 mmHg
Pulse : 85x/menit
Suhu : 36,80 C
Respirasi : 25 x/Menit
b. Pemeriksaan Payudara : payudara tampak bersih,
putting menonjol, tidak ada pembengkakan, sudah ada pengeluaran ASI.
c. Pemeriksaan abdomen :
1) TFU : 2 jari bawah pusat
2) Kontraksi : keras
3) Kandung kemih : terpasang kateter, cairan 100 cc
4) Terdapat luka laserasi derajat 2 dan sudah dijahit.
d. Pemeriksaan genitalia.
Tidak
ada oadema, tidak ada varises, tidak ada tanda-tanda infeksi, loea rubra warna
merah.
e. Ekstremitas atas dan bawah
Terdapat oadema pada
ekstremitas bawah kanan dan kiri, tidak ada oadema pada ekstremitas atas kanan
dan kiri, tidak ada varises pada ekstremitas atas dan bawah.
f.
Pemeriksaan
Laboratorium
1) Golongan darah : A
2) Protein urine +
3) HB : 12,5 gr
4) Leukosit : 6,5/mm3
5) Eritrosit : 4,42/mm3
6) Hematrokrit : 32
7) Trombosit : 150/mm2
3. Analisa
P1A0 post partum 6 jam dengan PEB keadaan ibu baik.
4. Penatalaksanaan
a.
Memberitahu
hasil pemeriksaan
→ Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b.
Memfasilitasi informed consent
→ Keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
c.
Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan
pantangan terhadap makanan apapun.
→ ibu
mengerti.
d.
Membimbing ibu untuk miring kanan dan
kiri.
→
ibu dapat melakukannya.
e.
Menganjurkan
pada ibu untuk menjaga vulva hygiene.
→Ibu mengerti.
f.
Mengobservasi
tanda-tanda vital
→ TD
160/100 mmHg, Pulse: 80x/menit, Respirasi : 24x/menit suhu: 36,60 C.
DJB : 120x/menit, R: 60x/menit, S: 37,10 C
g.
Mengganti infuse D5 dengan Rl berisi
MgSo4 yang kedua.
→ terpasang infuse RL..
h.
Mendokumentasikan
hasil asuhan
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Lamanya masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetric )
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
B. Saran
1. Bagi Institusi pendidikan
Dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan
penilaian terhadap mahasiswa dalam
menerapkan teori asuhan kebidanan yang
telah didapat dibangku kuliah ke tatanan nyata dilapangan, kemudian sebagai
bahan evaluasi efektifitas terhadap pengajaran yang telah diberikan kepada
mahasiswa.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan instansi pelayanan kesehatan dapat lebih
meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kebidanan dengan melakukan asuhan
sesuai standar pelayanan kebidanan dan
memaksimalkan pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah dirancang. Sehingga dapat
menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas ibu, bayi serta mampu meningatkan derat kesehatan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul, Aziz. Pengantar
ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan_google books.
Indrayani. 2013 Asuhan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA.
Prawiroharjo,Sarwono.2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
Sujiyatini dkk.
2011. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta
Obstetri
Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung.
Mochtar,
Rustam.1998.Sinopsis obstetri fisiologi, obstetri patologi.EGC: Jakarta