TRUE LOVE NEVER DIE’S
Gerimis rintik-rintik.
Pagi itu tampak seperti senja yang tenggelam. Selendang kelabu membentuk
ayunan. Seakan menimang kesedihan berlarut-larut. “ ada apa hari ini?” hanya
itu pertanyaan yang tersirat. Tanpa jawaban atau tafsiran-tafsiran.
Pukul
06.30 WIB, nasi goreng dimeja makan buatan ibunya telah habis. Ia mencuci
piring lalu masuk ke kamarnya. Ia melihat jadwal pelajaran yang terpampang
didinding sebelah rak buku. Lalu ia mengambil buku-buku mata pelajaran, dan
memasukannya ke dalam tasnya. Ketika hendak pergi, ia menyadari bahwa tali
tasnya hampir putus. Ia pun bergegas
mengambil jarum dan benang. Benang itu ia masukan pada lubang jarum yang kecil.
Matanya yang bening sanggup memasukan benang ke lubang jarum. Satu demi satu ia menjahit. Hatinya
kalut entah oleh apa. Ia menetral perasaan dengan mendendangkan sebuah lagu.
Selintas ia teringat Satria. Lagu itu membuatnya kembali pada masa lalu. Masa
saat ia dan Satria bahagia. Tapi sakit telah membuat Satria tidak berdaya.
“Akh..”
jarum itu menusuk jarinya. Ia menahan sakit.kemudian dihisaplah darah dari
tangannya. Agar tidak terjadi infeksi akibat jarum itu.
pukul 06.45 WIB ia berangkat sekolah.
Angkutan
umum berhenti didepannya. Meskipun sudah sesak oleh penumpang namun, pak supir tidak mau rugi, ia terus
menambah penumpang hingga didalamnya pengap udara.. selama 15 menit perjalanan
menuju sekolah. Ia sekolah di SMA negeri
1 indramayu. Angkutan berhenti didepan kodim. Di tengahnya terdapat
taman bunga yang indah. Patung pahlawan pun juga dibangun ditengah-tengahnya.
Jalan itu disebut bunderan mangga atau simpang lima. disebut bunderan mangga
karena terdapat 3 buah mangga pas
ditengah-tengah bunderan jalan. Disebut simpang lima yaitu karena terdapat 5 jalur
atau simpang dijalan itu. Perlu diketahui bahwa masyarakat Indramayu bangga
karena disebut sebagai kota mangga. Buah lezat yang disukai semua orang.
“
Kamelia…” sapa Ina dan Silvi yang berlari mengejarnya.
“
Hai…” jawab Kamelia.
“
Mel, kok murung? Apa karena matahari hari ini besinar redup? Senyumanmu juga
tampak redup.” Tebak Ina.
“
Ah bisa aja kamu Na. ya maybe kebawa suasana kali ya?”
“ Oh ya hari ini ada
pelajaran pak Qomar. Bahasa Indonesia. Kita disuruh maju satu persatu baca
puisi.” Ina mengingatkan
“ Semua puisinya
diambil dari karya-karya Chairikl anwar.bukunya bisa diambil diperpustakaan,
berjudul AKU” silvi menambahkan.
“ Nah ! masalahnya kami
tidak bisa baca puisi..! em.., ajarin kami ya hehehe..” pinta ian merayu.
“ Aku? Aku juga amatiran.
Siapa bilang bisa baca puisi?”
“ Bulan kemarin yang
menjadi juara 1 lomba baca puisi dan saritilawah siapa? Hayo?” balas Silvi.
Kamelia pun tidak bisa
menyangkal lagi. Sesampainya dikelas ia mengajari keduanya membaca puisi. Semua
karya puisi Chairil anwar ia hafal semua. Hingga Ina dan Silvi mengaguminya. Kamelia
menguasai semua cara-cara dalam pembacaan puisi. Mimik, intonasi, nada, maupun penjiwaan
telah ia pelajari secara mendalam.
“ Mau membaca puisi
yang mana?” Tanya kamelia.
“ Ya sudah aku ajari
kalian membaca puisi berjudul AKU aja ya. itu puisi yang paling aku sukai.”
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang pun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka kan bisa ku bawa berlari.., berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku tidak peduli aku ingin hidup
Seribu tahun lagi.
Silvi dan Ina menyimak Kamelia,
lalu mereka pun satu persatu membaca puisi itu. Kamelia mendengarkannya sambil
membenarkan cara membacanya.jam pelajaran pun dimulai. Pak Qomar datang. Ia
membawa tas berisi buku-buku tugas siswa. Semua siswa mendapat nilai mulai
dari 6,5- 80. Hanya kamelialah yang
mendapat nilai 9,2. Pak Qomar bangga terhadapnya, ia terus memuji.
“ Baiklah anak-anak..,
sesuai perjanjian kita. Hari ini bapak akan menilai kalian membaca puisi.”
Banyak siswa laki-laki
yang tidak menyukai membaca puisi. Bagi mereka, membaca puisi itu lebih sulit
daripada pelajaran IPA lainnya. Satu persatu siswa lainnya dipanggil menurut
absen. Suasana kadang tenang, kadang bergemuruh. Ada saat dimana mereka terbawa
hening karena seorang siswa membacakan puisi itu dengan hening. Ada pula saat
mereka saling mencela atau berteriak,
itu disebabkan jika seorang siswa tidak bisa sama sekali membaca Puisi. Yang
jelas, diakhir mereka membacakan puisi, selalu saja ada tepuk tangan yang
meriah.
Tiba giliran kamelia. Semua mata menatapnya. Kamelia
melangkah dengan penuh percaya diri.
“ Mel, tunjukan merahmu!”
teriak Ina.
Kamelia menghampiri pak Qomar, lalu bertanya.
“ Pak, boleh saya
mendeklamasikan puisi?”
“ Oh.., itu bagus
sekali. Silahkan..” jawab pak Qomar. Lalu Kamelia pun melangkah.
Ditengah-tengah tatapan mereka mula-mula ia menatap seluruh siswa, suasana
hening.
Bukan kematian datang menusuk kalbu
Keridhoanmu menerima segala tiba
Tak ku tahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta
Air matanya mengalir.
Ia teringat kakaknya yang telah meninggal 2 tahun silam. Ia meninggal saat
menjadi buruh migran. Disaudi Arabia. Saat itu ia jatuh sakit namun, majikannya
tidak segera membawanya ke dokter. Sampai kakaknya yang bernama Liana itu
meninggal. 6 tahun Liana bekerja disana. Dulu ia berharap agar adik-adiknya
dapat sekolah tinggi. Namun malang bukan kepalang, Tuhan yang maha esa telah
memanggilnya.
Air mata Kamelia kian
deras. Para siswa masih diam. Lalu dengan puisi itu Kamelia bernyanyi. Suaranya
yang indah semakin membuat mereka tersihir. Ina dan Silvi tahu bahwa puisi itu
ia persembahkan bagi kakaknya. Mereka berdua turut berduka. Tepuk tangan
bergemuruh. Mereka berdecak kagum. Pak Qomar pun memastikan bahwa diraport
nanti, kamelia mengatongi nilai 9.
Pelajaran bahasa
Indonesia pun selesai. Bel istirahat berbunyi. Datang seorang siswa laki-kaki bernama
Giant. Tak seperti arti namanya yang dalam bahasa inggris artinya: “ besar”,
dia malah kurus dan tinggi. Giant sering
menggoda kamelia.
“ Eh.., Mel. Lihat
dibawah kaki kamu.” Kata Giant.
“ Ada apa?” tanyanya.
“ Itu.., puisi kamu
jatuh!”
Giant pun berlalu
menuju kantin. Kamelia bernafas panjang. Ia melirik ke arah Giant dengan penuh
kesal. Ina dan Silvi pun menenangkannya. Mereka lalu duduk bersama diteras depan
kelasnya. Saling bercerita.
“ Oh ya, Na..kemaren
Tomi datang ke rumahku. Dia mengajakku jalan-jalan sore. Aku seneng deh karena
dia gak marah lagi sama aku. Dia tuh ya.., cowok yang paling sabar yang pernah
gue temui. Coba elu hitung Na.., sudah berapa kali gue nyelingkuhin dia?
Satu.., dua.., tiga..” cerita Silvi.
“ Wah..,rekor buat kamu
Vi..!” Ina bertepuk tangan. Silvi pun tersenyum, begitu pula kamelia. Namun
senyuman kamelia berubah sedih saat Ina bertanya prihal keadaan Satria.
“ Ngomong-ngomong
keadaan Satria gimana Mel?apa dia udah agak baikan?” Tanya Ina.
“ Kemarin saudara
dekatnya mengatakan kalau hari ini dia akan dioperasi. Hanya operasi jalan
satu-satunya buat kesembuhan Satria! Sakit usus buntu yang dideritanya sangat
parah. Ditambah lagi penyakit paru-paru yang juga parah! Membuat dia semakin
lemah! Do’akan Satria teman-teman.., aku sangat menycintainya. Dia sangat baik
padaku, dia segalanya bagiku.” Ucap Kamelia.
“ Semoga ada keajaiban
yang datang mel! Kami selalu mendo’akan yang terbaik untuk Satria.” Ina
mendo’akan.
“ Kamu harus sabar ya
Mel, semoga Allah memberikan umur panjang padanya agar kalian bisa bersama
lagi…” Silvi menambahkan.
***
Hari itu di sekolah
tampak murung. Gerimis rintik-rintik semakin deras. Ketika jam pelajaran telah
usai, kamelia pun beranjak pulang. Didepan gerbang sekolah, Kamelia melihat
bayangan Satria sedang berjalan kearahnya membawa payung, tetapi bayangan itu
menghilang saat Kamelia berlari mengejar bayangan itu. Bayangan Satria tampak
begitu nyata didepan matanya, sehingga ia sangat terkejut.
“ Ini hanya halusinasi!
Mungkin karena akhir-akhir ini otakku dipenuhi dengan Satria! Ya Allah
sembuhkan Satria.. jangan biarkan dia menderita. Sembuhkanlah penyakitnya ya
Allah…”
Pukul 14.20 WIB Kamelia tiba dirumahnya. Rumahnya yang
sederhana. Ibunya sedang tidur dengan adik perempuannya benama Vily berumur 2 tahun.
Ayahnya sedang bekerja menanam sayur. Sedangkan adik lelakinya yang berumur 10 tahun,
sedang bermain bola dengan teman sebayanya. Kamelia memasuki kamarnya. Ia
membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Dimeja belajarnya telah terpajang rapi
sebuah potretnya bersama Satria. Potret tersebut menggambarkan suasana
pegunungan yang indah. Memang pada saat itu mereka sedang mendaki gunung Ciremai.
Satria tersenyum sambil membawa bendera merah putih. Kamelia jadi terfikirkan
masa-masa indah itu. Ia pun mengambil potret itu untuk ia dekap. Namun
seseorang yang mengetuk pintu rumahnya telah mengagetkan dirinya, sehingga
fotanya bersama Satria terjatuh.
Serpihan-serpihan bekas
kaca bingkai foto tersebut ia biarkan saja dilantai. Kamelia bergegas membuka
pintu. Rupanya yang dating adalah kerabat dekat Satria.
“Iya bi, ada apa ya?’
Tanya Kamelia.
Dilihatnya mereka yang
datang. Matanya sembab seperti habis menangis. Kamelia dalam hati menahan
penasaran. Ada sesuatu yang terjadi pada mereka! Sesuatu yang menyedihkan
kiranya.
“ Coba ceritakan pada
saya, ada apa dengan kalian?”
“ Kamelia, kami ingin
menyampaikan berita duka..” kata bi Sari kakak ipar Satria.
“ Apa?” Tanya kamelia
dengan nada rendah.
“ Mel, Satria meninggal
dunia..”
Oh
Tuhan!
Apakah ini hanya mimpi?
Biarkan ini menjadi mimpi buruk! Jangan biarkan ini terjadi, ia ingin mengulang
lagi masa-masa bahagianya dengan Satria. Bola matanya berkaca-kaca. Hatinya
perih bagaikan ditusuk duri. Hanya ada kenangan indah yang bersimpul dimemorinya.
Senyum manis bibir Satria mengelilingi matanya. Ia ingin menghentikan waktu,
lalu mendorongnya kembali. Kembali pada saat mereka memadu kasih.., kembali
pada saat mereka berjanji. Berjanji setia sampai mati.
Kamelia berduka. ia
bergegas menuju kediaman Satria. Ia mengambil air whudu lalu membaca surat Yasin. Setibanya ia disana. Ia melihat
tubuh gagah yang menjadi layu dan kaku. Satria terbujur dengan kain tapih
sebagai penutupnya. Air mata Kamelia deras tak terbendung. Dirinya berkata
untuk berhenti menangis, tapi airmata itu mengalir dengan sendirinya.
Kenangan bersamanya
terusik lagi. Bayangan saat Satria mengaji dipengajian terlintas. Lelaki sebaik
dirinya telah berpulang. Allah yang maha pencipta memangginya untuk
selama-lamanya. Andai ia dapat
membangunkannya dari tidur panjang? Akh, tidak mungkin!
“ Sayang bangun..,sudah
sore! Jangan tidur terlalu lama. Ini aku ada disampingmu.., bangunlah aku telah
datang!” suara itu ada didalam batin Kamelia.
“ Ya Allah terimalah
amalan dan ibadahnya. Dan maafkanlah segala khilaf dan dosanya. Tempatkanlah
dia pada peraduanMu yang damai.., cintai dan kasihilah dia! Kabulkanlah do’aku
ini. Amin.” Kamelia menghapus airmatanya. Ia kemudian menghampiri ibunda
Satria. Ibu Aya sedang menangisi putra sulungnya. Ia menggenggam baju milik
Satria. Ketika kamelia dating, ia berurai air mata sambil memeluknya.
“ Na, Kamelia.., Satria
sudah pergi! Ia telah menyusul bapaknya yang lebih dulu disurga. Sekarang ibu
hanya sendiri, rasa-rasanya ingin mati saja!” kata ibu Aya, ibunda Satria.
“ Istigfar bu.., jangan
ngomong begitu. Ikhlaskan kepergiannya. Masih ada aku yang menemani ibu. Kita
harus kuat bu!” air mata mereka tidak pula padam. Tangis pecah diruang itu.
Seandainya itu hanya
mimpi.., mungkin mereka tidak akan seperih ini. Mereka tidak bisa untuk tidak
menangis, orang yang dicintainya telah mati. Sebentar lagi, tanah akan
menguburnya selama-lamanya. Dan tidak ada lagi canda-tawanya. Hanya kenangan
yang tersisa yang datang saat malam-malam tiba.
Ibu Aya sudah agak
tenang. Mba Anah selaku kakak Satria memeluknya erat-erat. Kamelia keluar dari
ruang itu. Ia duduk didepan pintu, meratapi sedih. Disalah satu sudut ruangan,
ia melihat poster berukuran besar yang didalamnya terdapat gambar Satria.
Poster tersebut mengingatkan tentang bahaya global warming yang telah melanda
dunia. Satria adalah salah satu pecinta alam sejati. Hobinya yaitu mendaki
gunung dan menanam pohon disana. Atas kebaikannya tersebut, banyak
pengikut-pengikutnya yang merasakan kehilangan yang mendalam.
Gerimis
sudah reda. Kamelia ikut mengantar Satria ke peristirahatannya yang terakhir.
“ Selamat jalan cinta
dan sayangku. Aku akan merindukanmu. Bahagialah disana,hiduplah ditanah
lapangmu dengan bahagia. cepat atau lambat aku harap kita akan dipersatukan
kembali dalam kisah cinta yang kekal abadi. Selamat jalan Satria… “ ucap
Kamelia pada batu nisan bertuliskan Satria bin Ikhsan, 1988-2005.
Setelah itu ia kembali
ke rumah duka. Ia berjalan seperti orang ling-lung. Hilang tenaganya!. Matanya
merah airmatanya kering. Sesampainya disana, paman satria baru saja datang dari
subang. Ia mengenal dekat dengan Kamelia, sehingga pada saat ia menjumpai Kamelia,
paman tersebut memeluknya.
“ Mel, sabar ya?
relakan kepergiannya. Satria sudah damai dipangkuannya. Kamu harus jadi wanita
tegar. Meski ini sangat berat, tapi apa daya hidupnya dan hidup kita tidak
sealam. Cepat atau lambat kita pun akan menyusulnya” kata paman
Kemudian kamelia pamit pulang pada mereka. Ibunda
Satria mengantarnya sampai ia pergi.
“ Mel, hati-hati ya
mengendarai motornya! Kamu harus jenguk ibu sering-sering..,” kata ibu Aya.
“ Iya, bu. Ibu yang
sabar ya, kita ikhlaskan kepergian Satria!”
Kamelia pun pulang.
***
Sesampainya dirumah ia
mandi, kemudian solat ashar. Khusuk sekali ia berdo’a. Airmatanya membasahi
sajadah. Setelah ia mengaji surat Yasin, ia mengambil tasbih lalu berzikir.
Sampai ia tertidur. Sampai jam 5 sore menjelang ia masih berada ditempat sholat
dalam keadaan lelah. Lalu ibunya datang untuk membangunkan kamelia.
“ Mel, cepat bangun…,
dari siang kamu ibu perhatikan belum makan! Ada apa sih?” Tanya ibunya
penasaran.
“ Tidak apa-apaa
bu, hanya kelelahan!”
Kamelia menyembunyikan
kedukaannya. Bila ibunya tahu bahwa ia terpukul karena kepergian Satria, ibunya
akan marah. Karena sejak semula mereka berpacaran, ibunya tidak pernah
memberikan restunya untuk mereka. Kata-kata yang dulu diucapkan oleh ibunya
selalu terngiang ditelinganya.
“ Mel, jangan kamu
dekati lagi anak bernama Satria itu! ibu tidak sudi dunia-akhirat melihat kamu
dekat dengannya! Dia itu tidak pantas untuk kamu mel! Lagi pula kamu sedang
sekolah! Anak sekolah tidak boleh berpacaran!. Mel, dia itu orang miskin, ibu
minta tolong padamu dengarkan nasihat ibu!”
“ Alasan ibu tidak
masuk akal! Bukankah kita juga orang miskin bu?”
“ Kalau kamu sadar kita
ini orang miskin, kamu jangan dekati dia lagi! Apa jadinya jika orang miskin
menikah dengan orang miskin?”
Begitulah percek-cokan
mereka pada kala itu. Selama lebih dari 2 tahun mereka menjalin hubungan, telah
mereka lewati berbagai halangan. Janji Satria kepadanya masih terngiang.
“ Mel, hanya kematian
dan ketidakpercayaan yang akan memisahkan cinta kita berdua! Mylove only you
forever!” janji Satria.
Sore yang kelabu tersebut,
Kamelia hanya memakan sesuap nasi. Ia lebih memilih untuk sendirian didalam
kamarnya, menikmati bayangan-bayangan masa lalu yang masih terasa sulit untuk
dilupakan.
***
Esoknya saat ia hendak
berangat kesekolah, ia mendapat surat dari teman akrab Satria. Dari kak Beny.
“ Mel, ada titipan buat
kamu.” Kata kak Beni menyerahkan selembar surat.
“ Apa?”
“ Ini.., surat dari
Satria sebelum ia meninggal.”
Kameliapun menerima
surat dari kak Beni. Hatinya bergetar menebak issi apakah yang Satria tulis
sebelum maut menjemputnya? Kamelia pun membuka perlahan surat tersebut lalu
membacanya.
To
: mylove beloved.
Sayangku
Kamelia, aku merasa akhir-akhir ini hari tidak seindah dulu. Mentari tak ramah
menyapa kita. Selalu ada mendung berarak, dan gerimis yang datang. Mengapa
hatiku kalut seperti ini. Ada ketakutaan menyusup dibalik nadiku, ketakutan
yang seakan-akan merampas semua waktuku. Aku takut kematian akan terjadi
padaku, aku belum siap mel! Seandainya Allah ta’ala mengizinkanku untuk hidup
lebih lama, aku ingin memperbaiki diri dan membahagiakanmu Mel.
Ketika
ku gerakan tubuh malang ini, ku sadari aku tidak sekuat dulu. Sakit ini
menjadkanku payah. Maaf kan aku Kamelia aku bukanlah batu karang yang tegar
menerjang badai dilautan!. Aku lelah dengan pembaringan ini mel, aku ingin
lekas sembuh…, aku ingin bercanda dan tertawa denganmu lagi. Berkejaran dipantai
bermain pasir. Kapan kita mengulangnya? Aku rindu padamu Mel. Aku ingin
bertemu!. Namun sepertinya harapanku hanya sebatas semu. Karena saat aku
menulis surat ini, sakitku sudah merajai seluruh tubuh ini. Sakitnya kerinduan
dan sakaratulmaut yang akan menjemput rasanya sama saja. Aku sangat mencintaimu
Mel. Maafkanlah aku yag harus pergi meninggalkan mu. Namamu akan ku bawa
kemanapun aku pergi. Selamat tinggal Kameliaku, sayang ku, kekasihku…
Satria
Mylove
only you forever
Kamelia menangis lagi.
Kak Beny merasakan kesedihan yang terpancar dari raut kamelia. Sebagai sahabat
Satria, kak Beny pun merasakan kehilangan yang mendalam.
“ Bawa ini Mel, kamu
memerlukannya!” kak Beny memberikan sapu tangannya. “ cepat naik Mel, saya
antar kamu ke sekolah!” kak Beny mengantar Kamelia sampai ke sekolahnya.
Sejak kematian Satria, Kamelia
mengalami hari-hari sepi. Senyumnya tak sama seperti dulu. Meski Satria telah
pergi, tapi cintanya akan selalu abadi. Fotonya masih ia simpan lengkap dengan
surat-surat cintanya. Termasuk bunga edelwis yang Satria petik dari puncak pegunungan Ciremai. Edelwis tersebut ia taruh
didalam vas bunga kecil dan meletakannya dilemari kaca. Seperti cinta mereka,
bunga edelwis pun mewangi dan abadi.
Pertemuan Candra, Kamelia dan
Yosi
Dua tahun sudah
berlalu. Kesepian telah menjubahinya segenap kebiasaan. Kamelia tidak lagi memikirkan so’al cinta. Fokusnya
kini hanya pada sekolah. Meski wajah ayu dan inner beautynya sanggup memperdayakan
semua lelaki. Kamelia bagaikan bunga mekar dipagi hari, membuat mereka ingin
memetiknya. Alangkah sempurnanya kamelia.
Siang itu matahari
dengan sengit menyinari. Kamelia baru pulang dari sekolah. Keringat mengucur
dari pelipisnya. Ia memasuki kamarnya, lalu ditaruhnya tasnya dimeja belajar. Kemudian
ia berganti pakaian, lalu mencuci wajahnya. Ketika ia pergi ke dapur,
dilihatnya macam lauk-pauk terhidang dimeja. Ibunya telah menyiapkan segala
hidangan itu untuk Kamelia. Akan tetapi rasa lelah membuatnya memilih untuk
terlebih dahulu merebahkan dirinya diatas kasur.
Ia pun menuju kamar. Ia
lentangkan sekujur tubuhnya. Wajahnya mendongak ke atas melihati awang-awang.
Pikiranya menjelajah masalalu, namun belum sempat ia menikmatinya, tiba-tiba
terasa getar SMS masuk dihandphonenya. Ia pun membukannya.
“ Hai.., boleh saya
tahu ini no. siapa? Bls ” tulis SMS itu.
Ia pun tidak menghiraukannya, lalu kembali
merebahkan diri. Ia rentangkan tangannya seperti Isya almasih. Namun nomer yang
tak dikenal itupun lagi-lagi mengiriminya pesan singkat. Kamelia pun
membalasnya.
“ Maaf sebenarnya ada
perlu apa? Saya Kamelia.” Kamelia membalas.
“ Salam kenal, saya
Candra.” Balasnya.
Kamelia pun meletakan
handphonenya dilaci lemari. Ia tidak ingin menghiraukannya lagi. Namun nada
telpon darinya telah menggangu istirahatnya. Kamelia bangkit dari tempat tidur,
lalu mengangkat telepon dari Candra.
“ Iya, assalamualaikum…”
sapa Kamelia.
“ Walaikumsalam.
Em..,namany Kamelia ya? hallo, kenalkan nama saya Candra. Maaf saya
mengganggu.”
“ Nggak pa-pa. ada apa
ya?”
“ Pengen kenal aja!
Bolehkan? Oh, ya kamu udah kuliah apa belum?” Tanya Candra.
“Saya?”
“ Iya, siapa lagi!”
“ Saya masih SMA kelas XII
”
“ Oh, bentar lagi lulus
dong! Ada rencana kuliah dimana nih?”
“ Masih belum kepikiran
tuh. Oh ya sya putus dulu ya telponnya. Bye…” jawab Kamelia.
“ Tunggu!” teriak
Candra ditelpon.
( nut..nut..nut )
telepon pun mati.
Sejak hari itu Candra
sering mengiriminya pesan. Kamelia pun sedikit terhibur. Meski mereka belum
bertemu namun, seiring waktu berjalan
mereka seperti pena dan kertas. Saling membutuhkan. Candra berkali-kali
mengajaknya ketemuan, namun Kamelia selalu menolak. Alasannya karena ia tidak
mempunyai waktu luang. Pada saat itu sekolahnya sedang menyelenggarakan ujian
praktek. Kamelia disibukan oleh tugasnya membuat sebuah film bersama
kelompoknya.
Namun
dihari yang tidak terduga, Candra nekat menemui Kamelia disekolahnya.
“ Mel, saya ada
digerbang sekolah, kamu dimana?” SMS Candra.
“ Apa? Kok kamu nggak
bilang dulu kalau mau kesekolah saya? Saya lagi sibuk sekarang. Ada tugas
membuat film secara kelompok!”
“ Mel, keluarlah sebentar saja.., semenit saja!” Candra memohon.
“ Mel, keluarlah sebentar saja.., semenit saja!” Candra memohon.
“ Ya sudah sebentar
lagi saya kesitu.”
Kamelia pun datang. Ia
sudah didepan gerbang. Matanya celingak-celinguk mencari keberadaan Candra,
yang sama sekali tidak diketahui rupa wajahnya. Kamelia menelponnya.
“ Kamu dimana?”
tanyanya. Ia pun melihat seorang pemuda yang mengangkat telepon. Ia lalu
melirik kearah Kamelia.
“ Hai.., ini saya
Candra!” mereka pun saling tersenyum. Candra pun menghampiri Kamelia.
“ Mel, kamu lagi sibuk
banget ya? kalau orang-orang pinter tuh emang selalu sibuk!”
“ Iya nih. Tapi
sekarang teman-teman lagi pada break. Mereka pada makan dikatin!”
“Maaf ya saya
mengganggu waktu istirahat kamu!”
“ Nggak pa-pa kok!”
“ Oh ya, filmnya
tentang apa ya? pasti kamu yang jadi sutradaranya?”
“ Iya saya
sutradaranya. Filmnya tentang seorang pemuda atheis yang jatuh cinta pada
perempuan ahli agama!”
“ Wah tema yang bagus,
kalau sudah jadi saya boleh nonton?” pinta Candra.
“ Nggak janji ya…” ucap
Kamelia.
Kemudiandari jauh Silvi
berteriak :
“ Mel.., ayo kita mulai
syuting lagi!”
“ Iya, bentar lagi saya
kesana! Apa teman-teman sudah pada siap?”
Kameliapun pamit pada
Candra untuk menyelesaikan proses Syutingnya.
“ Maaf ya kak Candra,
saya harus segera kesana! Sampai ketemu lagi…”
“ Oh iya Mel, makasih
ya sudah meluangkan waktunya untuk saya… good luck buat filmnya..!”
Mereka pu berpisah.
Kamelia dan teman-temannya melanjutkan Syuting. Sementara itu dalam perjalanan
pulang, Candra tidak henti-hentinya mengingat Kamelia. Ia telah jatuh cinta
pada kamelia.
“ Kamelia adalah gadis
yang menawan. Cantik, pintar dan sangat berwibawa. Ops saya lupa menanyainya,
apa dia sudah punya pacar atau belum?” Tanya candra pada dirinya sendiri. Ia
pun mengirimi Kamelia pesan singkat.
“ Assalamualaikum,
mel.., makasih ya udah mau ketemu saya. Oh ya,ada yang marah nggak nih?” SMS
Candra. Kamelia tidak membalasnya. Padahal Candra menunggu-nunggu balasan itu.
Sampai hari berganti pun ia tidak mendapat balasan dari Kamelia.
Sudah beberapa kali
Candra menanyai kamelia prihal kekasih hatinya. Namun tak sepatah katapun kamelia
menjawab pertanyaan itu. Baginya masa lalu nya tidak pantas diketahui oleh
siapapun. Apalagi Candra yang hanya kemarin dikenalnya. Ia tahu bahwa Candra
menaruh perasaan suka untuknya. Namun hatinya masih tertutup untuk mencintai.
Meski disadari, kehadiran Candra telah membuka perlahan tirai sepi yang selama
ini menutupi hari-harinya.
***
Malam itu Kamelia
menangis. Ia mendapat kabar dari sahabat karibnya dari Singapura. Namanya
Sonia. Sonia mengiriminya sebuah pesan singkat. Sudah hampir 3 tahun Sonia
mengabdikan diri di negari singa. Ayahnya telah meninggal saat ia baru satu
tahun bekerja disana. Sonia ikut berduka cita atas kematian Satria. Satria
baginya adalah sahabat terbaik.
“ Mel, sahabatku. Apa
kamu masih ingat padaku? Aku sudah mendengar berita bahwa Satria telah meninggal dunia. Hati mu
pasti sedih. Mel, mungkin aku pun akan menyusulnya, karena sekarang aku terkena
tumor. Tumor sebesar bola ping-pong bersarang dipayudaraku!” tulis Sonia.
“ Kamu yang sabar
Sonia! Jangan pesimis. Minta majikanmu agar secepatnya kamu dioperasi, sebelum
tumor itu menjadi kankar. Berdo’alah minta yang terbaik dari Allah!”
“ Tidak bisa Mel. Majikanku malah hendak memulangkan
aku ke Indonesia. Karena operasi di Singapura sangat mahal, dan hasil kerjaku
tidak cukup untuk operasi itu. Tiket pun sudah aku beli, seminggu lagi aku
pulang!”
“ Kalau itu yang
terbaik. Sampai ketemu kawan. Di Indonesia pun kamu bisa operasi. Keluarga
besarmu pasti pasti akan menyemangatimu. Jangan menyerah!”
“ Terimakasih Mel…”
***
Seminggu kemudian Sonia
pulang. Kulitnya putih dan bersih. Rambutnya panjang, ia seperti boneka berbie.
Pagi sebelum berangkat sekolah, kamelia mengunjungi kediaman Sonia.. mereka
berpelukan. Namun nostalgia mereka hanya sebentar karena waktu menunjukan pukul
6.30 WIB, saatnya Kamelia berangkat sekolah.
“ Sonia, tunggu aku
pulang ya. aku mau cerita banyak sama kamu. Banyak sekali yang terjadi dalam
hidupku setelah kamu pergi!”
“ Ya. belajar yang giat
Mel!” kata Sonia.
Kamelia pun pergi
sekolah. Saat ia dalam proses belajar, tiba-tiba handphone Kamelia berdering.
Ia pun menjadi pusat perhatian. Semua teman-teman siswa menatap tajam kearah
Kamelia. Ibu guru yang sedang mengajar pun menegurnya.
“ Matikan handphone
kamu Kamelia!” bentak ibu Ratna selaku guru matapelajaran fisika.
“ Maaf ibu! Saya tidak
akan mengulanginya..”
Kamelia pun segera
mematikan handphonenya. Ia melihat dilayar HP bahwa barusan yang mengganggu
belajarnya adalah Candra.
Setelah hari-hari
berlalu. Sonia bercerita pada Kamelia bahwa ia membutuhkan seorang teman
lelaki. Sedangkan satu-satunya teman lelaki Kamelia hanyalah Candra. Oleh
karena Kamelia merasa tidak begitu suka dengan Candra, maka ia bermaksud untuk
menjodohkan Sonia dengan Candra. Kamelia lalu memberikan no. HP Sonia kepada Candra.
“ Ini no. siapa Mel? “
Tanya Candra.
“ Coba aja kak Candra
telpon nomer itu!” ucap Kamelia.
Candra pun menelpon
Sonia. Mereka tampaknya sangat nyambung. Mereka untuk merencanakan pertemuan.
***
Sore telah menjelang.
Lalu lintas dijalan raya itu dipenuhi kendaraan bermotor. Para pegawai,
mahasiswa, anak-anak remaja, dan lainnya saatnya pulang. Dihalaman rumah Candra
sedang memberi makan ikan-ikan dikolam kecilnya.
Namanya
Yosi, seorang perawat yang bekerja dirumah sakit RSUD Indramayu baru saja
pulang bekerja. Ia belum menjadi PNS, setahun yang lalu ia diwisuda, diakademi
perawatan PEMDA. Sama halnya dengan Candra yang juga seprofesi. Padahal
cita-citanya dahulu menjadi polisi, namun tidak terlaksana. Meskipun sampai
sekarang ia ingin sekali menjadi polisi.
Yosi
berperawakan tinggi, kulitnya putih bersih, dan ia pandai berkata-kata. Yosi
merupakan lulusan terbaik diakper tempatnya menimba ilmu. Saat melihat Candra
sedang member ikan-ikannya, ia pun mampir sejenak.
“
Hai bro..” sapa Yosi.
“ Baru pulang pak mantri?”
“ Baru pulang pak mantri?”
“
Iya nih..”
“
Bro, saya sudah ketemu sama Kamelia. Gila.., dia cantik banget! Apalagi kalau
kamu merasakan inner beautynya..”
“
Yang bener? Saya jadi penasaran nih..”
“
Nanti malam saya sama Sonia mau ketemuan sama Sonia..”
“
Siapa lagi uh Sonia?”
“
Temannya Kamelia! Mungkin Sonia akan datang dengan Kamelia. Apa kamu mau
temenin saya?”
“
Sip lah…”
Malam
pun datang.Candra dan Yosi menunggu Sonia dialun-alun kota Indramayu. Sonia pun lalu datang, tapi dia bukan dengan
Kamelia melainkan dengan Anah.
Yosi
berbisik dengan Candra.
“
Mana yang namanya Kamelia?” kata Yosi.
“
Dia kayaknya nggak datang…”
“
Yang namanya Sonia mana?” Tanya Yosi lagi.
“
Aku juga masih belum tahu bro! secara ini kan pertemuan pertama.”
Sonia pun menghampiri mereka.
“
Em…, Candra ya?” tebak Sonia dengan senyuman mengembang. Sonia jelas tahu mana
yang namanya Candra. Karena Kamelia telah lebih dulu memberitahunya bahwa
Candra mempunyai tahi lalat diatas bibirnya. Mereka saling berkenalan.
Pertemuan pertama itu membuat Sonia jatuh cinta pada Candra. Anah pun juga
menyukai Yosi. Mereka berbagi cerita. Tiba-tia HP Sonia bordering.
“
Dari siapa?” Tanya Anah.
“
Oh ini Kamelia yang menelpon.” Sonia menloud speaker HP nya. Mereka semua pun
mendengarkan pembicaraan mereka.
“
Son, sorry kami nggak bisa kesitu. Aku dan mba Maya motornya mogok! Sekarang
kami dalam perjalannan pulang, diantar ojek!”
“
Loh bagaimana bisa? Dimana kalian mogok? Kalian pokoknya harus datang” keluh
Sonia. Telpon pun terputus. Mereka semua kecewa karena kamelia dan mba Maya
tidak datang, namun Kamelia dan mba Maya tertawa terbahak-bahak karena berhasil
mengerjai mereka. Tidak beberapa lama kemudian mereka sampai. Kamelia mengumpat
dibelakang mba Maya sambil tertawa terbahak-bahak. Sedari tadi Yosi memperhatikan
Kamelia. Candra menyapanya.
“
Hai Mel..,”
“
Hai kak Candra!”
Sonia
pun menghampiri mereka.” Ketawa aja terus!, pinter ya udah bikin orang tua
jantungan!” kata Sonia.
“
Ya maaf. Kan biar seru!”
Kamelia
pun berkenalan dengan Yosi. Ia dan Candra mengobrol seru. Yosi berusaha menyela
cerita-cerita mereka. Mereka pun asyik mengobrol. Sampai tak terasa sudah jam 9
malam. Kamelia harus pulang. Pertemuan yang indah bagi Candra, Yosi, kamelia,
dan Sonia.
OPERASI
Keluarga
Sonia sudah menyiapkan bekal makan siang untuk ke rumah sakit. Dengan mobil
pribadi milik pamannya, Sonia serta keluarga besar mengantarnya kerumah sakit.
Hari itu Sonia sudah siap lahir dan bathin untuk dioperasi. Ada khawatir yang
menyelinap dimasing-masing relung hati mereka. Takut apabila operasi yang
dijalankan akan mengalami kegagalan. Mereka terus mengucap do’a, begitupun
dengan Kamelia yang senantiasa mendo’akan sahabat tercintanya. Kamelia tidak
bisa mengantarnya kerumah sakit karena saat itu telah dilaksaakan ujian
semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009.
Setelah
meminum obat bius yang diberikan dokter, Sonia tidak sadarkan diri. Ia pun
dibawa ke ruang operasi. Sementara itu keluarganya menunggu dengan sabar di
lobi rumah sakit. Selama tak lebih dari 2 jam, tim dokter berhasil mengangkat
tumor dipayudaranya.. tumor tersebut dimasukan dalam plastik, kemudian suster
memperlihatkan tumor tersebut kepada anggota keluarganya. Mba Maya pun
mengabadikan tumor itu dihandphonenya.
Lalu
Sonia sadar. Ia mempertanyakan apakah operasinya sudah dilaksanakan?. Karena ia
merasa proses operasi yang telah dilaluinya tidak sedikit pun terasa sakit. Mba
Maya pun memberitahunya bahwa tumor yang bersarang dalam payudaranya telah
berhasil diangkat. Ia menunjukan gambar foto tumor itu pada Sonia. Ia pun
bersyukur.
Kamelia
mendapatkan SMS dari maya.
“
Mel, Alhamdulilah operasinya berhasil!”
Kamelia
pun merasa lega.
Sepulang
dari rumah sakit, Sonia beristirahat dikamar. Ibunya mengiriskannya
buah-buahan. Kamelia datang menjenguk Sonia. Mereka pun bercerita banyak soal
kehidupannya.
“Mel,
sat aku di Singapura, aku mendapat firasat. Aku bermimpi tentang Satria. Dalam
mimpi ku ia pamit kepadaku. Aku bertanya pada Satria, kemana ia akan pergi?
Tapi ia hanya tersenyum kecil dan meambaikan tangannya! Seminggu kemudian aku
mendapat kabar dari mba Maya kalau Satria sudah meninggal. Mel, kamu pasti
sangat terluka!” cerita Sonia.
“Duniaku
tanpa suara, bahkan angin yang berhembus tak ku rasa. Mentari yang dengan
garang menyinari tidak menghapus kegelapanku.. sepi. Kosong. Aku terpuruk
hari-hari itu. Aku sangat mencintai Satria. Aku tidak ngin dia pergi! Tapi apa
yang bisa aku lakukan? Kini cintanya hidup dihatiku, kemarin, hari ini dan
selamanya. “ kata Kamelia bersedih.
“
Udah ah jangan menangis! Mulai hari ini kita harus bahagia! janji?”
“
Janji!” mereka pun tersenyum.
“
Oh, ya.., tadi Yosy telepon. Dia banyak nanyain so’al kamu Mel! Aku juga cerita
kalau pacar kamu sudah meninggal Mel.”
“
Apa?!”
“
Iya Mel, aku sudah menceritakan semuanya so’al kamu Mel! Yang jelas aku nggak
jelek-jelekin kamu kok Mel! ”
“
Kok diceritain sih Son? Aku kan jadi nggak enak sama Yosi. Aku Cuma nggak mau
aja dikasihani!”
“
Siapa lagi yang mau ngasihani kamu!” ucap Sonia bercanda. Lalu ia melanjutkan :
“ Yosi naksir sama kamu Mel! Kamu mau nggak sama dia? Lupain Satria Mel! Satria
sudah tenang di alamnya.”
“
Kamu ngomong apa sih? Ngada-ngada! Aku nggak mungkin sama Yosi, kita lebih baik
jadi teman!”
“
Apa yang nggak mungkin didunia ini Mel? Mobil aja bisa melaju.., kapal bisa
berlayar.., pesawat pun bisa terbang! Apa yang nggak mungkin?”
Kamelia
diam tidak menjawab. Ia hanya tidak suka dengan Yosi. Sonia pun melanjutkan
bicaranya.
“
Dan aku mau ngucapin terimakasih sama kamu karena sudah mengenalkan aku dengan
Candra. Dia orangnya asyik, suka bercanda, manis pula!”
Ada
cemburu merasuk hati Kamelia. Ia sadar ia telah menaruh rasa pada Candra. Namun
hatinya telah berjanji untuk menyerahkan Candra pada Sonia. Karena Kamelia
sangat menyayangi sahabat kecilnya itu.
***
Yosi
meminta bantuan Sonia untuk membantunya mendekati Kamelia. Sonia pun meminta
bantuan Yosi untuk mendekatkan dirinya pada Candra. Mereka pun bekerjasama demi
perasaannya. Namun tidak disadari oleh mereka, bahwa pada saat itu Candra dan
kamelia semakin akrab.
Tidak
sengaja Sonia membuka kotak inbox milik Kamelia. Ada SMS Candra yang terkesan
terlalu memperhatikan Kamelia. Ia membacanya :
“Mel,
udah makan belum? Mam bareng yuk..” SMS Candra pada Kamelia.
Sonia
pun membuka semua SMS dari Candra, termasuk item terkirim yang telah kamelia
kirim pada Candra. Kamelia pun datang. Ia mendapati Sonia sedang menggenggam
HPnya. Kamelia yang datang dengan membawa secangkir the langsung bertanya.
“
Ada apa Son?”
“
Mel, coba kamu jawab jujur. Apa kamu mencintai Candra?”
“
Em…em…” Kamelia tergagap.
“
Cepat jawab yang jujur Mel!”
“
Tidak! Aku sama sekali tidak mencintai Candra!”
“
Tatap mataku Mel! Dan jawablah dengan jujur!”
“
Untuk apa?”
“
Untuk memastikan apakah kamu jujur atau berbohong!”
Sonia menyerah. Apapun usahanya, kamelia tetap
tidak akan membuka perasaannya terhadapnya. Ia pesimis. Pantas jika Candra
menyukai Kamelia, dan bukan dirinya. Kamelia pun merasa tidak nyaman. Ia pun
menelpon Yosi. Kamelia dan Yosi berencana untuk mempertemukan keduanya. Rencana
pertemuan itu, telah dinanti-nantikan oleh Yosi. Karena sebenarnya ia ingin
bertemu dengan Kamelia.
Hari
yang dinanti tiba. Mereka berempat bertemu. Yosi dan Kamelia sengaja duduk berjauhan
dari Candra dan Sonia. Lalu mereka meninggalkan Candra dan Sonia, mereka
berjalan menyusuri alun-alun kota. Namun tidak diduga Candra marah hari itu. Ia
mencari Yosi dan Kamelia. Sedangkan Sonia begitu tegang.
“
Apa-apaan ini?” Candra kesal.
“
Saya sudah menghubungi Kamelia agar segera datang.’‘ kata Sonia menenankan
Candra.
Sonia
menelpon Kamelia untuk sagera kembali. Namun tiba-tiba hujan turun hingga Kkamelia
dan Yosi terpaksa berteduh dalam waktu yang lama. Sonia dan Candra pun membisu
menunggu kedatangan mereka. Dinginnya malam itu.., Yosi memberikan switernya
sebagai selimut untuk Kamelia. Ia ingin menyentuh jari-jari Kamelia, namun ia
malu.
“
Mel.., boleh aku bertanya?”
“
Apa? Tanya aja!”
“
Apa kamu belum bisa melupakan kekasihmu yang bernama Satria itu?”
Kamelia
menatap mata Yosi dengan tajam. Yosi pun serba salah, takut apabila Kamelia
sampai marah karena pertanyaan tersebut.
“
Maaf Mel, kalau pertanyaan itu menyinggung perasaan kamu. Sebaiknya kamu jangan
menjawabnya kalau kamu tidak ingin menjawab!” kata Yosi menambahkan.
“
Sampai saat ini aku belum bisa melupakannya!”
“
Sampai kapan Mel? Masalalu itu harus kamu lupakan! Kamu jangan larut dalam
kesedihan yang sebenarnya sudah berlalu itu. Buka hatimu untuk cinta yang lain
Mel!”
matanya merah. Yosi telah menyentuh hatinya.
“
Seandainya aku bisa dan aku mampu, aku pasti menemukan pengganti. Tapi hatiku
selalu berkata tidak!”
Sejak
pertemuan itu. Kamelia sering membayangkan Yosi. Bahkan Yosi hadir dalam
mimpinya. Dua kali Yosi hadir. Pemuda itu telah menyadarkan Kamelia untuk tidak
menutupi pintu hatinya. Hingga saat itu, Yosi selalu berusaha membahagikan
Kamelia. Ia begitu perhatian padanya. Yosi selalu meluangkan waktunya demi
Kamelia. Akhirnya, saat cinta itu tumbuh dan bersemi lebat dihati Yosi, ia pun
mengungkapkan perasaannya kepada Kamelia. Namun
hari saat ia mengungkapan cintanya, adalah hari pada saat Satria
meninggal dunia. Hal yang tak terduga itu sangat menyakitkan hatinya. Karena
bagi Kamelia, momen kematian kekasihnya tersebut adalah momen kenangan
terakhir, dan kenangan terakhir itu tidak boleh dinodai dengan kehadiran lelaki
lain.
“
Aku tidak bisa jadi kekasihmu Yos! Tolong jangan ganggu aku lagi. Aku ingin
sendiri!”
Yosi
sama sekali tidak tahu kalau hari itu adalah hari duka bagi Kamelia. Oleh
karena itulah sikapnya berubah menjadi dingin. Tapi Yosi tidak patah arang. Ia
terus berusaha menepati relung hati Kamelia. Waktu demi waktu berlalu, hati Kamelia
pun luluh atas buah kesabaran Yosi. Dimatanya Yosi adalah pemuda tangguh penuh
pendirian.
Dikit
demi sedikit Kamelia belajar mencintai Yosi. Ia mencoba mempercayai Yosi dengan
seluruh jiwa raganya. Sampai akhirnya mereka menjalin sebuah kisah
asmara.Kamelia pun mendapat pengganti. Seorang pemuda yang dipercaya akan
membangun kembali menara surga yang telah roboh.., membangun kembali kisah yang
indah. Saat Kamelia menangis, kini ada Yosi yang menghapus air matanya. Getar
cinta makin terasa. Ia ingin membalut luka dihatinya, mengisi hari-hari Kamelia
dengan segudang kebahagiaan.
aku janji akan membalut lukamu, menghapus air
matamu dan ku lebarkan senyumanmu…
Laksana supernova
Seakan-akan
ia telah menemukan mata air ditengah sahara. Mata air yang selama ini menjadi
satu-satunya harapan untuk sebuah kehidupan berarti! Bagaikan surgaloka yang
tak tergambar, begitulah perasaannya saat untuk kedua kalinya ia menemukan satu
pemuda yang dicintai dan yang mencintainya. Wangi pelangi meriasi hari-hari, setelah
sekian lama hujan turun. Air matanya bukan lagi cerita yang membasahi
kitab-kitab dongengnya. Kebahagiaan yang datang, membalut luka hatinya. Senyum
itu pun lebar bagai mekarnya magnolia. Sinar-sinar terpancar dimatanya,
cerminan maha sempurna supernova. Bintang segala bintang!
“
Kamelia.., akan ku hapus air matamu dan ku lebarkan senyummu! “ janji Yosi.
Janji
manis itu tersimpan dibenaknya. Ia tidak lagi ragu untuk memberikan segenap
cintanya pada Yosi. Lebar pintu hatinya terbuka. Cinta Yosi baginya nafas yang memberikannya
makna hidup untuk yang kedua. Meski bayangan Satria selalu hadir saat mereka
bersama. Namun kesungguhan Yosi meyakinkannya bahwa dialah cinta terakhir. Yosi
menata serpihan-serpihan cinta yang berkeping, menjadi satu bangunan kokoh
bagai batu karang.
Dikamar
Kamelia masih terpajang foto Satria. Senyumannya seakan hidup. Membawa Kamelia
pada masa lalu. Nyanyian cinta sejati bergema ditelinganya, suara Satria
terdengar merdu. Satria seakan membisikan kata-kata cinta! Difoto itu Satria
tersenyum sambil memetik gitar, 2004 silam. Difoto itu ia keren dan sangat
hebat..! Secepat kilat bayangan itu sirna. Kamelia kembali membuka matanya yang
tersihir oleh kenangan. Kemudian ia membuka almarinya, bunga edelwis berpita
merah terpang-pang dalam vas bunga kaca. Harumnya sangat terasa, menyentuh
sanubarinya. Ia melihati edelwis itu, lalu membuka tumpukan-timpukan buku, ia
mencari sebuah diary terakhir milik Satria.
Diary
2005. Disana ia temui foto-foto kenangannya bersama Satria. Ada puisi cinta
dari Satria untuknya.
Adakah untukku pilihan lain
Saat aku
bahagia bersamamu
Kau genggam jemariku…
Adakah lorong waktu
Kembali pada hari itu
Adakah?
Kau bayang semu dalam mimpi
Harapan tak kan pernah jadi nyata
Ku sentuh kabut malam ini
tanpa hadirmu : sepi, sunyi, sendiri!
Dibawah puisi itu
terdapat pula kata-kata Satria:
“Ya
Tuhan, ada apa dengan hidupku? Memikul beban yang tidak bisa ku tanggung.
Wajarkah seandainya air mata ini senantiasa mengiringi cerita hidupku?
Kerinduan yang tidak bisa ku tahan pada kekasihku. Ingin rasanya aku tidur,
dari waktu membinasakan kalbu. Hingga pada saat aku terbangun, berharap semua
akan menjadi indah. Keadaan yang membuat ku nelangsa!
Apakah
kekasihku juga merasakannya? Jalan setapak dan berliku yang aku lalui teramat
jauh dan lelah. Dihati selalu bertanya apakah aku sanggup? Pembaringan ini,
kesepian ini menuntut ku untuk menangis. Ketika malam datang menyusun bintang-bintang dan, bulan menjadi sahabatku.
Aku bercerita pada mereka tentang kekasihku, Kamelia. Ingin ku hadirkan
senyumannya didalam mimpiku.., manis sekali dia…”
Kamelia
menghirup nafas panjang, hatinya koyak. Sudah menjadi tekadnya untuk mengubur
indah masalalu. Ia ingin Yosi menjadi satu-satunya nama yang tertulis
dihatinya. Satu persatu kenangan itu ia kubur. Semua benda yang mengingatkannya
pada Satria, ia masukan dalam ransel kecil. Diary-diary itu, foto-foto, surat-surat
cinta, liontin, dan kemeja Satria. Kemeja tersebut selama ini masih ia pakai
menjelang tidur, untuk menghadirkan satria dalam bayangannya. Satu yang amat
berat ia masukan didalam ransel, yaitu edelwis.. ia pun tetap membiarkan
edelwis itu berada didalam lemari. Tanda abadi.
Perjuangan
Satria memetik bunga edelwis tidaklah mudah. Ia mendaki pegunungan Ciremai
selama 3 hari 3 malam. Katanya ia sampai kehabisan bekal makanan hingga
terpaksa mencari ubi maupun singkong seadanya untuk dikonsumsi. Satria berjanji
akan memetik bunga itu sebagai oleh- oleh untuk Kamelia sebagai bukti
perjuangannya. Subhanallah.
setelah
semuanya selesai, Kamelia pun beranjak tidur. Ia ditemani siaran radio yang
saat itu membahas tentang cinta pertama. Ia tidak menghiraukannya, lalu
mematikan radio itu dan beranjak tidur. Malam itu baginya malam yang panjang.
Karena ia sedang menantikan pagi. Pada pagi hari nanti ia dan Yosi merencanakan
sebuah pertemuan. Ia merangkai episode indah bersama kekasih tercintanya, Yosi.
Kencan
tersebut untuk pertama kali setelah mereka jadian. Yosi libur kerja selama dua
hari, waktu luang itu hanya untuk Kamelia. Perjalanan panjang menuju rumah
kamelia pun ia tempuhi. Cinta mereka bagai nyala api yang berkobaran.
Kebahagiaan yang dinanti mencapai puncak. Senyuman Monalisa yang tak pernah
pudar kini menghiasi Kamelia.., keadaan saat setiap detiknya adalah permata.
Hari
perjanjian u tiba. Kamelia menunggu Yosi menjemputnya. Ia duduk manis di depan
rumah, menunggu sang kekasih.
Yosi menelpon.
“
Sayang dimana rumahnya?”
“
Didepan mushola. Berpagar besi berwarna emas. No. 17 “
“
Wah kayaknya kejauhan! Harus muter balik nih…” Yosi pun memutar balik motornya.
Ia pun mencari-cari rumah Kamelia. Dijalan Kamelia menunggu, mereka pun
bertemu.
“
Hai sayang..” sapa Yosi tersenyum penuh rindu.
“
Hai.., tadi sampai mana pak perawat?
Pasien baru lagi nunggu disana? atau nenek-nenek minta disuntik?” canda Kamelia
membuat Yosi tertawa.
“
Tadi itu pangeran sedang mencari persinggahan tuan putri.., eh ternyata ada
disini. Sekarang pangeran telah datang. Silahkan menunggang kuda, akan ku bawa
kau ke tempat yang indah.”
“
Dengan senang hati.., “ kata Kamelia sambil menjunjung roknya, mengiyakan
ajakan Yosi.
Mereka
melihat cinta dimata itu. Yosi mengangkat tangannya lalu berkata :
“
Sayang, tahukah mengapa tuhan menciptakan ruas-ruas diantara jari jemari kita?”
Kamelia
menggelengkan kepala. “ kenapa?” tanyanya ingin tahu.
“
Karena suatu hari nanti akan ada seseorang yang mengisi ruang-ruang itu.”
Kamelia
tersenyum.
“Seperti
tangan kita yang menyatu. Tolong jangan lepaskan tanganmu. Aku ingin selalu
bersamamu. “ pinta Kamelia.
“
Tidak akan! Aku pun begitu ingin selalu bersamamu.” Yosi mengecup tangannya
lalu mencium keningnya.
Senja
mulai terbenam. Dipantai itu terukir kenangan. Gemuruh ombak yang bertabuh,
menyanyikan lagu asmara, buih mengukir namanya. Dipantai pasir putih mengukir
kebahagia.
Hari-hari
menyenangkan dalam hidup sudah mereka lewati. Beruntung rasanya menemukan sosok
seperti Yosi. Pemuda yang pengertian dan penyayang. Hari selanjutnya saat malam
menjelang. Mereka dilanda kerinduan. Sesudah pertemuan pertama itu, selanjutnya
mereka tidak lagi bertemu. Karena jadwal kerja Yosi yang sibuk.
Malam sehabis pulang kerja, jam 08.15 WIB.
Dikamarnya Yosi merebahkan diri. Udara dingin menyentuh kulit. Wangi kamelia
terasa. Ia ingin memeluk gadis pujaannya, hingga berguguran daun-daun kerinduan
yang bersemi dihatinya. Ia mengambil handphonenya, membuka phonebook. Nama
Kamelia berada diposisi paling atas. Ia menelponnya. Namun yang terdengar hanya
suara operator.
“
Maaf, nomer yang anda tuju sedang sibuk!” berkali-kali ia menghubungi kamelia,
tapi tidak ada jawaban. Air mata rindupun mangalir, karena rindu yang dalam.
Ternyata pada saat itu Kamelia pun
mencoba menghubungi Yosi. Mereka dilanda badai kerinduan. Sesak sekali dada,
ingin rasanya menyentuh purnama namun apalah daya. Cinta apa yang sebenarnya
datang melanda mereka? Kenapa ruang dan waktu tidak memihak pada mereka?
Padahal ia ingin sekali bertemu. Saling memandang matanya, yang menyiratkan
sejuta makna cinta.
Mereka
kemudian memandangi bintang-bintang, ada satu bintang yang paling terang
berkelap-kelip. Sunyi sekali malam itu. Nyanyian jangkrik yang bernyanyi juga
menyeru kerinduan. Jam 21.00 WIB Kamelia menelpon Yosi, Yosi masih memandangi
langit dari jendela kamarnya. Saying, ia tidak mendengar panggilan dari HPnya.
Karena HPnya telah ia letakan dibawah bantal. Dua kali Kamelia menelpon, sampai
ia tertidur.
Jam
22.00 WIB Yosi memeriksa handphonenya.
Ia temukan 2 panggilan tak terjawab dilayar handphonenya. Saat Yosi menghubungi
balik Kamelia, ia pun sudah tertidur. Yosi pu mengiriminya pesan singkat.
“
Cinta.., udah bobo ya? met bobo ya? mimpiin aa ya?”
Kerinduan
mereka tidak terobati. Hanya satu do’a melelapkan tidurnya:
“ Tuhan, pertemukan
kami dalam mimpi yang indah!”
***
Kamelia
jatuh sakit. 2 hari ia tidak berangkat sekolah. Yosi sangat khawatir. Ia
meminta temannya untuk menggantikannya ‘jaga malam’. Hari itu Yosi datang
menengok Kamelia lalu memberi Kamelia obat untuk sakitnya. Kamelia pun
segera sembuh. Melihat kesungguhan Yosi, kamelia jadi yakin bahwa Yosi merupakan pelabuhan terakhir
untuknya. Ibunya Kamelia sangat menyukai Yosi, arena Yosi adalah lelaki yang
pandai mengambil hati seseorang. Dulu, saat Kamelia berhubungan dngan Satria
ibunya selalu melarang. Alasannya, karena Satria tidak mempunyai keahlian dan
miskin. Wajar jika sekarang ibunya menyukai Yosi, dia sudah menjadi pegawai,
mandiri, dan bertanggung jawab.
Ketika
Yosi mendapat libur, ia berjanji akan datang bersama Kamelia. Ia membawa
Kamelia berkeliling kota Indramayu. Mereka mengenang pertemuan pertamanya
dialun-alun. Mereka duduk dibangku, sambil bercerita. Saat sedang aysik
bercerita, seorang penjual kacang rebus berlalu dihadapan mereka. Yosi pun
menarik tangan Kamelia untuk mengejar si peagang kacang rebus.
Yosi
pun membuka dompetnya. Didalam dompet itu terselip seorang perempuan,tapi bukan
foto Kamelia. Tak sengaja Kamelia melihat foto tersebut, hatinya cemburu. Kamelia
ingin bertanya, namun ia takut dirinya bisa marah, dan apabila dirinya marah,
maka sulit baginya untuk meredakan emosi. Kamelia diam. Peasaannya berubah 180
derajat, untuk tersenyum pun bibirnya kelu. Saat Yosi bertanya sesuatu pun ia
hanya menjawabnya singkat. Mata Kamelia berkaca-kaca hampir saja menangis,
namun ia segera menghapusnya. Ia hanya tak ingin jika Yosi tahu kalau ia
cemburu.
“
Sayang, lihat deh bulan yang mengintip dibalik pohon cemara, pasti ia iri
melihat kita.” Kata Yosi mencoba romantis.
“
Kamelia hanya meliriknya, kemudian mengiyakan perkataannya.
“
Oh ya sayang, kamu haus nggak? Aa beli minuman ya?!”
“
Jangan! Nggak usah..” cegah Kamelia. Kamelia yang semula berdiri, kini duduk
lagi dibangku itu. Yosi pun mengikuti. Kacang rebus yang barusan dibeli itu ada
disisi mereka. Pikiran kamelia kini dihinggapi pertanyaan tentang siapa
sebenarnya foto perempuan didompet Yosi?. Yosi merasakan ada kejanggalan yang
terjadi pada diri Kamelia, ia pun menggenggam tangan kekasihnya itu, namun Kamelia
menepisnya.
“
Sayang, kenapa?kok nangis?.... sayang?” Tanya Yosi khawatir.
“
Aku tidak apa-apa!” kamelia masih membungkam. Yosi mendekatkan dirinya, lalu
memeluk Kamelia. Kamelia pun membalas pelukan Yosi, lalu menangis didadanya.
“
Sayang, ada apa? Maafkan Aa jika ada yang salah!” kata Yosi seraya membelai
rambut panjang Kamelia. Kamelia tersedu-sedu. Ia lalu bertanya :
“
Didompet Aa, siapa perempuan itu?” kata Kamelia.
“
Oh..,” Yosi membuka dompetnya dan mengambil foto itu.
“
Kamelia sayang, foto ini tidak berarti apa-apa buat Aa. Dia sebenarnya mantan
Aa dulu sewaktu masih SMA. Aa hanya lupa tidak segera membuangnya! Sekarang,
tolong percayalah pada Aa! Aa sangat mencintai Kamelia!” Yosi menyobek foto itu,
dihadapan Kamelia. Yosi merasa bersalah, hatinya juga merasakan sakitnya cemburu, seperti yang Kamelia
rasakan!
“
Kamelia, jangan menangis lagi. Aa jadi ikut nangis!”
Kamelia
memandang bola mata Yosi yang juga berkaca-kaca. Yosi lalu tersenyum, ia pun
menghapus air mata Kamelia. Ia pun mencium keningnya, lalu memeluknya
erat-erat. Bintang dan bulan diatas langit menjadi saksi romantisme kisah
mereka.suara angin malam bagai alunan biola yang indah. Yosi berjanji untuk
selalu membahagiakan Kamelia. Ia tidak ingin membuatnya menangis dan bersedih.
***
Hari
berganti hari. Mereka seperti didalam dekapan sayap bidadari. Terasa hangat dan
damai. Mereka dijunjung oleh segerombolan Pegasus, untuk dibawanya ke langit
tertinggi, tempat maha keindahan bernaung. Bumi, laut, udara, gunung, telah menjunjung
mereka..! Tidak ada yang mengalahkan cintanya kecuali kehendak Tuhan. Semoga
kebahagiaan abadi, pinta Kamelia.
KEDATANGAN ANGEL
Di
rumah sakit umum daerah indramayu atau
yang biasa disebut RSUD, dua suster baru diterima magang kerja. Mereka adalah
Angel dan Vina. Mereka adalah adik kelas Yosi saat masih kuliah. Angel memendam
cintanya kepada Yosi selama hampir 3 tahun. Angel sangat bahagia, saat ia dan
Yosi dipertemukan dalam satu pekerjaan di RSUD. Bunga-bunga cinta yang dulu
sempat layu, kini bersemi lagi.
Angel
adalah gadis cantik. Kulitnya putih dan tubuhnya semampai. Angel merupakan
putri semata wayang dari salah satu anggota DPRD kota Indramayu. Sebenarnya
banyak lelaki yang naksir pada Angel, tapi ia hanya menginginkan cinta Yosi. Ia
berjanji akan sekuat tenaga untuk mendapatkan cintanya, walau ke china akan ia
kejar!!!.
“
Vin, itu dia orang yang selama ini aku cari-cari?”
“
Dia siapa?” Tanya Vina.
“
Yosi..! kamu ingat kan pada senior kita dulu yang keren…”
“
Mana?” Vina celingukan mencari sosok Yosi.
“
Yah Vin…, do’I mau pulang tuh!”
“
Depat kamu samperin!”
Angel
pun mengejar Yosi yang hampir pulang. Sepatu hak tinggi yang dipakainya,
membuat kakinya terkilir. Namun ia berlari, terus berlari. Sementara itu Yosi
telah menancapkan gasnya. Ia pun berlalu. Angel melepas sepatunya, ia berlari
mengejar Yosi. Melalui kaca sepion, Yosi melihat bayangan Angel, namun ia
menghiraukannya. Merkapun semakin jauh. Yosi terus melaju, tanpa harus peduli
pada perempuan yang tidak dikenalinya itu. Angel kelelahan, ia pun berhenti. Ia
duduk di sebuah pohon rindang.keringat bercucuran melalui pelipisnya.
Hayalannya
jauh melayang pada masa lalu. Masa ketika Yosi membimbingnya OSPEK. Tidak
terasa waktu berputar begitu cepat. Rasanya baru emarin ia melihat Yosi, dan
jatuh cinta padanya. Sudah berpuluh-puluh surat cintanya tidak terbalas, begitu
pula dengan cintanya. Dunia terasa berhenti berputar kala itu. Ada sepasang
burung gereja yang mengambil alih perhatiannya, ia menatapi burung gereja yang
sedang bercengkrama didahan-dahan pohon itu. Ia tersenyum,. Akan tetapi,
hatinya merasa sakit, sakit karena cintanya kepada Yosi tidak pernah terbalas.
Angel menangis.
Vina
menyusul Angel dengan menaiki sepeda motornya. Ia melihat Angel sedang
menangis. Vina merogoh kantongnya untuk memberikannya tisyu. Kemudian ia duduk
bersebelahan dengan Angel dibawah pohon itu. Vina membaca mata Angel.
Sepertinya dimata sahabatnya itu
tersirat maha cinta untuk Yosi. Vina memeluk Angel, menenangkan dirinya.
“
Sabar La, kamu pasti bisa mendapatkan Yosi! Lihat dirimu? Apa sih yang kurang?
Kamu cantik, baik, pintar…, semua lelaki menyukaimu! Seandainya sejak semula,
kamu katakan secara baik-baik prihal perasaanmu itu.., mungkin Yosi akan
menerimamu. Namun sayang.., kamu hanya berani mengiriminya surat kaleng! Ah..,
sekarang kamu jangan khawatir, besok atau lusa atau mungkin hari-hari yang akan
datang, kamu akan mempunyai banyak kesempatan
untuk mendapatkan perhatian dari Yosi!” ucap Vina.
“
Terimakasih Na.., sungguh kamu sahabat yang terbaik!” Angel memeluk Vina.
Hari
menjelang sore. Mereka masih duduk ditempat yang sama. Tukang baso keliling
berhenti didepan mereka. Angel pun mentraktir Vina makan baso. Lampu-lampu
dijalan mulai menyala, suara adzan terdengaar merdu. Mereka segera pulang untuk
menunaikan ibadah sholat magrib.
***
Esokya
Angel berangkat kerja dengan penuh semangat. Sepatu yang ia kenakan adalah baru, yang membuatnya semakin percaya
diri. Ia melangkah dengan pasti, tersenyum pada semua orang. Hatinya bertekad
agar menang dalam perjuangannya, mendapatkan perhatian Yosi.
Setelah
Angel memarkirkan motor matic kesayangannya, ia lalu menuju ruang perawat. Di lobi,
ia melihat Yosi sedang berjalan dilorong. Hatinya deg-degan. Ia menemukan ide.
Dengan ide tersebut, ia berharap akan menjadi dekat dengan Yosi. Bergegas ia
keluarkan buku-buku dari dalam tasnya untuk ia pegang. Dari balik tembok, ia
menunggu kedatangan Yosi. Saat Yosi semakin dekat ia pun mengambil
ancang-ancang. Pada saat itu Yosi sedang membaca SMS. Angela pun menabrak Yosi…
Handphone
Yosi pecah jadi dua. Buku-buku Angela berantakan kemana-mana. Angela jatuh
tersungkur, sedangkan Yosi merasa bahwa kejadian itu begitu cepat.
“Aduh…
maaf, ini salah saya! Tolong maafkan saya! “ ucap Angela sambil membereskan
buku-bukunya.
“
Tidak. Saya yang salah! Aduh saya jadi tidak enak!” Yosi pun ikut membereskan
buku-buku milik Angela. Kemudian yosi mengambil handphonenya yang jatuh.
Diselipan buku itu Yosi menemukan foto Angela semasa OSPEK, ada diri Yosi dalam
foto tersebut.
“
Oh, dari AKPER PEMDA juga ya?” taya Yosi. Angelapun mengiyakan pertanyaannya.
Saat tidak sengaja mata mereka bertatapan, Yosi pun jadi teringat akan Angela.
“
Sepertinya saya kenal? Kalau nggak salah nama kamu Angela kan?” tebak Yosi
sambil berusaha membangunkan Angela.
“
Ya. saya Angela.”
Dari
UGD salah satu dokter memanggil Yosi. Ia pun meninggalkan Angela, dan
menghampiri dokter.
“
Iya dok, ada apa?” Yosi menghadap dokter.
“
Bantu saya menyiapkan infus dan tabung gas, diruang operasi!” perintah dokter.
“
Baik dok!”
“
Terimakasih!”
Sementara
itu Kamelia mencoba menelpon Yosi, namun nomernya tidak aktif. Ia resah. “
mungkin baterainya habis. “ dugaannya. Kamelia menunggu telpon dari Yosi.
Kemana-mana pun ia genggam HP’nya. Sampai
ia tertidur.
Keesokan
harinya, masih tetap tidak ada kabar dari Yosi. Saat Handphonenya berdering, ia
bergegas mengangkat telpon itu yang ternyata bukan dari Yosi.
“
Kemana sih a Yosi? Sudah dua hari dia nggak kasih kabar?” Kamelia hanya takut
jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kemudian ada lagi nada SMS
masuk. Kamelia pun membukanya. Lagi-lagi bukan dari Yosi, ia kecewa. Kamelia
pun menghubungi Yosi untuk kesekian kalinya. Tapi hanya suara operator yang
bicara.
Setelah beberapa hari
menunggu kabar dari Yosi, akhirnya Yosi
mengirim SMS.
“
Assalamualaikum sayang, ni Aa maaf ya baru bisa menghubungi kamu, ini juga
pakai nomer teman. Hp Aa lagi diservis!”
Kamelia
pun membalas.
“
Syukurlah ada kabar. Aku hanya khawatir! Ya udah selamat bekerja ya…I love you
”
Hubungan
mereka sampai saat itu masih baik-baik saja. Kamelia pun menghadapi ujian akhir
nasional dengan lancar. Ujian akhir sekolah dan ujian praktik akan dilaksanakan
setelah UAN berakhir.
Ketika
Kamelia dan kelompok belajarnya mengerjakan tugas disalah satu temannya,ia
melihat bahwa Yosi pulang dengan membonceng seorang perempuan. Ia pada awalnya
tidak percaya, akan tetapi setelah ia memperhatikannya secara dekat, ternyata
benar itu adalah Yosi dengan rekan kerja seprofesinya. Perempuan tersebut
adalah Angel. Angel dengan sengaja memegang pinggang Yosi seperti sepasang
kekasih.
Setelah
Kamelia pulang dari rumah temannya itu, ia sengaja tidak mengaktifkan
handphonenya. Malam jam 22.00 WIB kamelia mengaktifkan lagi handphonenya. 3 SMS
masuk dan 5 kali panggilan dari Yosi.
SMS
1 : “ Sayang, Aa baru pulang kerja nih.., duh capeknya! Lapar lagi..! mau nggak
masakin buat Aa?’
SMS
2 : “ Kok nggak dibalas? Lagi ngapain? Lagi belajar ya? nanti dibalas ya…”
SMS
3: “ Sayang kenapa? Angkat dong telponnya?!”
Ketika
Kamelia sedang membaca SMS dari Yosi, Yosi pun menelpon. segera Kamelia
merejectnya. Lagi, ia menelpon!.lalu Kamelia mengirim SMS..
“
Jangan hubungi aku lagi!”
Yosi tidak paham, mengapa Kamelia mengiriminya
SMS seperti itu.
“
Kok SMSnya kayak gitu sih sayang? Ada apa? Aa punya salah apa?” balas Yosi.
Kamelia
sangat cemburu. Hatinya bagai terbakar menyaksikan Yosi, dengan seorang
perempuan berboncengan dengan mesra. Tanpa mendengarkan penjelasan dari Yosi,
Kamelia menonakttifkan lagi handphonenya. Sampai 2 hari mereka tidak
berkomunikasi.
Dalam
pekerjaannya, Yosi merasa sangat kacau. Dalam pikirannya hanya ada Kamelia. Ia
tidak tahu mengapa Kamelia marah kepadanya. Kerja pun jadi tidak bersemangat
seperti biasanya. Sedangkan keberadaan Angela semakin membuatnya runyam. Angela
tidak putus asa medekati Yosi. Apalagi hubungannya dengan Kamelia sedang
berantakan, itulah saat yang tepat untuk mengambil hatinya. Saat Yosi
mengantarkan Angela pulang hari itu, karena pada saat itu Angela berpura-pura
bahwa ia sedang mengalami disminorhae, alias sakit datang bulan.
Di
RSUD Indramayu, sirine ambulan terdengar kencang. Mobil tersebut berhenti
didepan UGD. Pasien baru datang dengan berlumur darah. Luka tersebut akibat
tabrakan dijalan Jendral Sudirman, antara sepeda motor dan mobil pribadi. Nafas
orang itu tersendat-sendat, hampir meregang nyawa. Beberapa perawat datang
memberinya pertolongan. Yosi memberikan infus dan alat bantu pernafasan.
Disaat
yang gawat, Angela menelpon Yosi dengan no. pribadi. Handphone Yosi pun
bergetar. Ia pun langsung mengangkatnya, karena ia pikir telpon itu dari
Kamelia. “ nanti aku telpon lagi!” jawab Yosi ditelpon. Namun setelah Yosi
mematikannya, telpon dari nomer pribadi tersebut tetap berdering. Salah satu
perawat rekan Yosi pun menegurnya.
“
cepat matikan HP nya! niat kerja nggak?! Sekarang keadaannya sedang gawat! Kamu
mengerti?!”
Yosi
merasa tidak enak. Satu jam kemudian, tiba-tiba alat bantu pernafasan tidak
berfungsi. Perawat yang bertugas kelabakan, mereka bergegas melakukan segala
macam pertolongan, namun pasien tersebut meninggal dunia. Yosi mendapat teguran
dari dokter. Hari itu pun menjadi hari terburuk baginya. Yosi menenangkan diri,
ia duduk sendiri disudut rumah sakit. Angela datang. Ia bermaksud mendamaikan
perasaan Yosi. Namun Yosi mengusirnya.
“Tinggalkan
aku sendiri!”
“
Tapi Yos, aku ingin menemanimu! “ Angela memohon.
“
Please tinggal kan aku! Atau aku yang akan pergi?”
Angela
pun meninggalkan yosi dengan perasaan terhina. Yosi begitu angkuh kepadanya,
membuat hatinya terluka.
***
Sepulang
dari rumah sakit, Yosi mampir kerumah Candra. Candra bercerita pada Yosi,
tentang perasaan cemburu Kamelia. Karena Kamelia selalu menceritakan sesuatunya
pada Candra dan Sonia sahabatnya.
“
Bro, tadi Kamelia menelponku. Dia melihat kamu dengan seorang suster
berboncengan dengan mesra.” Cerita Candra.
“
Apa? Trus kamu bilang apa?” kata Yosi.
“
Aku bilang.., kalau dia hanya teman biasa. Aku yakinkan pada Kamelia, kalau
kamu tidak akan menghianatinya!”
“
Ini hanya salah paham!”
“
Memangnya perempuan yang Kamelia maksud itu siapa bro?”
“
Dia adik kelas kita. Apa kamu masih ingat dengan Angela yang dulusering
mengirimi aku surat?”
“
Oh.., yang cantik itu?”
Setelah
berbincang cukup lama dengan Candra, Yosi pun pamit pulang. Sesampainya
dirumah, Yosi mengirimi Kamelia SMS.
“
Mel, tadi aku ketemu sama Candra dia sudah menceritakan semuanya. Sekarang aku
tahu alasan kamu bersikap demikaian. Mel, perempuan itu hanya temanku. Kita
tidak ada hubungan apa-apa! Kemarin aku hanya mengantarnya pulang, itu aja!
Tolong percayalah padaku Mel?”
Kamelia
pun menerima permintaan maaf dari Yosi. Ia membalas pesannya.
“
Iya a.., maafkan aku juga yang salah paham. Sekarng aku percaya padamu…”
***
Hari
berikutnya Angela memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Yosi. Malam itu
mereka kebagian dinas malam. Hanya berdua diruang UGD, Yosi dan Angel.
“
Yos…” sapa Angel memegang pundak Yosi. Yosi meliriknya.
“
Iya. Ada apa?” kata Yosi. Angela memeluk Yosi, namun Yosi dengan cepat
menghempas tangannya.
“
Apa-apaan ini? Lepaskan!!!” bentak Yosi. Angela pun terjatuh.
“
Kenapa? Kenapa kau begitu angkuh dan dingin terhadapku Yosi? Jangan perlakukan
aku seperti ini aku mohon! Rasa-rasanya aku ingin mati saja, jika kau masih
tidak menganggap keberadaanmu! Kau tahu aku sangat mencintaimu!” ucap Angela.
“
Kamu ini bodoh sekali! Ini rumah sakit tahu! Jangan melakukan hal yang tidak-tidak!”
tegur Yosi. Angela mencoba memeluknya lagi, namun Yosi memberikan perlakuan
yang sama, yaitu menolaknya. Yosi dengan terpaksa mendorong tuboh Angela,
sampai ia terjatuh. Angela berdarah.
“
Maafkan aku Angela! Bukan maksudku untuk mencelakaimu…” Yosi membangunkan
Angela, lalu membalut lukanya.
Pagipun
datang. Jam 07.30 mereka pulang. Angela diantar oleh Yosi. Kalau bukan karena
kejadian malam itu, Yosi tidak akan mau mengantar Angela, itu hanya untuk
menebus rasa bersalahnya. Pada hari itu, kediaman Angela sedang sepi. Ayah dan
Ibu Angela sedang bertugas diluar kota. Angela meminta Yosi mampir ke rumahnya
sejenak.
“
Main dulu ya Yos.., saya akan buatkan kopi dan sarapan buat kamu!”
“
Maaf Angel.., sebaiknya aku pergi…”
“
Sebentar saja aku mohon…”
“
Iya…”
Yosi
pun masuk ke dalam rumah itu. Karena menunggu Angela yang sangat lama, ia pun
tertidur disofa. Tiba-tiba HP Yosi berdering. Angela pun mengangkat telpon itu.
“
Hallo, ini siapa?” Tanya Angela.
“
loh ini siapa? Dimana Yosi?” Tanya Kamelia.
“
Kenalkan saya Angela.”
“
Angela?”
“
Ya Angela tunangan Yosi! ”
“
Apa?”
Kamelia
mematikan handphonenya. Kamelia yakin, kalau perempuan yang tidak dikenalnya
tersebut hanya membohonginya. Angela tersenyum penuh tipu daya. Cinta telah
membuat mata hatinya buta. Angela tidak bisa lagi membedakan antara hitam dan
putihnya warna kehidupan. Angela menggoda Yosi dengan tingkah laku anehnya.
Yosi yang setengah sadar saat itu, melihat diri Angela sabagai Kamelia. Angela
baru saja mandi kala itu, dan hanya mengenakan handuk. Dengan tingkah seksi,
Angela membuka satu persatu kancing baju Yosi. Yosi yang terlena oleh
kecantikan tubuh Angela, membuka
perlahan-lahan handuknya. Betapa terpesona!. Setan telah merasuk dalam diri
kedua insan yang dilanda mabuk kepayang.
Kamelia
menelpon Yosi berkali-kali. Namun Yosi tidak menghiraukan suara itu. Angela
telah memperdayainya. Kamelia berfirasat buruk pada Yosi. Ia takut jika Yosi
akan menyia-nyiakannya. Karena sekarang Yosi telah jatuh dalam pelukan Angela!.
***
Ujian
nasional, ujian sekolah, dan ujian praktek sudah dilaksanakan. Kamelia
mendaftar di universitas Padjajaran fakultas sastra. Tabungan peninggalan dari
kakanya, ia gunakan untuk biaya pendidikannya. Seperti wasiat kakaknya, bahwa
uang tersebut adalah untuk biaya kuliahnya.
Disekolah
Kamelia. Dikantor guru, ibu Ratna sedang mencari data-data praktek. Ternyata
data praktek milik Kamelia menghilang, sehingga ibu Ratna tidak bisa memberikan
nilai akhir untuknya. Akhirnya ibu Ratna memutuskan untuk mengikutsertakan
Kamelia dalam ujian praktek susulan, bersama teman-teman lainnya.
Kamelia
pun mengikuti ujian praktek susulan. Praktek tersebut dilaksanaka di ruang
laboratorium sekolah. Disana kamelia dengan tekun melaksanakan tugasnya. Ia
bersama siswa-siswa lainnya sedand mempersiapkan alat dan bahan untuk praktek
tersebut. Namun tidak disangka, saat Kamelia sedang mengambil zat warna diatas
lemari, tiba-tiba cairan alkohol tumpah diwajahnya.
Awalnya
ia tidak merasakan sakit. Namun lama-kelamaan sebagian wajahnya memerah dan
melepuh. Atas kejadian tersebut, ruang laboratorium menjadi gaduh. Para siswa
dari kelas lain berdatangan melihat peristiwa itu. Seorang cleaning service
disekolah itupun segera membawa Kamelia ke UKS. Sayang sekali, ibu Ratna yang
menyelenggarakan praktek tersebut tidak ada ditempat, karena ia sedang membeli
peralatan praktek yang belum tersedia dilaboratorium. Pak Khotib selaku guru
olahraga berlari menuju ruang rawat Kamelia.
“
Luka ini sangat parah! Cepat bawa kamelia kerumah sakit!” perintah pak Khotib.
“
Apa kita perlu menelepon ambulans pak?” Tanya seorang cleaning service.
“
Tidak. Pakai mobil saya! Cepat bopong Kamelia!”
“
Baik pak…”
Kamelia
pun dibawa ke RSUD indramayu. Kebetulan hari itu Yosi tidak bekerja. Kamelia
dirawat diruang 2a. beberapa siswa teman dekat Kamelia seperti Silvi dan Ina
menemaninya. Ada juga pak Khotib yang penuh tanggungjawab. Sementara itu, ibu
Ratna sedang dalam perjalanan, ia telah diberitahu bahwa ada kecelakaan pada
anak didiknya.
Satu
hari berlalu. Yosi pun berangkat kerja. Ia memarkirkan motornya. Di lobi,
Angela setia menunggui Yosi. Saat Yosi datang, ia membaca para pasien baru yang datang kemarin.
Padahal yosi membaca nama Kamelia dipapan tersebut. Namun ia hanya
mengabaikannya. Karena ia piker, bahwa orang yang bernama Kamelia itu terdapat
banyak. Yosi pun berjalan keruang perawat bersama Angela.mereka Melalui kamar
2a, kamar dimana Kamelia menjalani perawatan. Saat Kamelia melihat Yosi sedang berjalan dengan
Angela, hati Kamelia hancur. Ia tidak menyangka,
jika Yosi akan menghianati cintanya. Tuhan pun tahu jika dia mencintai lelaki
itu dengan kesungguhannya. Hanya lelaki itu yang dulu sanggup mengambil
perhatiannya, sampai ia menyerahkan segudang kepercayaan untuk setia pada
lelaki itu. Yosi menduakan dirinya!.
Kamelia
melihat bayangannya sendiri didepan cermin. Sebagian wajahnya merah dan
menghitam. Air matanya jatuh. Hatinya terluka, ia bertanya : “ apakah Yosi akan
menerima keadaan ku yang seperti ini?”. Walaupun saat itu Angela sudah menjadi kekasih Yosi,
namun Kamelia akan memaafkannya, dan menerima perlakuan tidak adil itu. Kamelia
rela dimadu, asal jangan disia-siakan!. Ia sangat mencintai Yosi.
Bicaralah satu kata
Atau sebut namaku
Aku harap kau ingat
Akulah kekasih hatimu
Kini, dirimu berpaling
Meninggalkan aku dalam derita
Sakitnya hati mencintai kamu
Kau sia-siakan aku!
Ada apa dengan cinta kita
Mengapa kau berubah?
Sejenak pejamkanlah mata
Dan ingat kenangan kita…
2008 Kamelia.
***
Candra menelpon Yosi untuk
memintainya pertolongan.
“
Hai bro..,kamu masih dirumah sakit?”
“
Yap benar! Ada apa?”
“
Pulangnya mampir dulu ke rumah ya? adikku sakit. Panasnya nggak turun-turun.
Aku udah belikan dia obat sih dari apotik, tapi tidak ada perubahan!”
“
Ok, saya pasti kesitu!”
“
Oh ya.., katanya kamelia dirawat dirumah sakit ya? diRSUD?”
“Loh
kata siapa?”
“
Kata Sonia.”
“
Benarkah? Kok saya tidak tahu?” Yosi mematikan teleponnya. Ia langsung berlari
menuju ruangan kamelia. Namun saying Kamelaa telah pulang. Hanya ada pasien
baru yang menepati ruang itu, seorang kakek yang terkena struk. Disamping kakek
tersebut duduk istrinya.., seorang nenek. Nenek tersebut dengan penuh perhatian,
memijit kaki kakek. Sambil memijit, mereka berbincang.
“Kek,
nenek tidak bisa hidup tanpa kakek! Cepet lah sembuh kek. Kita berdua harus
terus bersama hingga maut memisahkan kita.” Kata nenek.
“
Iya nek, terimakasih atas kesetianmu padaku nek..,kakek sangat mencintai
nenek…”
Begitulah
kira-kira percakapan kedua kakek dan nenek itu. Cinta mereka sangat kuat. Indah
sekali hubungan antara mereka. Melihat keharmonisan sepasang suami-istri yang
renta itu, Yosi tersenyum-senyum. Kemudian Angela datang, membawa bekal makan
siang untuk Yosi. Dari jauh Kamelia yang belum pulang kerumah, melihati Yosi.
Wajah yang menjadi cacat tersebut ia tutupi menggunakan masker. Dengan tanpa sepengetahuan Yosi, Kamelia sengaja
melewati mereka. Air mata Kamelia deras, menetes mengiringi langkahnya.
Kini Kamelia menangis
lagi. Wajahnya tidak secantik dulu…
Bunga-bunga
telah gugur. Angin menghempas kelopak dan putiknya. Tiada ada lagi kupu-kupu
dan kumbang yang datang berlomba menghisap madunya. Bunga yang mekar jadi layu,
kini pesonanya bagaikan sebuah kursi kosong, yang diam ditemeram malam. Lilin
kecil berkedip menerangi kesunyian. Entah bayangan apa yang mengisi benaknya. Ia
hanya memandangi arah yang tidak jelas. Memperhatikan cahaya lilin, maupun
segala bentuk-bentuk yang wajar, yang sebenarnya selalu ia temui. Tapi
pikirannya menjadi aneh. Kamelia seperti boneka yang bisu. Matanya menatap
kekosongan, seperti bodoh!.
Kecelakaan
pada wajahnya tersebut, dan cinta Yosi yang terbagi telah memberinya pengaruh
yang besar dalam perubahan itu. Kamelia dilanda depresi yang hebat! Ia telah
menulis puisi yang tercatat pada tanggal
02-09-2009.
Ombak yang bergulung.
Pemudaku, sedang apa dirimu
Maukah kau menceritakan
Tentang senja yang begitu indah hari ini?
Dipantai pasir putih
Sambil mengenang masa lalu.
Saat itu mimpimu dan mimpiku masih menyatu
Sendiriku mengenang cintaku yang hilang
Hamparan pasir putih,
Dan ombak yang bergulung
Tinggal mentari senja
Adakah kau simpan kisahku
yang terbenam bersamamu…
Untuk
Yosi.
Bayangan
itu seakan menamparnya. Ia menutup telinganya lalu menjerit. Kamelia ketakutan.
Berawal saat Yosi dan Kamlia bertemu. Yosi tidak tahu bahwa kamelia mendapat
kecelakaan kecil yang ternyata berdampak besar pada wajahnya. Peristiwa
tumpahnya cairan alkohol pada wajah
Kamelia merubah seluruh kehidupannya. Bahkan Yosi pun menjadi berpaling! Yosi
tidak mau menerima kondisi Kamelia yang seperti itu, sehingga cinta yang begitu
besar pun kini pudar. Disaat yang tidak menentu, Yosi berjalan berdua dengan
Angela didepannya. Perasaan kamelia pun hancur tak terobati.
Kata-kata
manis dan janji kesetiaan, tentang cinta sejati hanya dibibir. Angelalah yang
sedang menikmati kemenangannya, karena berhasil mendapatkan Yosi dengan
sepenuhnya..! Yosi dengan mudah membuang jauh kenangannya bersama kamelia. Ia
buang jauh-jauh masa lalu. Kamelia kini stress dan depresi. Ia seperti orang
yang bisu, bernyawa tapi seperti mati. Yosi lupa akan janjinya tempo dulu,
bahwa ia akan menghapus airmatanya dan melebarkan senyumnya. Sedang kamelia
terlalu berharap pada Yosi, yang ternyata menghianatinya!.
Ia
pernah menemui Yosi di RSUD, namun satpam mengusirnya. Meskipun Kamelia beberapa kali
menghubunginya, untuk memberitahukan kepadanya bahwa dia sedang berada dipintu
gerbang, menunggunya. Namun Yosi hanya mengiriminya SMS yang membuat pikirannya
bertambah kacau.
“
Jangan menelponku lagi! Hubungan kita sudah berakhir. Saya sangat membencimu
sekarang. Gara-gara kamu pasien saya meninggal tempo dulu!”.
Kamelia
tidak mengerti maksud SMS tersebut. Mengapa Yosi yang dulu sangat mencintainya
tega menuduhnya, sebagai penyebab matinya pasiennya?. Yosi menulis dalam SMS
tersebut bahwa gara-gara kamelia yang terus-menerus menelponnya pada waktu itu
sehingga pikirannya kacau dan menyebabkan pasienya meninggal. Atas tuduhan yang
kejam itulah, Kamelia mengalami depresi
yang hebat.
***
Keluarganya
sangat panik. Ibunya yang saat itu sedang mengandung adiknya menangisi Kamelia.
Entah apa yang harus mereka perbuat, hanya do’a yang mereka panjatkan. Meminta
pada Allah agar kesembuhan menyertai Kamelia. Untung saja seorang teman Kamelia
datang menjenguknya dari Jakarta. Namanya Sahrul. Beliau sangat sedih, melihat keterpurukan
sahabat karibnya itu. Keceriaan yang selalu ada padanya kini berubah senyap.
Kulitnya pucat dan tampak kurus. Ia menikmati dunia sepinya.
Sonia
datang menghampiri Sahrul, yang saat itu sedang menyuapi kamelia makan siang.
Sahrul bertanya tentang sebab musabab ia menjadi depresi. Soniapun bercerita
sejak awal, saat Kamelia ditinggal mati oleh Satria, hingga ia dikhianati oleh Yosi.
Sahrul merasa iba.
“Kakakku
seorang psykiatri. Saya akan mencoba menghubunginya. Semoga saja dia bisa
meluangkan waktunya dan membantu Kamelia!’ ucap Sahrul.
Kemudian
Sahrul menelpon kakak perempuannya untuk membantu kondisi Kamelia, namanya Dr.
mila.phd, spesialis syaraf. Sonia pun menggantikan Sahrul menyuapi Kamelia
Sahrul
berbicara ditelpon dengan kakaknya. Setelah itu mendapat keputusan bahwa
Kamelia harus tinggal dirumah sakit jiwa, dimana Dr. mila bertugas. Sahrul pun
meminta persetujuan dari kedua orang tua Kamelia. Mereka pun menyetujuinya,
karena inilah jalan satu-satunya yang terbaik.
Betapa
dalam luka yang tergores. Seumur hidup tidak akan terhapus. Sepahit itu hidup
yang dijalani, bagai daun kering yang berserakan tertiup angin!.
Selama
2 minggu, Kamelia dirawat dirumah sakit jiwa. Ia mulai peka terhadap hidupnya.
Dari jendela kamar ia membaca huruf bertuliskan: “ Panti rehabilitasi rumah
sakit jiwa”. Ia menangis pilu. Ia sadar cintanya terhadap Yosi membuatnya
payah. Ia merasa bukan lagi simbol batu karang, ia bukan simbol ketegaran!.
Dr. mila datang menengok
perkembangannya.
“
Selamat siang, Kamelia? Bagaimana kabarmu hari ini?” Tanya Dr. Mila.
“
Saya sudah baikan dok. Terimakasih telah merawat saya..”
“
Sahrul bercerita banyak tentangmu. Katanya, dulu kamu pernah menyelamatkan dia
sewaktu dia tenggelam dikolam renang? Sahrul tidak pernah melupakan kejadian
tersebut. Baginya kau adalah penolong. Oleh karena itulah saya sebagai kakaknya
ingin mengucapkan terimakaih banyak padamu, Kamelia.”
“
Saya yang harus berterimakasih pada dokter Mila dan Sahrul. Kalian orang-orang
yang baik. Sekarang Sahrul dimana ya dok?”
“
Sahrul sedang kuliah. Biasanya setelah dia pulang kuliah, dia langsung menengok
kondisimu!”
“
Kuliah?”
Kamelia
teringat tujuannya untuk melanjutkan kuliah. Ia terlalu lama hidup dalam sepi
dan kegulitaan hati. Tanpa ia ketahui, ia telah diterima diuniversitas Padjajaran.
Namun karena kamelia tidak mendaftar ulang, maka namanya di black list. Apa
boleh buat, ia tidak bisa memutar waktu kembali. Karena sakit itu ia gagal
kuliah ditahun tersebut. Mungkin tahun berikutnya. Kamelia kecewa pada dirinya
sendiri yang tidak bisa menerima atas apa yang terjadi pada hidupnya. Kata-kata
yang diucapkan dr. Mila barusan terngiang ditelinganya.
“
Tidak ada yang abadi didunia ini. Serahkan lah hidup dan matimu, Jodoh dan masa
depan hanya kepada Allah. Dialah maha kekal pemilik jiwa manusia. Kamu harus
mempunyai jati diri. Jadilah sahabat untuk dirimu, sayangi dirimu! Jangan
biarkan seseorang melukaimu, bahagiakan dirimu sendiri! Write in your heart
that everyday is the best day of the year. “
Diruang
nun sunyi sel rumah sakit jiwa itu, Kamelia merenungi setiap peristiwa pahit
dan getir hidupnya. Dalam pikirannya terlintas masa-masa indahnya bersama Satria
dan hari kematian itu. Terus, terbayang sosok menarik Yosi yang hadir menghapus
dukanya. Yosi yang bagai malaikat suci yang mampu menjarah semua ladang
airmatanya. Sampai akhirnya ia bangunkan lagi sebuah tempat terburuk bernama
pulau nestapa. Yosi yang membuatnya jadi gila!.
Kemudian
Sahrul datang membawa sepotong roti keju kesukaan Kamelia. Sahrulpun
mengajaknya bercanda. Mereka bercerita tentang masa kecilnya. Esoknya, Kamelia
diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Sahrul mengantarnya pulang…
***
Kamelia
tiba dirumahnya bersama Sahrul. Pintu rumahnya tertutup rapat. Tidak ada
seorang pun yang hadir. Kamelia tidak tahu kemanakah mereka pergi. Setelah
hampir setengah jam mereka menunggu, salah seorang tetangganya datang
memberitahu Kamelia, bahwa ibunya sedang dirawat dirumah sakit, karena
pendarahan. Kamelia menatap wajah Sahrul, Ia berharap agar Sahrul memberinya
motivasi karena telah cukup baginya segala ujian-ujian yang menimpanya selama
ini. Air mata Kamelia mengering. Duka yang dalam terpendam dihatinya.
“
Tenangkan dirimu Kamelia.., ibumu akan baik-baik saja. Mari saya antar kamu
kerumah sakit..” ucap Sahrul yang dengan senang hati mengantarnya.
Merekapun
bergegas pergi. Didalam mobil, Kamelia duduk didepan Sahrul. Matanya memandang
arah luar, sambil bertopang dagu. Ia mencoba menyederhanakan keadaan yang sulit
itu. Seperti apa yang dikatakan oleh dr. Mila agar dapat menerimasegala cobaan
dengan lapang dada.
Sekitar
30 menit merekapun sampai. Kamelia bergegas turun dari mobil, ia berlari menuju
receiptionis.
“
Mbak.., saya mau tanya. Kalau ruangan ibu jenab dari desa Balongan, diruang
berapa ya?” tanya Kamelia.
“Sebentar
ya mbak, saya cari dulu.” Receptionis itu pun mencarinya. 3 menit kemudian dia
memberitahukan tempat dimana ibunya
berada. “ ibu jenab berada dikatanya.ruang 3b.”
katanya.
Sesampainya
dikamar 3b, ia bertemu dengan ibunya tercinta. Pendarahan yang terjadi
disebabkan karena kelelahan. Seharusnya ibu hamil seperti ibunya harus
beristirahat Yang cukup. Beliau tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan
harus menyuplai nutrisi untuk kandungannya tersebut. Pada saat itu, tidak
disangka, ada Candra yang datang. Candra diterima bekerja dirumah sakit PMC
didekat tempat tinggalnya.
“
Ibu.., saya akan mengganti cairan infus untuk ibu ya?” kata candra.
“
Kak Candra?” sapa Kamelia.
“
Hai Mel? Kok kamu ada disini?” tanya Candra.
“
beliau ibu saya kak!”
“
Ibu kamu ya? jadi kau bakal jadi calon kakak dong?”
“
Iyah. Hehehe. Terimakasih telah merawat ibu saya kak! ”
“
Sama-sama! Jaga baik-baik ibu mu ya Mel, jangan sampai beliau kecapean lagi!”
candra menasehati.
“
Iya kak. Saya akan menjaganya baik-baik.”
Beberapa
saat kemudia Sahrul datang. Ia baru saja memarkirkan mobilnya sehingga
datangnya agak lama. Candra pun meneruskan pekerjaannya. Dari pasien satu ke
pasien lainnya, menyuntik, memberi obat, mengganti infuse, mengambil sample
darah, dan masih banyak lagi. Candra sangat sibuk.
Suara
adzan dari mushola kecil yang berada disudut rumah sakit terdengar menusuk
kalbu. Kamelia dan Sahrul menununaikan ibadah sholat dzuhur. Disana ia pun
bertemu Candra lagi. Dan Candra menjadi imam,sedangkan Kamelia dan sahrul
menjadi makmum.
Jujur,
Candra masih menyimpan rasa sukanya pada Kamelia. Meski kamelia telah mengalami
berbagai cobaan. Apalagi luka hitam yang
ada pada kamelia. Namun itu tidak masalah bagi Candra, karena ia mencintai
Kamelia tulus adanya. Dihati Candra ada rasa marah pada Yosi, karena telah
menyakiti Kamelia.
Tabungan
yang semula untuk membiayai kuliahnya, terpaksa digunakan untuk membayar
administrasi rumah sakit. Baginya uang bisa dicari. Ibunya adalah harta yang
tidak ternilai oleh apapun. Selain keluarganya tidak ada lagi yang berarti. Ia
berjanji akan selalu membahagiakan kedua orang tuanya.
Dalam
malam-malam yang sunyi, Kamelia berfikir hening. Hatinya telah bulat untuk pergi meninggalkan tanah air
tercinta, pergi ke tempat yang jauh! Pergi untuk sebuah perubahan dan cita-cita
mulia. Pergi untuk kesejahteraan semua orang yang tercinta. Pergi ke negri orang.
Menjadi buruh.
Tidak
sanggup rasanya menanggung betapa pahitnya derita perpisahan. Apalagi ia akan
meninggalkan ibunda tercintanyya dalam keadaan hamil tua. Kamelia pun dibawa
oleh seorang sponsor ke asrama penampungan TKI, di PT DWIPA HARITAMA.
***
EKSEKUSI
“
Telah berganti musim yang mempertemukan jiwa. Dari penghujan sampai kemarau
lagi. Disaat engkau dan aku setahun lalu mengikrar janji. Gerimis telah menyapa
semua kata-kata janji yang kau ucapkan. Kenangan telah membinasakan aku! Ada
kerinduan menyala yang tak padam, bagai lampu merkuri yang tak mati. Kau
dihatiku tinggal kenangan. Akan ku abadikan kisah kita yang dulu pernah
bahagia. Tidak ada yang sanggahan apapun, bahwa hanya cintamulah yang mampu
mengalahkan dinginnya malam dan sunyinya sepi. Hingga suatu ketika kau pergi
tanpa penjelasan. Sehingga aku menjadi terpuruk, atas dosa yang menjadi
perkara..! Aku tidak tahu, mengapa aku sampai bisa membodohi diri dengan cinta
konyol itu. Mungkin salah, jika aku berharap agar kau menjadi cinta terakhirku,
cinta sejatiku.
Angin
yang berhembus membawa lari seluruh bayanganmu, hingga kau benar-benar menjauh.
Aku kehilanganmu dan cinta yang maha itu. Aku tak berhenti menangis, bagai sang malam merindukan pagi. Aku telah
menunggumu, dengan air mata yang setia. Namun sia-sia harapanku! Kau terlanjur
ada penggantinya.
Dalam
resah aku mengadu pada Tuhan. Mengadu saat malam tiba dan saat pagi. Dikala
sunyi membunyikan genderang, dan dikala langit mencekam membangkitkan iman..,
kala itulah aku berdo’a meminta ketenangan atas sakit hatiku. Ku panggil namamu
dilubuk hati. Namun mungkin kau tidak pernah mendengar suara hati ini.letihnya
harapanku selalu meninabobokan aku diatas sajadah panjang. Hanya dengan
bertemuNYA aku bisa mendamaikan diri
Waktu
pun sudah berlalu. Musim berganti seiring dengan kepergianmu! Hingga cinta yang
dulu membara, kini mengering sudah. Kesedihan berguguran dan tidak ada lagi
kerinduan yang membuta. Kemarau kini duka nestapa.”
Kamelia
menutup kembali diary yang menulis semua prihal Yosi. Hatinya masih terasa
pedih. Kisahnya dengan Yosi menjadi mimpi-mimpi mengerikan dalam hidupnya.
Kisah yang telah mempersembahkan istana surga, kini menjadi lautan neraka yang
merenggut senyuman manisnya. Yosi adalah sinar matahari yang menyinari, namun
Yosi pun juga adalah air bah yang meluap-membanjiri.
Yosi adalah mawar,durinya menusuk sanubari...
Padanya
kini tertera dendam. Cinta yang kini berubah jadi kebencian. Ia bersumpah bahwa
suatu hari nanti Yosi akan menerima semua balasan atas sakit hati yang ia
perbuat. Hidupnya bagai lahir kembali. Ia memulai semuanya mulai dari nol.
Hari
yang dinantikan pun tiba. Kamelia dijemput oleh seorang sponsor. Ia pun
berangkat ke kota bekasi ke PT yang akan
memberangkatkannya ke negri Formosa, Taiwan. Eksekusi itu terjadi pada senin, 5-oktober-2009.
Ia siap untuk memulai pendidikan bahasa mandarinnya demi kelancarannya bekerja
diTaiwan.
Semalam
ibunya menata baju-bajunya diransel berukuran sedang. Ibunya telah
membawakannya makanan-makanan seperti mie, sereal, snack, roti, dan permen.
Kamelia tidak berhenti menangis, perpisahannya dengan keluarga tercinta sungguh
memilukan. Ia cium tangan kedua orang tuanya meminta do’a restu, tak lupa ia
cium adik-adik kecilnya. Mereka melambaikan tangannya.
Ingin
saat itu ia menjerit melebur gundah
gelisah. Bus berhenti didepannya. Ia pun naik, duduk dibarisan terdepan.
Sponsornya memberinya nasi kuning bungkus sebagai sarapan. Kamelia memakannya,
melahap nasi kuning itu air matanya meleleh.
Aku tidak ingin menangis.
Tapi air mata ini,
jatuh dengan sendirinya
Kalau bukan karena mimpi
Aku tidak akan pergi
Apakah karena debu
mataku perih?
Membuat air mata ini jatuh.
Tapi dadaku juga sesak
Menanggung perpisahan .
Jarak yang membentang luas
Seperti do’a rindu yang terbendung
Hingga sayap ini lapuk dan lelah.
***
Kamelia
sampai dikantor PT DWIPA HARITAMA. Ia bersama sponsornya terlebih dahulu
mengish formulir pendaftaran. Setelah selesai ia ditinggal oleh sponsornya.
Kebetulan disana ada dua orang calon tenaga kerja wanita atau CTKW, yang sedang
piket kantor. Mereka pun berkenalan dan menjadi teman akrab. Namanya yaitu mba
Hindun dan Joana. Ia duduk bersampingan dengan mereka.tiba-tiba perut Kamelia
merasa sakit, ia datang bulan. Dengan malu Kamelia memberitahukan pada mereka
tentang sakit perutnya..
“
Mba.., aku sakit perut. Aku nggak tahu sebelumnya kalau aku akan dating bulan.
Dan aku tidak membawa pembalut?” kata Kamelia pada mba HIndun.
“
Bentar ya saya beliin kamu pembalut ditoko terdekat!”
Hindun
membelikannya pembalut. Ia pun memasakan Kamelia sebungkus mie. Kamelia sangat
meresa berhutang budi pada Hindun. Jarang sekali orang yang sebaik Hindun, yang
menolongnya meski baru saja dikenal. Beberapa saat kemudian datanglah
segerombolan CTKW dikantor DWIPA sehingga suasana menjadi gaduh.
Kamelia
datang pada pukul 11.00WIB, menunggu medikal dikantor sampai jam 04.00 WIB.
Pada saat medical, kamelia dipriksa oleh dokter, diambil sample darahnya, dan
juga sample air seni. Setelah tahapan-tahapan itu selesai, kemudian mereka
disuruh untuk mengganti bajunya dengan pakaian yang sudah disediakan oleh
medical center. Setelah itu ia memasuki ruangan, ia kaget sekali saat mendengar
bisik-bisik para CTKW, bahwa ia akan diperiksa oleh dokter laki-laki dalam
keadaan telanjang dada. Meski ia tahu bahwasanya seorang dokter tidak akan
menyalahgunakan profesinya. Tetapi rasa malu tidak bisa ditepis, apalagi
kamelia masih gadis. Setelah dokter paruh baya tersebut memeriksanya, ia pun
melanjutkan pemeriksaan diruang sebelah untuk dirontgen. Selesai sudah acara
medikat pertama, Kamelia dinyatakan fit.
Ba’da
Magrib ia dan CTKW lainnya sampai di asrama PT DWiPA. Mereka kemudian menuju
lantai dua untuk chack bag. Selesai itu ia ditunjukan pada kamar dan
ranjangnya. Disana ia mendapatkan teman-teman yang baik. Merekapun sebaya
dengan Kamelia, dan juga lulusan SMA . mereka masing-masing mempunyai impian
masing-masing yang besar dan setinggi bintang. Kesedihan atas perpisahannya
dengan keluarga tercinta jadi musnah saat mereka bersama-sama. Namun saat malam
menjelang, duka perpisahan itu senantiasa mengiris batinnya. Ia selalu
menangis. Ia ambil sebuah bantal, lalu menutup mulutnya tersebut dengan bantal.
Ia berteriak sekeras-kerasnya disitu. Kamelia tersedu-sedu, ia sungguh tidak
berdaya.
Hari-hari
dengan hujan air mata tidak asing baginya. Badannya kurus kering memikirkan apa
yang akan terjadi kelak. Ia memikirkan tentang nasib keluarganya, masa depan,
dan cita-citanya. Selama 3 tahun ia harus mengadu di negri orang. Menjadi buruh
migrant yang merupakan warga minoritas disana. Namun hatinya telah menjadi
baja, ia berjanji akan menerima segala resiko. Demi kebahagiaan dan
kesejahteraan ia akan berkorban.
Pada
saat ia belajar bahasa mandarin, ia mengahayalkan tentang bangku kuliah yang
didambakannya. Harapannya untuk mengenyam bangku kuliah tidak berjalan mulus.
Terpaksa harus ditunda. Selalu ia simpan baik-baik impiannya, untuk menjadi
penulis atau pegawai rumah sakit. Kelak ia akan menggapai satu persatu
cita-citanya.
Peraturan
di asrama PT DWIPA sangat teratur dan disiplin. Setelah sholat subuh, mereka
membereskan kamar masing-masing. Kemudian melakukan senam pagi, lalu sarapan
pagi, dan mandi. Pada pukul 8 mereka diabsen. Lalu mereka melaksanakan
pendidikan bahasa mandarinnya. Seorang lowse atau guru memandu dan mengajari
mereka. Pada pukul 12.00 WIB mereka istirahat, makan siang dan sholat. Pada
pukul 14.00 WIB mereka kembali memulai pelajarannya. Para lowse dan para CTKW
atuh pada peraturan. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu maupun korupsi waktu.
***
Hari
terus berlanjut. Dua minggu sudah ia di asrama. Banyak cerita sedih, gembira,
lucu, malu yang bercampur jadi satu. Hidup yang penuh tantangan!. Kamelia
mempunyai teman yang sebaya, yang sudah menikah, maupun yang janda. Dari usia
18 tahun sampai 35 tahun. Ia mempunyai banyak kisah disana, diasrama yang ia
yakini sebagai suatu tempat persinggahan menuju kesuksesannya, menggapai
impian.
Suatu
hari tempat tidurnya dan teman-teman menjadi sorotan. Fitnah datang menghujami
mereka, hingga hatinya jadi miris. Kamar mereka berada dilantai 3a. Dibawah
jendela kamarnya terdapat tempat nongkrong anak-anak muda kuliahan.
Pemuda-pemuda tersebut setiap hari nongkrong disebuah meja bundaruntuk bermain
laptop. Sebagian penghuni dikamar 3b menggoda mereka. Ia memanggil-mangil dan
menjerit. Atas ulah dari kamar 3b, pemuda tersebut membalas mengganggu. Bahkan
mereka sampai melempari jendela kami dengan kerikil. Keesokan harinya kejadian
itu dilaporkan pada lowse. Entah bagaiman ceritanya, lowse malah menuduh bahwa
yang membuat ulah pertama kali adalah penghuni 3a. semua CTKW dikumpulkan di aula.
Para lowse marah-marah bukan main! Peraturan diperketat!
“
Apa kalian tahu konsekuesi buruk yang akan diterima oleh PT jika salah seorang
warga kompleks ini melaporkan ketidaknyamanan yang terjadi? PT ini yang nanti
akan ditutup!. Kalau diantara kalian tidak ada yang mengganggu mereka, maka
mereka pun tidak akan mengganggu kalian!. Tolong jangan bersikap centil.., “ ucap
lowse.
Mereka
pun dibubarkan. Namun mba Idah, salah satu teman Kamelia yang berusia 32 tahun
tidak terima! Ia pun mencari tahu siapa sebenarnya dalang itu. Setelah
diketahui, mba Idah pun melabrak erempuan penggoda itu. Pertengkaran diasrama
pun terjadi ramai.
***
3
minggu diasrama, lowse pun menawarkan Kamelia rincian pekerjaan. Rincian
tersebut bahwa ia akan merawat seorang amah yang lumpuh total, berusia 86
tahun, berat badan 65 kg, makan menggunakan selang, dan harus mengganti popok,
dll. Kamelia diminta untuk memikirkan baik-baik tawaran rincian pekerjaan
tersebut. Kamelia hanya takut jika amah tersebut akan meninggal sebelum kontrak
kerja selama 3 tahun. Ia pun meminta petunju teman-temannya. Setelah menerima
nasehat teman-temannya itu, kamelia pun menyetujui pekerjaan tersebut.
Kamelia menemui lowse dikantor.
“
Pu hau yi se, lowse.. wo keyi cinci ma? Wo shi Kamelia.” ( permisi lowse,
apakah saya boleh masuk? Nama saya Kamelia.)
“
Keyi a..,” ( oh boleh..)
“
Xie-xie ni lowse.” ( terimakasih lowse )
“
Cing zuo!” ( silahkan duduk! )
Kamelia
pun menyatakan maksud dan tujuannya mendatangi kantor.
“
Lowse, saya mau terima tawaran rincian pekerjaan tersebut.” Kata Kamelia.
“
Benar kamu sanggup? Neneknya sudah lumpuh loh… tiap kali popoknya basah kamu
harus ganti loh..,kamu harus ganti infuse, memberinya injection, dan memberina
obat..dan nenek itu makannya juga pakai
selang…pekerjaan kamu nanti berat loh!”
“
Saya akan menjalaninya lowse..!”
“
Kalau nenek kamu meninggal apa kamu mau pulang?”
“
Tidak lowse! Saya tidak mau pulang, sebisa mungkin saya harus bertahan sampai
kontrak kerja habis! Saya akan meminta pada agensi agar mencarikan saya
pekerjaan baru.”
“
Bagus! Saya percaya pada kamu. Silahkan tandatangan disini!”
“
Baik lowse.”
***
Pagi
berikutnya ia dan teman-teman yang sudah menandatangani rincian pekerjaan,
dipanggil untuk menandatangani perjanjian kerja. Setelah 2 hari kemudian mereka
barulah pasporan. Hari sabtu pun tiba. HP yang disita, saatnya dibagikan.
Kamelia pun menelpon keluarganya untuk memberitahukan bahwa dalam waktu dekat
ia akan terbang. Mereka senag karena Kamelia menjalani proses yang cepat
diasrama PT DWIPA.
Menjelang
tahun baru 2010, para CTKW merencanakan pesta ala kadarnya untuk menyambut
pesta kembang api di atas loteng dilantai 4. Diloteng tersebut merupakan tempat
strategis untuk menyaksikan kembang apidiseluruh penjuru kota bekasi. Mereka
memupul uang patungan untuk membeli
makanan ringan dikantin. Mereka sangat senang akan rencana tersebut. Apalagi
sebelumnya mereka telah menyiapkan sebuah drama pertunjukan yang sebelumnya
telah mereka siapkan. Namun masalah pun dating menngemparkan para penghuni
asrama.
Salah seorang penghuni kamar 3b
bernama istikhanah kehilangan uangnya sebesar 1 juta.
“
Saya yakin telah meletakan dompet saya tersebut ditas ini. Tapi setelah saya
periksa ternyata tidak ada!” kata istikhanah.
“
Barangkali dompet itu terjatuh saat kamu mengikuti medicalfull?” tanya salah satu temannya.
“
Iya, saya memang membawa dompet itu saat medicalfull. Tapi setelah itu saya
taruh kembali ditas ini! Dompet itu pasti ada yang mencuri!” jawab Istihanah.
Seorang CTKW yang baru saja datang
dari jawa timur, dituduh oleh salah satu teman istikhanah.
“Kalau
uang itu memang dicuri, kemungkinan besar pencurinya adalah salah satu orang
yang menggantungkan tasnya, bersama tas milik istihanah.” Kata Rinah teman istikhanah.
“ Hanya ada 2 orang yang menggantungkan tasnya bersama tas Istihanah, yaitu mbak Sinta dan anak baru dari jawa timur!” kata yang lain.
“ Hanya ada 2 orang yang menggantungkan tasnya bersama tas Istihanah, yaitu mbak Sinta dan anak baru dari jawa timur!” kata yang lain.
“
Cepat panggil anak baru itu!” perintah Rinah.
Akhir
tahun 2009, diasrama DWIPA diakhiri dengan ketidaknyamanan. Mereka diperiksa
satu persatu. Namun ternyata tidak
ditemukan. Chack bag pun dilakukan! Pemerikasaan selesai pada pukul 22.00 WIB.
Tidak ada satupun bukti yang diketemukan. Entah kemana uang tersebut, mungkin
memang dicuri atau mungkin jatuh ditempat medical center.
Pukul
23.00 WIB mereka berkumpul. Menyeduh teh atau kopi, dan menikmati snack-snack
yang mereka beli, dari uang iuran. Lalu mereka naik ke atas loteng, menunggu
pesta kembang api. Detik-detik pergantian tahun baru sangat terasa. Cahaya ada
dimana-mana. Apalagi kehadiran bulan purnama diatas ubun-ubun bersinar tak alah
indahnya dengan kembang api. Langit pada malam itu putih dan biru tanpa setitikpun
mendung.
Memandang
kota bekasi dari atas loteng merupakan pemandangan yang tidak biasa. Ia melihat
menara-menara suntet, perumahan-perumahan, dan masjid yang besar. Sangat
terpesona. Teng..teng… teng…! Jam 24.00 malam. Puncak keindahan kebang api mempesona
mata. Kebahagiaannya saat melihat cahaya tak terlukis. Ia dikelilingi oleh
gebyar kembang api. Merah, hijau, kuning, ungu. Putih, orange, pink dll.
Mewarnai cakrawala. Para CTKW datang
bergerumul untuk menyaksikan kembang api, sehingga tempat tersebut seakan
menjadi loket kereta api, saat mengantri membeli karcis.
Dalam
gemerlap cahaya itu, Kamelia melihat satu bintang. “ itu adalah Satria!”
pikirnya. Satria yang sedang tersenyum padanya. Ia teringat pada saat Satria
mengucap janjinya didepan kobaran api unggun dulu. Api yang memberikan cahaya,
sebagai lambang cintanya yang membara. Cinta Satria kepada Kamelia indah,
seindah kembang api.
Satu bintang dilangit
Bersinar terangi malam
Cahayanya indah
ku simpan dalam hati
Andai waktu yang telah pergi
datang
untukku lagi
Akan ku peluk bahagia.
Namun waktu berjalan lurus
Dan tidak menengok lagi
Biarkan kenangan hidup
dalam jiwaku..
Ia tetap sebagai bintang.
Tanggal
2-september-2009, Kamelia dan temannya terbang. Ia inggalkan tanah air
Indonesia, menuju Taiwan negri Formosa. Dalam perjalanan panjang tersebut,
hatinya selalu berdo’a semoga kesuksesan ada dalam genggaman tangannya.
“ Selamat tinggal ibu sayang.
Selamat tinggal bapak! Aku pamit!
Do’akan anakmu agar dapat
membahagiakanmu
sampai aku kembali!”
Tutur
Kamelia saat pesawat EVA air lines perlahan menjulang awan. Ia lambaikan
tangannya dan menatap lama bandara International Suekarno- Hatta.
“ 3 tahun yang akan datang, kita
akan bertemu! Selamat tinggal Indonesia…”
FORMOSA
Taiwan
adalah Negara yang indah. Tulisan-tulisan china terpang-pang disetiap jalan.
Disana, banyak sekali masyarakat Indonesia yang mengadu nasib, banyak pula yang
pada akhirnya menikah dengan warga Taiwan. Beberapa Negara selain Indonesia,
yang mengirim tenaga kerjanya yaitu, Thailand, Filiphina, Vietnam, dan China.
Selain bahasa mandarin yang digunakan oleh masyarakat Taiwan, ada juga bahasa
hakka dan bahasa tai. Masyarakat di Taiwan sangat disiplin dalam membuang
sampah. Jika ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan, maka mereka
tersebut harus membayar denda sbesar 6000 NT atau setara dengan 2,4juta rupiah.
Ada kamera cctv yang dipasang disetiap jalan, maupun dirumah-rumah mereka. Jadi
dengan kamera cctv tersebut, mereka akan lebih bertanggungjawab atas apa yang
dilakukannya. Dengan kesadaran diri sendiri mereka akan membuang sampah pada
tempatnya. Dan jika tidak ada tempat sampah yang tersedia, maka mereka akan
memilih untuk mengantongi sampah-sampah tersebut didalam tas mereka, sampai
akhirnya mereka menemukan kotak sampah, atau mungkin juga mereka membawanya
pulang.
Terdapat
gedung 101 (yi ling yi ), yang pada tahun 2009 masih menyabet gelar sebagai
gedung terbesar sedunia, sebelum akhirnya dibangun gedung burj khalifah di Abu
dhabi. Gedung yi ling yi merupakan pusat perdagangan barang-barang
international. Masyarakat Taiwan sangat bangga karena mempunyai gedung yi ling
yi. Apalagi jika tiba pesta tahun baru, atau hari kemerdekaan Taiwan,
pemerintah Taiwan akan menyelenggarakan pesta kembang api, yang sangat heboh.
Mereka rela merogoh kocek yang tidak sedikit, demi kepuasan masyarakat Taiwan.
Mereka akan men-design prihal berapa lama waktu yang berlangsung dan corak
kembang api yang seperti apakah? agar membuat masyarakat Taiwan, maupun dunia
merasa terpesona? Begitulah Taiwan sangat Indah…
Kamelia
menerima babak baru perjuangan dan pengorbanannya. Setelah beberapa hari ia
bekerja dirumah majikannya, ia merasa sangat berat melakukan pekerjaan itu.
Tanggungjawab pekerjaan yang harus dilakukan secara sempurna merupakan halangan
terberat. Bukankah manusia tidak ada yang sempurna? Ia bertanya : “ apakah aku
bisa?” dan ia selalu menjawab pertanyaan tersebut bahwa dia akan tetap
berjuang. Kamelia hanya ingin berkuliah kelak. Meski sakit rasanya saat
teringat ibu-bapaknya, tapi ia bersyukur karena ia tegar!
Kamelia terbayang akan senyuman memelas
ibundanya. Ia terbayang pada masa-masa saat ia sekolah. Ia tidak pernah mengira
akan seberat itu meski air mata tidak terhitung tapi cita-cita didalam kalbunya
masih mengisi setiap sel-sel diruang tubuhnya. Menopangnya agar ia senantiasa
tabah! Andai bukan karena cita-cita yang tinggi, ia tidak akan memilih jalan
yang terjal dan berliku itu.
Kini,
hampir sebulan ia dirumah majikan. Ia kira semuanya akan baik-baik saja. Ia
kira ia mampu untuk tidak menangis. Sudah ia tahan! Tapi ia tidak bisa! Air matanya
mengalir tanpa bisa dikompromi. Malam-malam yang begitu singkat, membawanya
pada kampung halaman, Pada keluarganya, pada rumahnya, pada teman-temannya,
pada tanah airnya. Kerinduannya tak terbendung sudah!.
Kamelia
baru saja bangun karena mimpi. Ia bermimpi bersama ibundanya.
“
Ibu!!!” kamelia terbangun. Ia diam merenungi mimpinya. Akan tetapi waktu
menunjukan jam 05.30 waktu Taiwan, saatnya untuk memulai pekerjaan.
Inilah
saat-saat mengerikan, dari sebuah perjuangan. Segala prahara pun datang mendera,
dan seberapa banyak kah air mata yang tumpah, jangan ditanya!.
Saat
itu majikannya marah-marah. Sesak rasanya dada, saat ia tahu bahwa dirinya
membuat kekeiruan yang menjadikan bossnya tersebut naik pitam. Rasanya luka
irisan dan luka bekas karena terjatuh dari tangga, tidak sesakit jika
dibandingkan luka sakit hati yang ia terima dari majikannya.ia hanya bersabar.
Awal
kemarahan mereka dimulai dari kakek, yang kaus kakinya hilang, ditambah lagi
dengan cara mencuci baju yang salah, cara melipat kaus kaki yang asal, dan
kamar mandi yang dicuci tidak bersih. Kakek pun marah-marah pada Kmelia yang
malang. Ia tatap dengan penuh ketakutan. Mimik wajah kakek yang kesal dan galak
membuat kamelia tidak karuan. Apalagi saat kakek tersebut membentaknya, tapi
satu hal yang tidak boleh terjadi. Yaitu menangis! Karena menurut orang Taiwan,
menangis adalah pembawa sial.
Hari-hari
berputar lama. Kamelia tak luput dari marah. Kemarahan yang lain lagi datang
dari nyonya dan tuan. Kamelia selalu lupa jika menempatkan barang, cara mencuci
sayur yang salah, memasak yang tidak bisa. Lalu Kamelia tanpa sengaja
memecahkan piring dan patung Budha. Akh.., semua yang ia kerjakan sangat kacau.
Kakek terus menerus memarahinya. Apalagi saat Kamelia merebus obat, yang
ternyata gosong. Karena tekanan yang begitu hebat, ia pun menangis juga
dihadapan kakek. Meski ia bertahan untuk tidak menangis, namun airmata itu
jatuh dengan sendirinya.
“
Ni ceme kungcuo? Hah..” bentak majikannya (bagaimana sih kamu bekerja?)
“
Tuipuci…” kata Kamelia ( maaf )
“Ni
kungcuo yau yung dounau! Tong pu tong?” ( bekerja itu harus menggunakan otak!
Ngerti tidak? )
“
Tuipuci ” ( maaf )
“
Ni shi pentan! Sakwa! Meo yung!” ( kamu bodoh! Tolol! Tidak berguna!)
“
Tuipuci”
Hanya
kata maaf yang bisa ia katakan.ia sangat tertekan!
***
Didalam
hati Kamelia berjanji, demi nama baik kedua orang tuanya dan kebahagiaan
sejati. ia akan berubah. Ia akan belajar banyak
tentang pekerjaannya, ia akan lebih giat!. Hari berikutnya ia
membereskan gudang ruang bawah tanah. Ia menemukan sajadah dan majalah islami.
Mungkin milik pembantu sebelumnya. Ia pun senang. Malamnya setelah pekerjaan
selesai ia mandi, lalu melaksanakan sholat.
Pagi
harinya ia membereskan bagian-bagain rumah yang berantakan, termasuk taman
bunga. Jam satu siang, saat jam makan siang. Ia malah keluar rumah untuk
membersihka rumput-rumput liar hingga tama bunga menjadi sedap dipandang. Ada
sedikit bahagia saat kakeknya mengajaknya bicara dan menyuuhnya makan.
“
Lia.., lai zhefan..” ( Lia mari makan! ) kata kakek.
Saat
mencabuti rumput ia terharu. Ada semangat baru yang datang, saat ia sadar kalau
kakeknya kini bersikap baik. Dengan kedua tangannya ia cabuti rumput, air mata
berderai…
***
2
hari berlalu. Kakek marah lagi padanya. Karena sampah-sampah rumput yang ia taruh
didepan rumah lupa ia buang.
Kakek berbicara keras dengan anak
lelakinya, yang merupakan majikanku..:
“
Wo puyau tha! Wo pusihuan tha! “ ( saya tidak mau dia! Saya tidak suka
dengannya! )
Dari
balik tembok dapur, Kamelia mendengarkan percakapan mereka. Jantungnya berdetak
kencang. Ia takut jika kakek akan memulangkannya ke Indonesia.
“
Ya Allah hamba mohon kuatkan hamba. Izinkan hamba bekerja dengan lancar disini!
“
Kamelia
ingin berteriak. Tekanan-tekanan yang dialaminya hampir saja membuatnya mati berdiri! Ingin sekali ia ke
pantai, disana ia bebas untuk meluapkan segala emosinya. Karena dipantai, hanya
ada angin dan ombak yang bisa diam mendengarkan keluh kesahnya.
Setiap
malam, ia mengadukan semua resah hanya pada Allah. Ia telah menyerahkan
semuanya! Karena hanya Allah yang menguasai tas dirinya, kesuksesannya, hidup
,dan matinya .
“
Jika ingin menggapai kesuksesan, jangan takut lelah! Karena kesuksesan diraih
oleh orang-orang yang bekerja keras.don,t be afraid with tiredness!” Kata dr Mila padanya dulu.
Setelah
itu Kamelia giat bekerja. Ia peraiki kesalahan-kesalahannya. Akhirnya dikit
demi sedikit ia terbiasa dengan pekerjaannya.
Hanya
2 bulan ia bekerja dirumah besar tersebut. Agencynya datang memeriksa pekerjaannya.
Tidak disangka ternyata kakek tidak pernah menyukai pekerjaan Kamelia. Kemudian
Kamelia dibawa ke rumah agency. Ia hanya menurut, karena mungkin itulah yang
terbaik. Ia membereskan barang-barangnya
pada ransel, lalu ia menuju mobil eksekusi.
“
Akong, siensen.., rukou wo caule, wo tuipuci ni men! Xie-xie ni tui wo…zaician “
( kakek, tuan.., jika saya ada salah
maafkan saya. Sampai jumpa.) ucap Kamelia saat hendak pergi.
Didalam mobil agencynya
memarahinya.
“
Bosmu bilang kalau kamu tidak bisa masak! Apa dirumahmu tidak pernah masak?
Berapa sebenarnya usia kamu?” tanya lowse dengan nada keras.
“
Usia saya 18 tahun lowse…”
“
Apa kamu baru saja lulus SMA?”
“
Benar lowse.”
“
Saya akan pulangkan kamu ke Indonesia! Kamu mau?” lowse mengancam.
“
Tidak lowse! Jangan! Saya mohon jangan pulangkan saya pada Indonesia lowse!
Saya akan belajar dan bekerja keras! Berikan saya kesempatan yang kedua,
kasihanilah kedua orang tua saya yang mengharapkan saya sebagai tulang
punggung!”
“
Oke. Saya beri kamu kesempatan! Dengan syarat kamu harus bisa masak. Dirumah
agency nanti kamu harus belajar masak sama mba Ami!”
“
Baik lowse. Terimakasih…”
Kamelia
pun ditraining selama 1 minggu, dirumah agency. Ia belajar memasak, mencuci
kamar mandi, dan belajar mandarin. Setelah ia bisa, lowsenya datang dan
membawanya kerumah majikannya yang baru. Mereka menaiki kereta dari station
kereta api Taicung, sampai ke station Taoyuan. Sesampainya disana, agency yang
baru menjemputnya. Lalu mengantar mereka ke rumah majikan yang baru.
Rumah
majikannya yang baru terletak diantara sawah dan ladang. Rumahnya bertingkat 4.
Ia mengurus seorang nenek berusia 70 tahun, yang masih bisa berjalan dan secara
fisikly masih sehat. Hanya saja beliau lupa ingatan atau pikun. Kamelia tinggal
bersama kakek, nenek, dan anaknya yang masih belum menikah. Dirumah tersebutlah
Kamelia merasa tenang. Dengan tekun kakeknya mengajarinya memasak. Kamelia
dianggap sebagai bagian keluarganya sendiri. Ia selalu dibawa oleh mereka pergi
jalan-jalan. Kakek yang sekarang dijaganya masih terlihat gagah, ia bisa
menyetir, dan suka memancing ikan yang sekarang dijaganya masih terlihat gagah,
ia bisa menyetir, dan suka memancing ikan. Betapa senangnya Kamelia bekerja
bersama mereka.
Aku akan hidup dengan perempuan tua disisiku
Usianya 70 tahun
Bersamanya lebih dari 1000 hari
Mentari dan bulan yang jadi saksi
Meninabobokan kesepianku
Nenek ku yang ku cinta
Tubuhnya tidak mengenal luka
Selalu mengumbar senyum
Memperlihatlkan deretan gigi palsunya
Nenek dengan masa lalu kelam
Terlentang dengan mimpi indah
.
Dendam
Malam
itu di Taiwan hujan deras. Angin berhembus kencang dari jendela yang terbuka.
Tirai berterbangan menciptakan bunyi seperti benda jatuh. Suara jangkrik
menambah kelam. Kamelia terbangun dari tidurnya. Sedangkan amah yang tidur
disampingnya, lelap memeluk selimut. Kamelia beranjak menutup jendela, lalu
memandang keluar. Waktu sudah menunjukan pukul 22.24 waktu Taiwan. Ia tidak bisa tidur lagi.
Kamelia lalu mengambil buku dan pena, yang senantiasa ia taruh dibawah bantal.
Ia menulis dalam temeram malam. Matanya sangat jeli, meski hanya lampu kecil
yang menerangi. Selama ini, hanya dengan menulis ia dapat menghibur diri.
Selain itu, ia tidak mempunyai lagi teman. Menulis baginya merupakan aktivitas yang
harus dilakukan, sebelum ia beranjak tidur. Seperti menulis dibuku diary..,
cerita pendek, puisi, maupun tulisan non fiksi lainnya.
Karya-karya
tulisannya sudah terpang-pang dimajalah-majalah yang ada diTaiwan. Nama Kamelia sudah tidak asing lagi bagi mereka,
yang berlangganan majalah. Tangannya begitu ajaib, ia dapat menciptakan ratusan kata-kata dalam beberapa menit. Kelak
ia harap dapat menerbitkan karya-karyanya sendiri setelah ia kembali ke
Indonesia.
Jam
01.00 waktu Taiwan, ia berhenti menulis. Ia mengambil handphonenya dari lemari,
rupanya ada SMS yang terkirim sejak jam 17.00 sore.
“
Hai Mel apa kabar? Lagi ngapain nih? Oh ya saya mau kasih tahu kamu kalau besok
Yosi akan menikah.” SMS Candra.
Petir,
halilintar menyambar! Langit terang dalam sekejap. Hatinya panas. Matanya
sengit membayangkan hari pernikahan mereka. Kamelia sadar, dulu matanya telah
buta memilih Yosi sebagai kekasihnya, sampai membuatnya terluka. Matanya merah,
menangis karena dendam. Yosi menikah dengan Angelia.
***
Pagi
setelah ia membuat bubur untuk sarapan akong dan amahnya, ia pun mencuci baju
dengan tangan. Menyapu, mengepel, dan beres-beres. Kemudian ia basuh wajahnya.
Ia memperhatikan wajah yang tergores luka tersebut. Bekas luka hitam akibat
siraman alkohol. Ia mengelus wajah ayunya, dan mencermatinya. Kemudian, ia
merias dirinya dengan alat-alat make-up seadanya, dan pakaian baru pemberian
akong. Ia gerai rabut hitam panjangnya, memakai anting-anting, dan gelang. Sehingga
ia terlihat anggun. Kamelia melenggang didepan kaca, tiba-tiba akong datang dan
menyaksikan tingkah Kamelia.
“
Kamelia.., ni zai kamma?” tanya akong. ( kamelia, kamu sedang apa? )
“ Hehehe…”
Kamelia merasa malu.
“
Ni cuan ceyang hau pyoliang o…” (kamu pakai seperti ini sangat cantik!”)
“Akong,
ceke ifu wo hau shuan!” ( akong, baju ini aku sanggat suka!)
“
Ni gausin jiu haule!” ( baguslah kalau kamu senang! )
“
Xie-xie ni akong, ni tui wo name hau…” ( terimakasih kek, betapa baiknya dirimu
padaku!)
Kemudian
akong memberinya sebuah ide.
“
Wo gey ni ciang.., ceke.., he-he te..” ( saya kasih tau kamu, ini..,
hitam-hitam ini… )” rukuo ceke he-he te pu zai te hua, ni ke yi zai pyoliang!”
( jika hitam-hitam ini tidak ada diwaja kamu, kamu bisa menjadi sangat cantik!)
kata kakek.
“
Na cenme pan?” ( terus harus bagaimana?)
“
Wo xiang dai ni ci khan yisen, hau pu hau?” ( saya ingin bawa kamu ke dokter!)
“
Shi cente ma?” Kamelia bahagia. (benarkah?)
“ Shi centelah!” ( ya benar! )
Siang
itu juga kakek membawa Kamelia periksa ke dokter kulit, dirumah sakit terbesar
daerah Touyuan.. Wajah kamelia diperiksa oleh dokter perempuan yang berkulit
mulus. Disana Kamelia menjalani serangkaian proses instan, untuk menghilangkan
bekas luka tersebut dengan menggunakan alat canggih dan modern. Sehingga dalam
sekejap saja, hasil tersebut mulai terlihat.
Akong
dan amah menunggunya diruang tunggu. Akong menyuapi amah dengan sepotong roti
yang sengaja dibawanya dari rumah. Setelah lama menunggu. Kamelia keluar dengan
perubahan yang signifikan. Meski masih ada bekas kemerahan, namun itu hanya
untuk sementara. Kamelia masih harus menjalani pemeriksaan selama beberapa
hari. Kamelia cantik seperti sedia
kala!.
***
Di
Indonesia, Yosi dan Angela melaksanakan pesta pernikahan. Angela terlihat
sangat memukau. Ia mengenakan gaun putih pengantin, rambutnya bersanggul, dan
ada assesories bunga-bunga yang indah seperti permata. Matanya pun tersenyum
sangat bahagia pada seluruh undangan. Begitu pun pada Yosi, yang juga bahagia..
Candra
dan Sonia menghadiri pesta pernikahan mereka. Sonia memakai gaun merah jambu
bertali dipinggangnya, begitu cantik jelita. Apalagi jika ia tersenyum. Lesung
pipit diwajahnya mempermanis dirinya. Rambut Sonia yang panjang bergelombang ia
biarkan tergerai. Candra tidak pernah melihat kecantikan itu sebelumnya. Dari
sebelah, disisi tirai.., Candra menyaksikan Sonia yang sedang bersalaman dengan
mempelai. Candra memandangnya tak jemu-jemu. Dia jatuh cinta.
Sonia
kemudian mengambil segelas orange jus dan beberapa potong kue di piring kecil,
lalu menyantapnya. Ia duduk dibangk kosong sendirian. Dengan gesit Candra pun
mengikutinya, Candra menutup mata Sonia.
“
Tebak siapa ini?” ucap Candra.
“
Siapa ini?” tanya Sonia. Aroma casablanca diciumnya. Ia pun segera tahu.
“
Aku tahu ini saiapa!” kata Sonia percaya diri. Padahal Sonia hanya menjebak
Candra agar dia berbicara. Karena dengan berbicara ia dapat mengenali suaranya.
“
Emangnya kamu tahu aku siapa? Tebak siapa aku?”
Sonia pun berhasil. Suara itu sangat tidak asing baginya. Ya, dia Candra,
“
Candra!!!” ucap Sonia.
Mereka pun tertawa.
“
Kok kamu bisa tahu sih,Sonia?”
“
Siapa sih yang nggak tahu suaranya Afgan?”
“
Ngejek atau muji nih?”
“
Maunya apa?” Sonia tersenyum. Lalu Sonia keluar ruangan, sambil membawa segelas
orange jus yang masih belum habis. Candra mengikutinya. Mereka duduk berdua.
Saat itu bulan sabit ikut menemani keduanya. Mereka saling bercerita dan
berbagi. Tidak pernah sebelumnya mereka sedekat itu. Bagai sepasang merpati
yang sedang bercinta diatas dahan. Kelembutan malam membawa damai dihat mereka.
Alangkah indahnya insane yang dimabuk cinta.
Gerimis
rintik-rintik lalu datang. Semakin lama bertambah besar. Para undangan beranjak
memasuki gedung. Sonia hendak berlari meninggalkan tempat tersebut menuju
gedung.
“
ayu kita masuk! Hujan makin deras!” ajak Sonia. Ia menjinjing gaunnya.
“
apa kamu takut hujan?” tanya Candra yang terlihat gagah malam itu. Sonia
mengangguk pelan.
“
Kenapa?” tanya Candra lagi.
“
Dingin!” ucap Sonia terbata. Candra lalu memeluknya. Sonia diam mematung. Hujan
membasahi keduanya. Suasana dalam gedung begitu ramai, namun tidak ada yang
lebih indah, daripada apa yang mereka rasa. Candra melepas pelukannya perlahan,
memegang bahunya, dan berkata :
“
Aku cinta kamu. Sonia! “
Sonia
tersenyum. Ia ingin membalas kata-kata, yang sejak dulu dinantikannya itu.
Namun Candra terlebih dulu mendaratkan bibirnya pada bibir tipis Sonia.
Bunga-bunga
musim semi bermekaran. Warna indah pelangi terlukis dimasing-masing jiwa
mereka. Maha cinta telah menyapa. Sonia amat bahagia. ia pun memeluk tubuh
Candra yang gagah itu. Penantian pun berakhir.
***
Di diarynya Kamelia
menulis:
“ Akan ku buat kau tahu betapa perihnya
ditinggalkan, sayang!. Sakit hatiku ini sudah lama terjadi, sejak aku jadi
kekasihmu. Bekas luka terlalu dalam untuk bisa sembuh. Bagaimana jika aku ingin
agar kamu merasakan luka itu? Merasakannya seperti aku yang teraniyaya!. Saat
aku menangis adakah kau datAng menghapus air mataku? Mana sudi?! Aku mati pun, kau tidak peduli. Jangan salahkan akuu
jika suatu hari kau mendapatkan karma.”
Itu
adalah sebuah janji atas luka dihatinya, sampai hidupnya berubah! Bila saja
waktu itu Yosi tidak menghianati janjinya, mungkin hidup kamelia akan baik-baik
saja. Ia tidak akan mungkin masuk rumah sakit jiwa, dan ibunya pun tidak akan
mengalami pendarahan. Kamelia sangat kecewa akan masa lalunya bersama Yosi!.
Waktu
berputar. Impian kamelia yaitu ingin menjadi bidan. Dulu, ibunya pernah
bercerita bahwa impiannya adalah menjadi bidan. Oleh karena itu, Kamelia ingin
menjadi bidan. Untuk meneruskan cita-cita ibnya. Ia hanya ingin melihat senyum
bahagia dan bangga dimata sendu itu. Ingin sekali!. Sebab ibunya gagal menjadi
bidan, yaitu karena neneknya pada saat itu melarang ibunya, untuk meneruskan
pendidikannya. Karena mereka telah menjodohkan ibunya dengan seorang pria, yang
tidak dicintainya. Pada hari pernikahan itu, ibunya kabur dari rumah ke rumah
bibinya di Jakarta. Apa boleh buat, perjodohan pun gagal total. Sampai akhirnya
ibunya tersebut bertemu dengan ayahnya, mereka pun menikah.
Ia tersenyum mengingat cerita ibunya. Ia
mencintai ibunya seperti ia mencintai surga. Dan ia pun teringat dengan ayahnya
tercinta, yang selalu memanjakannya sewaktu ia kecil. Sampai sekarang ia masih
bermanja-manja dengan kedua orang tuany. Meski ia kini telah mempunyai tiga
adik.
“
Hallo, assalamualaikum bu.., pak..”
“
Walaikumsalam Mel.”
“ Bu, bagaimana kabar semuanya?”
“ Bu, bagaimana kabar semuanya?”
“
Semuanya dalam keadaan sehat! Kamu sendiri bagaimana Mel? ”
“
Ya Melia juga baik bu! Oh ya bu, bulan lalu uang 50 juta yang Melia kirim, apa
sudah dibelikan tanah?”
“
Udah Mel. Tanahnya ibu Tanami buah-buahan. 3 baris untuk pohon mangga, 2 baris
untuk pohon sawo, dan 1 baris untuk jambu air.”
“
Benarkah bu? Kamelia sangat senang mendengarnya! Nanti kalau sudah memetik
hasilnya, kita bagikan pada kerabat dekat terlebih dahulu ya bu, setahun
kemudian hasilnya untuk kita jual!”
“
Oh ya bu, 4 bulan lagi kamelia pulang. Aku pengen meneruskan pendidikan bu. Mel
ingin menjadi bidan! Do’a kan agar segala sesuatunya berjalan lancar bu. Semoga
apa yang Mel cita-citakan akan tercapai!”
“
Amin Mel. Do’a ibu selalu menyertaimu na!”
Hari
yang dinantikan pun tiba. Kamelia diantar oleh bosnya menyinggahi outlet-outlet
terdekat. outlet penjual baju, sepatu, tas, dll. Disisi jalan kakek sedang
memarkirkan mobilnya.dari kaca jendela mobil, Kamelia memandang keluar. Matanya
menatap outlet bergambar 3 buah bunga edelwis. Ia jadi ingat pada Satra.
“
Satria..?” lirihnya. Ia memutuskan untuk membeli beberapa baju dioutlet
tersebut.
Gaun berwarna putih
menyita perhatiannya. Ia pun membeli gaun itu. Gajinya selama satu bulan telah
habis, termasuk membeli sebuah laptop seharga 14.000 NT.
***
“
Amah, akong.., mingtian wo yau hui jia le.” ( nenek, kakek..,besok saya akan
pulang) Ucap Kamelia pada kedua orang tua yang sangat mencintainya tersebut.
“
Ni te jia zai inni ma?”( apakah rumahmu di Indonesia?) tanya amah, pikun.
“
Shi.wo shi inni ren. Ni yau gen wo ici
hui ci ma? Yau ma? “( ya. saya adalah orang Indonesia. Apakah kamu ingin ikut
dengan saya ke Indonesia? Mau? )
“
dangran yau a..! dai wo ci inni hau pu hau?” ( jelas saja saya mau! Bawalah
saya ke Indonesia!)
“
Hau a! ni yau khan wo jie fen ma?” ( baik. Apakah kamu ingin menyaksikan acara
pernikahanku?)
“
Ni te nan pengyo puse setiau ma?”( bukankah kekasihmu sudah meninggal?)
Rupanya
amah mengingat semua cerita-cerita Kamelia selama ini. Amah adalah pendengar
cerita yang setia. Hanya pada amah lah kamelia mengadukan segenap perasaannya.
Kamelia sangat mencintai amah. Saat ia menangis, bahagia,tertawa, mengeluh! Ia
curahkan pada amah. Kamelia diam sejenak, bingung harus berkata ap lagi pada
amah.
“
meo kuan si! Wo te nan pengyo hai zai wo te sin li. Ta yongyen- yongyen shi wo
te hau hui yi.” ( tidak apa-apa! Kekasih saya masih tetap mengisi ruang hati
saya yang terdalam. Dia selamanya adalah kisah masa lalu indahku )
Setelah
percakapan tersebut amah tertidur. Rasa kantuk menghinggapi dirinya. Kamelia
pun mencium kening amah, sambil mengucapkan ‘’ wan an ‘’ pada amah.., ia pun
tersenyum. Kamelia pun tertidur. Mereka mengarungi malam terakhir dengan tidur
nyenyak.
***
Paginya,
kamelia sudah siap. Barang-barang yang
akan dibawanya ia letakan dilantai satu. Ia memasak bubur terakhir kali untuk
sarapan mereka. Beberapa saat kemudian agency datang menjemput Kamelia. Ia
berpelukan dengan akong dan amah. Sedih rasanya meninggalkan mereka, tapi apa
boleh buat Kamelia harus kembali.
Air
mata perpisahan menggenang. Ada sedih dan bahagia, sedih karena meninggalkan
akong dan amah, bahagia karena akan bertemu dengan keluarga tercinta. Inilah 3
tahun yang dinantikannya selama ini. 3 tahun yang berisi rencana-rencana masa
depannya!. Kamelia pun meninggalkan mereka. Dari kaca belakang mobil, amah
melambaikan tangannya pada Kamelia. Mereka mengenang detik-detik indah didalam
memorinya.
“
Zai cian amah! Zai cian akong! Xie-xie dui wo name hau. Wo ai ni…” ( selamat
tinggal amah, selamat tinggal akong! Terimakasih telah memperlakukan aku dengan
baik. Aku sayang padamu..)
INDONESIA
Bandara
International Taoyuan adalah tempat terakhir yang ia lihat di republik china
itu. 3 tahun sudah derita perpisahan, saat nya ia kembali dengan membawa
segenggam bintang-bintang ditangannya. Pesawat EVA AIR LINES mengantarnya
kembali pulang.
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebanggaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia
bersatu..
Lagu kebangsaan tersebut ia dendangkan lirih
dalam hatinya…
Kamelia
duduk sambil memandangi awan-awan yang melayang. Pikirannya melayang tentang
pertemuan nanti. Pramugari pun datang memberikannya headseat. Kamelia pun
mendengarkan siaran radio Taiwan. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Jolin ( chang
yi lin, Taiwan multy talented actress ),
menjadi lagu terakhir yang mengiringi kepulangannya. Sesaat kemudian pramugari
pun datang lagi, untuk menawarkan minuman.
“
Do you want to get drink?” tanya pramugari.
“
Yes. Please give me a cup of tea! “ pinta kamelia.
“Ok.
“
“
Thanks..”
Kamelia
memperhatikan pramugari tersebut. Ia membaca nama yang tertera dipapan
namanya.’’ LI AI MEI ” ucap Kamelia. Ia jadi teringat dengan akong, yang telah
mengajarinya baca-tulis huruf mandarin. Belum pun sehari mereka berpisah,
hatinya merasa rindu. Namun rindunya pada keluarga tak terkira besarnya.
Setelah
meminum segelas teh yang diberikan pramugari tersebut, ia tertidur. Dua jam
kemudian pramugari itu datang lagi membawakan makan siang. Kamelia pun
terbangun. Setelah makan siang, tak terasa pesawat telah sampai di Indonesia.
“
my family.., I’m comeback!” ucap Kamelia. Pesawat pun mendarat. Ia melangkah
menuju ruang bandara. Alhamdulilah ia mampu melewati hari-hari terberat itu.
Sementara
itu, beberapa anggota keluarganya menunggunya dimobil. Sudah 2 jam mereka
menunggu. Mereka berangkat pukul 09.00 pagi, sampai bandara pukul 12.00 siang.
Jam 14.00 pesawat mendarat. Ayah dan pamannya memasuki bandara, menuju tempat
para penumpang pesawat. Keluarganya yang lain, yang ikut serta menjemput
kamelia yaitu nenek, bibinya, adiknya, dan keponakannya. Sementara ibunya hanya
dirumah bersama adik terkecilnya.
Kamelia
mencari-cari ratusan orang yang menjemput. Dari jauh ayahnya melihat Kamelia,
ia pun melambaikan tangannya. Kamelia menangkap lambaian itu, ia pun menangkap
lambaian tersebut. Lalu berlari kearah ayah tercintanya. Air mata haru dan
bahagia menyirami pipi mereka.` pertemuan yang indah yang selalu mereka
dambakan.
***
Pamannya yang menyetir mobil. Didalam mobil, Kamelia
banyak bercerita. Adik perempuannya menangis karena rindu yang sampai. Ia
memeluk Kamelia hingga tertidur. Saat mereka sedang asyik bercerita, rem
mobilnya tiba-tiba ngeblong. Pamannya sangat panik. Mobil tersebut tidak bisa
direm dan dihentikan. Apalagi ada mobil truk dari arah depannya. Semua yang ada
didalam mobil menjerit. Akhirnya, pamannya tersebut membelokan mobil kearah
kiri. Ia menabrak papan iklan. Untungnya mereka semua selamat. Meski kamelia dan
pamannya luka-luka.
Dirumah,
Denis yang baru saja berumur 3 tahun memecahkan gelas saat ia hendak minum.
Ibunya panik. Denis terkena pecahan kaca sehingga kakinya terluka. Ibunya
mengambil betadin untuk mengolisi luka tersebut.
“
Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya ibunya.
“
Tidak tau ibu..” ucap Denis dengan polos. Meski pun kakinya sedikit luka, namun
ia tidak menangis.
“
Sakit tidak na?” tanya ibunya lagi.
“
Tidak ibu. Denis tidak sakit..”
***
Dikontak
telepon milik Kamelia hanya ada nomer HP Sahrul yang bisa ia mintai bantuan. Ia
pun menghubunginya.
“
Assalamualaikum…” sapa Kamelia.
“
Walaikumsalam. Maaf ini siapa?” tanya Sahrul.
“
Sahrul ini Kamelia…”
“
Oh kamu Mel? Kamu dimana Mel?”
“
Aku baru saja pulang dari Taiwan. Tapi kami mendapat musibah, mobil yang kami
naiki menabrak papan reklame. Aku butuh pertolonganmu Rul…!”
“
Baik Mel. Saya akan segera datang. kamu SMS in aja ya alamatnya…”
Sahrul
bergegas menemui mereka. Dalam perjalanan menuju tempat kecelakaan, ia menelpon
teman-teman anggota grup bandnya.
“
Bro, maaf saya tidak bisa ikut latihan hari ini. Saudara saya mendapat
kecelakaan, saya harus segera menolongnya!” kata Sahrul.
“
Tapi kan hari ini kan gladi bersih? Besok kita mentas bro!” sanggah temannya
“
Gini aja deh, gimana kalau sore atau malam aja latihannya? Please mengerti
keadaan saya?” sahrul memohon.
“
Ok deh bro! semoga saudara kamu tidak apa-apa!”
Sesampainya
Sahrul ditempat tujuan. Ia pun membawa mereka ke rumah sakit terdekat, untuk
menjalani pengobatan. Mobil paman yang mengalami kerusakan diderek ke sebuah
bengkel.
Saat
berada dirumah sakit, kamelia ditangani oleh seorang dokter muda bernama dokter
Gio. Dr. Gio merupakan dokter muda lulusan terbaik dari universitas ternama.
Dr. Gio sangat tampan dan bijaksana. Seluruh suster yang berada dirumah sakit
tersebut, mengidolakan dr. Gio. Saat pertama kali Kamelia berhadapan dengan Dr.
Gio, ia begitu canggung.
“
Kecelakaan dimana mba?” tanya Dr. Gio sambil membalut luka Kamelia.
“
Didaerah bekasi dok!” jawab kamelia.
“
Bagaimana bisa terjadi?” tanya Dr. Gio lagi.
“
Tidak tahu kenapa rem mobilnya tiba-tiba ngeblong..! untung saja paman sangat
pandai menyetir, sehingga beliau dapat menyelamatkan kami semua. Walau pun aku
dan paman luka-luka!” cerita Kamelia.
Setelah
pengobatan selesai. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Pertemuan Kamelia dengan
Dr. Gio hanya sebatas pasien dan dokter.
Namun:
Bila ada sumur diladang
Bolehkah mereka menumpang mandi
Jika ada umur yang panjang
Bolehkah Gio dan Kamelia bertemu lagi
KULIAH
Rumahnya
masih sama seperti yang dulu, sangat sederhana. Didepan rumahnya ada 3 buah
pohon mangga yang sedang berbuah. Ada satu hal yang berbeda disana, yaitu
kehadiran adiknya, bernama Dimas berumur 3 tahun. Kebahagiaan dan keceriaan
bertambah meriah dirumah yang telah ia tinggalkan selama 3 tahun.
2
minggu sudah, ia berada dirumah. Ia pun menjalankan rencananya, yaitu untuk
mengikuti bimbingan belajar dibandung selama 1,5 bulan. Bimbel bertujuan untuk
mengingatkannya kembalin pada pelajaran-pelajaran semasa SMAnya. Kamelia
berniat untuk melanjutkan pendidikannya diuniversitas terbaik sesuai apa yang
ia impikan. Setidaknya, tahapan-tahapan untuk meraih mimpinya masih ia hadapi.
Jalan berliku yang berduri telah sanggup ia hadapi. Kamelia berhasil menjadi
batu karang, yang tegar menghadapi badai dilautan.
Kamelia
pun pamit pada keluarganya, untuk pergi ke bandung mengikuti bimbel, Dan juga
mengikuti pendaftaran masuk kuliah. Antara di Bandung atau Jakarta ia akan melenjutkan studynya.
***
Siang
dan malam Kamelia tidak mengenal waktu untuk belajar. Ia tidak ingin
menyia-nyiakan kesempatan. Keringat dingin mengucur dipelipisnya. Kerja keras
baginya sudah menjadi hal yang biasa. Kamelia pun tak lupa untuk selalu berdo’a
agar harapan dan impiannya dikabulkan oleh sang maha kuasa. Rasa optimisme
tumbuh berakar dihatinya, ia yakin ia akan menggapai kesuksesan. Karena ia
telah berjuang dan bekerja keras untuk harapan itu. Amin.
Tibalah saatnya ia mengikuti tes ujian masuk
perguruan tinggi negri. Setiap hari dan setiap waktu, ia berusaha
mengoptimalkan tujuannya. Ia sangat teliti dan berhati-hati dalam menjawab
setiap pertanyaan. Ia berusaha menjadi yang sempurna! Akhirnya, sinar terang
dating menyapa kehidupan baru kamelia…
Disaat itu, ia membuka laptopnya. Ia mencari
daftar nama-nama yang telah lulus seleksi diuniversitas tersebut. Tak disangka,
namanya muncul dibarisan 5 besar sebagai salah satu calon mahasiswa disana,
disalah satu universitas di Jakarta. “ akh..! “
ia pun menjerit kegirangan. Sujud syukur ia panjatkan atas kehadirat
Ilai-robby. “ terimakasih banyak ya Allah…”. Lantas kamelia menelpon kedua
orang tuanya, mengabarkan berita bahagia tersebut.
Tugas
awalnya selesai dalam menempuh ujian pendaftaran masuk kuliah. lalu ia pun
memutuskan untuk kembali ke Indramayu. Kini fokusnya yaitu agar nanti kuliah
dengan baik. Kameliapun pulang.
Kamelia
pulang diantar oleh Sahrul. Mereka bertemu, saat Sahrul baru saja pulang
menjemput kekasihnya, bernama Safira. Sahrul pun mengenalkan kekasinya pada
Kamelia. Selama dalam perjalanan tersebut, mereka berbagi cerita. Kemudia
Kamelia menuturkan prihal rencananya untuk menerbitkan novelnya.
“
Rul, kamu tahu tidak bagaimana caranya menerbitkan sebuah buku?” tanya kamelia.
“
Apa kamu mau menulis buku Mel?”
“Aku
punya sebuah novel, yang telah aku tulis sewaktu di Taiwan”
“
Aku boleh baca dulu nggak novel kamu Mel? Aku harus jadi orang pertama yang
baca buku kamu Mel! Hahaha…”
“Ah
itu mah gampang! Tapi kamu tahu nggak bagaimana caranya?”
“Susah-susah
banget sih mikirnya! Bokapnya Safira kan bekerja diagency penerbitan. Kamu
kasih liat aja karya kamu padanya, siapa tahu bisa diterbitkan…”
“Benarkah?
Aku beruntung sekali punya sahabat kamu Rul. Kamu selalu menolongku! Ini aku
serahkan flashdiskku, disitu tulisanku!”
“
Bener nih aku pembaca pertama?”
“
Mengapa tidak?”
Lalu
Kamelia pun sampai dirumahnya. Ia berkumpul lagi dengan anggota keluarganya.
Adik-adiknya menyambutnya dengan bahagia. Sahrul ikut bahagia menyaksikan
kehangatan yang terjalin bersama keluarga Kamelia. Sejak kecil ayahnya telah
meninggal. Sahrul hanya di besarkan oleh ibunya, yang merupakan seorang pagawai
bank. Kakak perempuannya yang bekerja sebagai dokter, disibukan dengan pekerjaannya.
Pantas jika Sahrul merasa hidupnya kesepian, apalagi sejak Sahrul pindah ke
Jakarta.
Kehidupan
materi bagi Sahrul bukanlah persoalan, namun kebahagiaan sejati tidak bisa
dibeli dengan materi. Makanya ia senang sekali jika berkumpul dengan anggota
keluarga Kamelia. Ia merasakan kebahagiaan yang tidak bisa didapatkannya pada
keluarganya. Malampun larut, saatnya Sahrul untuk pamit pada mereka. Ia pasti
akan segera kembali untuk menemulan kebahagiaan itu lagi..,
Pagi
hari.
kokok
ayam menyambut matahari. Embun pagi membasahi bunga-bunga dihalaman rumahnya.
Hari yang indah. Ia menggeliat, seperti ulat yang menjadi kepong-pong. Matanya
sayup-sayup karena sinar matahari yang memantul. Kamelia lalu beranjak menyibak
tirai dijendela, merasakan segar yang menghangatkan jiwa dan raga. Kedua
adiknya dating mengetuk pintu :
“
Teteh… buka! Tok..tok..tok!”
“
Napa de?”
“
Kata ibu sarapan dulu!”
Kamelia
membuka pintu kamarnya. Ia peluk kedua adik tercintanya. Sedangkan adik yang
terbesarnya, sudah berangkat ke sekolah.
Namanya Farhan. Dia sudah kelas 3 SLTP. Farhan pemalu dan jarang bicara.
Kamelia
menggendong adik terkecilnya. Sedangkan adik perempuannya mengikutinya dari
belakang. Mereka bertiga pun menikmati sarapan pagi bersama-sama. Ibunya sedang
pergi membeli sayur-mayur untuk lauk nanti siang, dan ayahnya masih tidur.
Setelah
sarapan, Kamelia beranjak mandi setelah ia sudah mencuci piring dan memandikan
kedua adiknya. Kamelia merias dirinya dengan tampak anggun dan menawan hati.
Rambutnya ia gerai. Pita rambut berwarna merah ia cepitkan diponinya. Matanya
ia pakaikan maskara, eye lener, dan eye shadow. Sedangkan wajahnya hanya ia
poleskan cream pelembab dan sedikit alas bedak. Sudah itu saja. Ia tidak suka
dengan dandanan yang berlebihan. Cukup area matanya saja yang menjadi
perhatian, karena ia menyukai matanya!. Semua yang berbau natural ia suka,
olehkarena itulah kamelia berdandan senatural mungkin namun berarti. Ia sangat
cantik dan anggun.
Tiba-tiba
Sonia datang. Ia kaget melihat betapa cantiknya Kamelia. Sonia menyaksikan kalau
bekas luka hitam diwajah kamelia telah hilang, malah sekarang kulit wajahnya
sangat halus dan indah. Kamelia bagai kan bidadari yang turun dari surga. Inner
beautynya kian terpancar, Sonia mengagumia cantiknya.
“
Mel, sungguh kamu cantik banget. Aku terpesona liat kamu!” puji Sonia.
“
Ah bisa aja kamu Son. Kamu juga sangat cantik! Oh ya, katanya kamu kerja
dijakarta ya?” tanya Kamelia.
“
Iyah. Aku baru aja pulang. Aku dikasih tahu sama bibi kalau kamu sudah pulang!”
“
Aku kerja dipabrik sepatu, didaerah tangerang…”
“
Katanya kamu sudah jadian sama kak Candra ya? Cihuy gimana ceritanya sih?”
“
Ceritanya panjaaaang banget..! Kapan-kapan aku certain deh! Sekarang aku mau
kangen-kangenan dulu sama kamu Mel! Hahaha…”
“
Iya deh! Hehehe.ngomong-ngomong, kak Candra sekarang kerja dimana?”
“
Kerja di rumah sakit PMC. Dia sudah jadi PNS tahun lalu..”
“
Wah hebat ya dia?! Oh ya, mau nggak kamu temani aku ke makam Satria…?”
“ Kamu masih ingat saja ya?”
“ Kamu masih ingat saja ya?”
Lalu
terdengar suara dering handphone Kamelia. Rupanya dari teguh.
“
Assalamualaikum Mel..”
“
Walaikumsalam…, “
“
Ada kabar baik buat kamu Mel…”
“
Oh ya? apa itu Rul, cepat kasih tahu?!”
“Aku
udah kasihkan flashdisk itu ke om Teguh. OM Teguh merupakan ayah dari Safira,
kekasih saya. Lusa kamu ada waktu nggak? Beliau ingin bertemu denganmu untuk
membicarakan buku yang kamu tulis!”
“
Oh tentu ada Rul! Saya siap bertemu om
Teguh!”
“
Ya udah entar saya jemput kamu disetation bus ya?”
“
Ok. Makasih banyak ya Rul!”
“ Iya sama-sama.bye…”
“ Iya sama-sama.bye…”
Mendapat
kabar baik dari Sahrul, hatinya sangat bahagia. Kamelia tiada hentinya mengucap
sujud syukur. Sonia yang sedari tadi memperhatikannya tak mengerti alasan
mengapa kamelia tampak senang?
“
Ada apa Mel?” tanya Sonia bingung.
“ Sonia tahkah kamu? Lusa aku akan bertemu
dangan om Teguh.”
“
Siapa om Teguh itu Mel?”
‘‘
Beliau seorang wartawan, namun sekarang beliau telah menjadi seorang pengedit
naskah buku-buku yang akan diterbitkan. Om Teguh Insyaallah akan banyak
membantuku, dalam menerbitkan karya-karya tulisanku yang selama ini aku tulis,
saat masih diTaiwan.”
“
Wah benarkah? Bentar lagi namamu tertulis
Diana-mana Mel? Diberbagai stand-stand toko buku dan perpustakaan? Jangan lupa
sertakan namaku dalam kata pengantar ya, kan lumayan…! Bangganya akuu jadi
temanmu Mel…”
”
Kamu bisa aja Son.. makasih banyak ya.”
Mereka
tertawa penuh ceria. Kebahagiaan itu bukanlah dalam dongeng. Kamelia telah
memetik hasil perjuangan dan pengorbanannya.
***
Sore
menjelang, Sonia menepati janjinya untuk menemani Kamelia ke pusara Satria.
Kamelia memakai kerudung merah jambu, dengan warna tersebut kulitnya yang putih
tampak merona. Semua orang memandang kamelia dengan pangling. Motor bebek
mengantar mereka ke tempat tujuan. Sebelum sampai ke pusara, ia mampir sejenak
menjenguk ibunda Satria. Kamelia membawakan bingkisan, sebuah parcel
buah-buahan. Setelah itu mereka barulah ke pusara Satria.
Disana
mereka membaca surat Yasin. Agar dialam kuburnya Satria merasa damai dan
tentram.
Sebuah lagu dari gebi menggambarkan
suasana hatinya.
Tinggal kenangan
Pernah ada rasa cinta
Antara kita kini tinggal kenangan
Ingin ku lupakan
semua tentang dirimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih…
jauh kau pergi
meninggalkan diriku
disini aku merindukan dirimu
pernah ku coba mencari penggantimu
namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih…
Setelah
membaca surat yasin, Kamelia mengucapkan do’a.
“Ya Allah ya tuhanku..,
ampunilah segala dosa-dosanya. Berikanlah ia kedamaian dialam sana..,amin”
Kamelia
masih merasakan kehilangan itu. Walau bagaimanapun, hanya kenangan Satrialah
yang selalu mewarnai hidupnya. Kisah yang singkat bersamanya telah mengajarkan
banyak pengalaman yang berarti. Ia merasa ragu, akankah ia temui cinta yang
sama seperti cinta mereka dahulu.
Sonia
menjabat tangan Kamelia, lalu mereka beranjak pulang. Senja telah mengundang
malam. Lembayung memudar, kini berganti corak hitamnya malam. Dalam perjalanan
mereka terus mengenang. Satria sungguh masih hidup dalam hati mereka…
***
Hari
pertemuannya dengan om Teguh telah tiba. Pagi buta ia berangkat ke Jakarta
menaiki bus kota. Di setasiun Jakarta Sahrul menunggu kedatangan Kamelia.
Selama 4 jam perjalanan lamanya ia
menempuh kota Jakarta. Sambil menunggu Kamelia, Sahrul mendengarkan MP3 melalui
headshet. Beberapa lama kemudian Kamelia dating. Dalam sekejap kamelia langsung
mengetahui keberadaan Teguh yang sedang asyik mendengar lagu.
“
Sahrul…!” teriak Kamelia.
“Mel…!”
sahut Sahrul.
“
Udah lama nunggu?” tanya Kamelia.
“
Baru setengah jam!’’
Mereka
pun menaiki mobil Sahrul menuju lestoran dimana om Teguh menunggu.
“
Aku dan om Teguh sudah janjian dilestoran, yang dekat dengan tempat penerbitan.
Ya.., sekalian kita makan siang disana!” ucap Sahrul.
“
Oh ya sudah.”
Beberapa
menit kemudian mereka sampai. Mereka duduk menunggu om Teguh, yang masih berada
di kantor. Kemudian seorang pelayan lestoran datang memberikan daftar menu pada
mereka. Sahrul dan kamelia pun memesan makanan untuk mereka.
Dari
arah depan terlihat sosok omTeguh yang sedang menuju lestoran. Sahrul
melambaikan tangannya pada omTeguh, ia pun membalas lambaian tangan itu.
Saat
om Teguh tiba :
“
Om, kenalkan.. ini Kameliia yang saya ceritakan!” Teguh memperkenalkan Kamelia.
“
Nama saya Kamelia om. Senang bisa berkenalan dengan om!”
“
Saya juga senang bisa berkenalan dengan anda”
Mereka
pun duduk berbincang-bincang sambil menunggu makanan yang dipesan.
“
Saya sudah baca tulisan anda.itu adalah karya yang sangat luar biasa. Saya
pastikan bahwa tulisan tersebut akan laris dipasaran…” kata om Teguh.
“
Benarkah om? Itu artinya pihak penerbitan menyetujui tulisan Kamelia untuk
dicetak?” Sahrul menyela.
“
Apakah tulisan saya akan diterbitkan?” tanya Kamelia menegaskan.
“
Ya tentu saja karya sebagus itu akan diterbitkan!” kata om Teguh.
“
Terimakasih om..” Kamelia tampak bahagia.
“
Selamat ya Mel..,” ucap Sahrul.
Makanan
yang dipesan pun tiba. Mereka pun menyantap hidangan enak itu. Hari itu hari
yang cerah. Matahari tersenyum manis. Kamelia sangat senang…! Karena pada
akhirnya karya-karyanya yang ditulisnya selama 3 tahun, akan diterbitkan.
Kamelia bangga pada dirinya sendiri.
Esoknya
ia berniat mentraktir Sahrul dan Safira. Ia menghubungi Sahrul untuk mengajak
Safira makan siang bertiga.
“
Hai Fir, kamu dimana? Kamelia ingin mentraktir kita makan siang. Aku jemput
kamu ya?” telpon Sahrul.
“
Saya ada dikampus! Jemput aja
sekarang…’’
“
Baguslah bye…”
Sahrul pun menjemput Safira dikampusnya.
Lantas mereka bertiga pun bertemu dilestoran. Sesampainya mereka dilestoran.
“Oh
ya Mel, kapan kamu masuk kuliah?” tanya sahrul mengawali percakapan.
“
Dua mingguan lagi saya masuk…” jawab Kamelia
“
Udah dapat kostan?” Safira bertanya.
“
Belum..”
“
Bagaimana kalau kamu ngekost didepan rumahku? Tempatnya lumayan strategis..,
biayanya juga murah terlebih lagi nyaman dan bersih! ”
“
Benarkah? Kalau gitu kita langsung lihat aja dulu kostan tersebut?” pinta Kamelia.
Setelah
makan siang, mereka pun menuju tempat kostan yang dimaksud oleh Safira. Kamelia
pun langsung tertarik, karena memang tempatnya yang nyaman dan bersih.
HARI PEMBALASAN
Kamelia
sang calon bidan. Ia menjalani rutinitasnya dikampus impian. Ia disibukan oleh
tugas-tugas kuliahnya. Waktunya kini sangat sibuk! Ia tidak ingin membuang
waktunya walau sedetik.atas rencana-rencana yang telah ia susun dengan rapih,
Kamelia dengan Mudah menggapai rencana tersebut. Setiap keinginan harus dicapai
dengan tidak gampang, selalu saja ada kesulitan didalamnya. Namun bukankah ada
jalan keluar disetiap masalah? Seperti pepatah china mengatakan : “ shi sang wu
nan shi che pa yo sin ren!” yang dalam
bahasa inggris artinya, nothing
difficult for of who set his mind on it. Bahwa tidak ada kesulitan bagi
seseorang yang telah menyusun segala rencana-rencananya didalam pikirannya.
Hari
minggu ia libur kuliah. Tugas-tugas sudah ia selesaikan. Ia mendapat pesan dari
temannya, bahwa disalah satu hotel dijakarta akan diselenggarakan seminar. Untuk
membahas tentang bahaya aborsi dan cara menanggulanginya. Acara tersebut
dilaksanakan setelah dhuhur s/d selesai.
Banyak sekali yang hadir diacara tersebut.
Mulai dari mahasiswa calon dokter, calon bidan, calon perawat, hingga
masyarakat umum. Acara pun diselenggarakan dengan lancar. Para hadirin
mengikutinya secara antusias. Pukul 16.30 WIB acara berakhir.
Ditempat
acara tersebut, tepatnya didepan pintu keluar, seorang ibu pengemis menggendong
anaknya. Ia mengharapkan belas kasihan pada semua orang yang berhamburan
keluar. Terlihat disana seorang satpam mengusir mereka dengan sangat kasar.
“
Pergi! Disini bukan tempat untuk orang pemalas! Kalau pengen duit, cari sana
pekerjaan yang layak! Jangan bisanya hanya mengemis! “ satpam tersebut menyeret
ibu malang itu, keluar menuju dermaga. Kamelia yang menyaksikan peristiwa
tersebut langsung berlari, ia terus berlari meski langkahnya terhalang oleh
beberapa mahasiswa yang sedang berjalan. Ia menabrak seorang pemuda, namun ia
tidak peduli. Catatan kecil milik Kamelia terjatuh,saat menabrak pemuda tadi
“Hei
nona!” teriak pemuda itu.
“
Maaf saya tidak sengaja!” ia kira pemuda tadi akan memarahinya karena ia telah
menabraknya. Namun salah! Pemuda tersebut hanya ingin memberitahukan bahwa
bukunya telah ada ditangannya karena terjatuh.
Anak
dari ibu pengemis tadi menangis. Kamelia tidak rela jika ada seseorang yang
memperlakukan seorang ibu dengan tidak hormat. Apalagi perlakuan dari satpam
tadi sangat keterlaluan.
“
Hei pak! Apa yang anda lakukan pada mereka?” tegur Kamelia pada satpam yang
sejak tadi menarik-nariknya.
“
Saya hanya melakukan tugas saya sebagai satpam! Saya harus mengamankan
lingkungan yang saya jaga, agar bersih dari pengemis!” kata satpam.
“
Keterlaluan sekali anda! Lihat betapa kasihannya mereka. Apa anda tidak pernah
membayangkan seandainya perempuan malang ini adalah ibu anda dan anak kecil ini
adalah anda?. Tolong hargai betapa beratnya perjuangan seorang ibu. Anda
seharusnya mengkasihani mereka..”
“
Apa kamu sedang mengajari saya untuk memberI mereka sodakoh?”
“
Tidak. Saya hanya meminta agar anda menghormati mereka dan tidak menghinanya
dengan cara menyeretnya dari tempat itu!. “
Dari
arah yang cukup dekat, pemuda yang ditabrak Kamelia tadi memperhatikannya.
Sepertinya pemuda tersebut mengenali wajah Kamelia tapi ia lupa dimanakah
kiranya mereka pernah bertemu?. Pemuda tadi merasa salut akan pembelaannya pada
pengemis itu. Ia pun menghampiri Kamelia yang masih berseteru dengan satpam.
Kamelia menangis, air matanya berlinang menyaksikan kesusahan anak dan ibu
tersebut. Ia membayangkan jika ibu pengemis itu adalah ibunya sendiri?.
“Demi
nama ibu saya yang telah melahirkan saya, saya mohon kepada anda agar jangan
memperlakukan orang-orang yang bernasib susah dengan cara kasar! Berbicaralah
dengan sopan, jangan sakiti hati mereka…”
Setelah
percekcokan tersebut, Kamelia menuntun sang pengemis menuju sebuah warung nasi.
Pemuda yang ditabrak oleh Kamelia tadi masih mengikutinya.
“
Maaf nona , tadi sewaktu kamu menabrak saya, buku kecil ini
terjatuh…! Em…, sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana ya?” kata pemuda.
“Saya
juga berpikir sama. Tapi dimana ya kita pernah bertemu?”
Kamelia
teringat padanya. Tahi lalat dibawah bibir pemuda itu adalah kuncinya. Ya, dia
pernah bertemu dengan pemuda itu dulu, saat ia menjalani pengobatan dirumah
sakit. Beliau adalah Dr. Gio yang pada saat itu membalut luka Kamelia.
“
Apakah anda co-as/ dokter muda yang
bekerja dirumah sakit pelita? Apa benar? Kalau saya tidak salah nama anda
adalah Dr. Gio? Saya adalah pasien anda dok..” ucap Kamelia.
“
Oh..saya ingat sekarang…! Nama aya Giovany. Panggil saja Gio.” Kata dr. Gio
dengan ramah.
“
Nama saya Kamelia. Terserah anda mau
panggil saya apa. Senang rasanya bisa ketemu lagi..”
“
Bagaimana kalau saya panggil Camel?” canda Dr. Gio.
“
Hahaha dokter ini becanda deh, kalau anda panggil saya Camel berarti saya onta
dong? ” Kamelia tertawa.
“
Loh, katanya terserah panggil apa saja?”
“Iya.
Tapi jangan yang itu.., hehehe…”
Mereka
pun makan bareng dengan ibu pengemis itu. Pertemuan Kamelia dengan Dr. Gio hari
minggu itu, menambah daftar cerita indah dalam
halaman diary Kamelia. Mereka lalu bertukar nomer HP. Saat itu mereka
sempat saling bertanya tentanng aktivitasnya masing-masing. Dan setelah
diketahui ternyata Dr. Gio sedang meneruskan pendidikan kedokterannya agar mendapatkan
gelar spesialis anak.
***
3
minggu berlalu, Kamelia belum sempat pulang menengok keluarganya. Sedangkan
Sahrul mendadak pulang ke Indramayu
karena bibinya yang tinggal disana sedang sakit. Sahrul pun meembeitahu
Kamelia bahwa dirinya akan ke Indramayu. Kamelia pun akhirnya memutuskan untuk
pulang bersama Sahrul. Dalam perjalanan, Kamelia tertidur dimobil.ia kelelahan
karena semalaman mengerjakan tugas-tugas kuliah untuk minggu depan. Sahrul
menatap wajah sahabatnya. Meski sedang tertidur, kamelia tampak sangat cantik
rupawan.
Sesampainya
mereka didaera patrol Idramayu Kamelia terbangun.
“
Aku ketiduran ya…”
“
Oh nggak apa-apa ko Mel, tidur aja lagi..”
“
Tadi aku ngorok nggak Rul?”
“
Iya tuh kayak ayam jago!”
“
Bener? Serius nih! Padahal pernafasanku bagus loh! Ko aku ngorok ya? ah jadi
malu..”
“
Nggak kok Mel, aku hanya bercanda..”
“
Ugh..”
Didaerah
penyindangan Indramayu, ia melihat Yosi. Sepertinya Yosi baru saja pulang dari
rumah sakit. Ia membonceng istrinya,Angela. Mata Kamelia melirik kea rah mereka
dengan penuh emosi. Dendam tersebut seakan terbangun dari tidurnya, sebuah
mimpi buruk masa lalu! Bayangan tentang dirinya yang teraniyaya, pilu, dan
mengenaskan. Ia tidak menduga, bahwa cinta konyol dihatinya kepada Yosi
membawanya pada rumah sakit jiwa. Ia menarik nafas dalam-dalam.wajahnya merah
penuh amarah.
Sahrul
yang berada disampingnya merasa aneh pada Kamelia.
“
Ada apa kamu Mel?” tanya Sahrul.
Kamelia
tidak menjawab pertanyaan darinya. Ia larut dalam bayangan nestapa itu. Sahrul kembali menanyainya.
“
Hei Mel..! ada apa sih?”
Kamelia
perlahan menatap bola mata Sahrul. Air matanya berkaca-kaca, namun tidak sempat
jatuh.
“
Aku tidak apa-apa Rul!”
“
Bener tidak apa-apa? Sepertinya kamu memikirkan sesuatu?”
“
Tidak! Aku tidak apa-apa kok.”
Mereka
pun akhirnya sampai dirumah Kamelia. Sahrul tidak ingin mampir ke rumahnya
karena ia segera menjenguk bibinya yang telah dirawat dirumah sakit Cirebon.
“
Makasih ya Rul. Hati-hati dijalan! Dan semoga bibimu segera sembuh…”
“
Ya Mel. Assalamualamualaikum “
“
Waalaikumsalam.”
***
Dikediaman Yosi.
Ia
dan istrinya sampai didepan rumah. Angela masuk terlebih dahulu. Ia menyeduh
secangkir teh untuk Yosi. Yosi kala itu masih memarkirkan motornya. Ia melihat
tetangganya sedang asyik membaca buku. Ia pun menyapanya.
“
Asyik banget bacanya Rud? Baca apaan?” tanya Yosi.
“
Baca novel mas.” Jawabnya.
“
Oh. Suka baca ya?”
“
Nggak begitu suka baca sih sebenarnya. Tapi saya sangat tertarik dengan buku
ini.., penulisnya sangat cantik! isinya juga sangat bagus.! ”
“
Boleh saya lihat? Apa judulnya?”
“
Judulnya Edelwis..’’
Belum
pun sempat Yosi membaca sampul belakang buku itu, Angela memanggilnya. Yosi pun
meninggalkan Rudi. Padahal jika Yosi mengetahui penulis buku tersebut, ia akan
tertarik dan mungkin dibuatnya gelisah.
***
2
wartawan dari station televise, mendatangi kediaman Kamelia. Mereka bermaksud
untuk mewawancarai kamelia tentang penerbitan bukunya, yang dalam wakti singkat
telah menjadi buku best seller. Rumah yang sederhana tersebut mendadak ramai.
Banyak pula tetangga-tetangga yang mendatangi rumahnya untuk menyaksikan Kamelia
yang diliput oleh 2 station televisi.
Kamelia
mempersilahkan wartawan memasuki ruang tamu. Wawancara pun dimulai, ia menjawab
satu-persatu pertanyaan mereka dengan jawaban
yang bagus. Kedua orang tuanya tampak begitu bangga pada Kamelia. Ia merupakan
teladan terbaik bagi adik-adiknya dan seluruh masyarakat di desanya. Ia adalah
pahlawan perempuan, seperti ibu Kartini.
Meski
dengan penjualan buku-buku tersebut ia dapat membeli rumah dan mobil yang mewah
namun, dirinya tetap sebagai Kamelia
yang dibenaknya tersusun rencana-rencana besar masa depannya. Kamelia hanya
merenofasi rumah kedua orang tuanya, dan menambah satu ruangan dirumah
tersebut. Uang yang ia miliki, ia belikan tanah, dan sisanya ia depositokan.
Kelak ia berencana untuk membangun sebuah klinik bersalin ditanah yang telah
dibelinya. Sedangkan tabungannya adalah modal untuk menyekolahkan ke 3 adiknya
agar bisa sekolah setinggi-tingginya. Harapan itu kian tumbuh bersemi. Biarlah
waktu yang akan menjawabnya. Ia yakin kelak Allah akan memberinya yang terbaik.
Ia hanya bisa berencana.
***
Dirumah
sakit, Yosi disibukkan dengan seorang pasien yang akan dioperasi. Dia terlihat
mondar-mandir membantu dokter mempersiapkan semua peralatan. Di TV yang
terdapat dilobi rumah sakit, tersiar berita tentang Kamelia. Berita tersebut
membaas tentang novel spektakuler berjudul edelwis buah karya Kamelia.. yosi
terkesima akan berita tersebut. Ia tidak menyangka bahwa perempuan cantik yang
ada di televisi tersebut adalah mantan kekasihnya dulu. Mantan kekasihnya yang
telah ia sakiti dan hianati. Mantan kekasihnya yang dulu ia janjikan surga yang
indah, namun ternyata yang ia berikan yaitu neraka yang buruk!.
Hanya
selintas ia melihat siaran tersebut. Ia melanjutkan pekerjaannya. Dalam
benaknya, bayangan wajah Kamelia yang tanpa cacat mengisi ruang pikirannya.
Keanggunan dan kehebatan gadis itu membawa Yosi larut dalam nostalgia.
“ Kamelia…” ia menyebut
nama itu berkali-kali.
***
Sesudah
Yosi keluar dari ruang operasi, ia segera menuju ruang perawat. Disana ia
menyalakan TV, ia mencari-cari berita tentang Kamelia. Namun saying beritanya
telah usai. Yosi teringat tentang novel yang dibaca oleh Rudi. Ia berniat
sepulangnya dari dinas, ia akan meminjam buku novel karya kamelia tersebut.
Sepeti
yang dimaksudkan, Yosi langsung menemui Rudi di kediamannya untuk meminjam
novel. Namun Rudi belum pulang dari sekolahnya. Rudi bersekolah di SMA negeri
satu Indramayu. Yosi terpaksa menunggu. Ia merebahkan dirinya disofa, ia
teringat Kamelia. Bunga desa yang mekar dahulu tetap bersemi. Kupu-kupu dan
kumbang berlomba menghisap madunya. Namun ketika bayangan itu berotasi dalam
benaknya, tiba-tiba Anangela dating membangunkan hayalannya.
“
Sayang, antar aku ke toserba! Sabun mandi habia. Semua habis…” pinta Angela.
“
Nanti malam saja aku antar ya?”
“
Tapi aku pengennya sekarang…”
Yosi
pun mengantar istrinya. Sesampainya disana Yosi menuju salemba toko buku. Ia
mencari-cari novek Edelwis karya Kamelia. Sedangkan Angela membeli
barang-barang kebutuhan. Angela heran karena suaminya tidak berada disisinya.ia
pun menelpon Yosi untuk menanyakan keberadaannya. Setelah itu, Yosi membeli
buku tersebut, lalu menaruhnya dibagasi motor. Saat Angela membayar dikasir, ia
melihat suaminya sedang menunggunya ditempat parkir.
“
Tadi nggak masuk ya?” tanya Angela.
“
Masuk kok.’’
“
Beli apa?’’
“
Cuma pulpen.”
“
Cuma pulpen? Malu-maluin!”
Mereka
pun beranjak pulang.
Undangan
telah tersebar. Akad nikah dilaksanakan pada pagi hari dimasjid agung
Indramayu. Sedangkan acara resepsinya diselenggarakan digedung bumi putra.
Mereka dipersatukan dalam sakral pernikahan. Kedua insan yang saling
mengasihani tersebut saling mengucap ikrar dihadapan Allah SWT. Do’a-do’a
bersenandung dari para undangan, semoga kehidupan rumah tangga mereka menjadi
keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.
Setelah
pulang kuliah, Kamelia pulang bersama Sahrul untuk menghadiri pesta pernikahan
mereka. Jam 19.10 WIB Sahrul menjemput Kamelia dirumahnya. Ia duduk di ruang
tamu menunggu Kamelia. Adik-adik kamelia menemani Sahrul bercanda-tawa.
Didepan
cermin, Kamelia memperhatikan penampilannya. Ia ingin berjumpa dengan Yosi pada
malam itu. Ia ingin agar Yosi merasa menyesal karena telah menghianati cinta
sucinya.Kamelia memakai gaun pesta berwara crame, rambutnya ia gelung
menyerupai para artis terkenal Holiwood saat berjalan di red carpet. Sungguh
sangat cantik.
Mereka
pun lalu pergi ke pesta. Saat masih dalam perjalanan, dr. Gio menelpon Kamelia.
“
Hallo.., Assalamualaikum?’ sapa Dr. Gio.
“
Iyah Walaikumsalam. Maaf dari siapa?”
“
Ini saya. Giovany. Masih ingat?”
“
Oh.. Dr. Gio? apa kabar dok?”
“
Lagi ngapain Mel? Ngerjain tugas kuliah tah? Saya ganggu nggak nih?”
“
Saya lagi dalam perjalanan dok. Mau menghadiri pernikahan teman saya. Emang
dokter sendiri nggak dinas ya?”
“
Saya baru aja pulang dari rumah sakit. Saya Cuma mau kasih tahu kamu so’al
acara kemanusiaan yang Diselenggarakan rumah sakit tempat saya bekerja. Barang
kali besok kamu ada waktu?”
“
Sayang sekali dok, saya kebetulan lagi ada di Indramayu.. makasih ats
informasinya ya dok!”
“
Iya sama-sama. Bye..”
“
Bye.”
Telpon dimatikan. Sahrul bertanya :
“
Siapa tadi Mel?”
“
Dari dokter Gio. Apa kamu masih ingat dokter yang mengobati luka saya sewaktu
saya kecelakaan? Dialah orangnya!’
“
Kok dokter Gio bisa tahu nomer HP kamu?”
“
Aku kan selebritis..! eh bercanda ding! Aku dan dokter Gio tidak sengaja
dipertemukan kembali saat saya dan dia menghadiri acara seminar.”
“
Oh gitu ya? jangan-jangan kalian jodoh lagi?”
“
Ngarang kamu..”
“
Eh bisa aja lagi! Rencana Tuhan kan siapa yang tahu?”
Mereka
pun sampai ditempat tujuan. Sahrul dan kamelia tampak seperti pasangan kekasih.
Mereka berjalan diantara keramaian para tamu. Mereka menyalami Sonia dan
candra. Setelah itu, seorang pembawa acara mempersilahkan kedua mempelai untuk
mempersembahkan lagu speSial untuk para undangan. Sonia dan Candra pun naik ke
atas pentas. Mereka mempersembahkan sebuah lagu cinta mereka, diiringi oleh
alunan piano. Tepuk tangan meriah dari
para undangan.
Diakhir
mereka menyanyi, mereka mengucapkan
sepatah dua patah kata, untuk berterimakasih pada Kamelia yang telah
mempertemukan mereka. Kemudian, mereka mengundang Kamelia agar naik ke atas
pentas menemani sang mempelai. Kamelia menyanyikan lagu untuk mereka tercinta.
“
saya sebenarnya tidak bisa menyanyi. Sungguh tidak bisa! Suara saya tidak enak
didengar, tidak seperti kedua mempelai yang menyanyikan lagu dengan merdu.”
Namun
para tamu yang hadir, tetap meminta
Kamelia untuk segera menyanyi. Kamelia hanya tersenyum. Kemudian Kamelia
mendekati piano itu. Perlahan jari-jemarinya menekan-nekan piano, sehingga
nada-nada indah mulai terbentuk. Kamelia mempersembahkan sebuah musikalisasi
puisi…
“ Angin yang berhembus
Meniupkan rambutku
Disini sendiri berteman sepi
Andai bisa ku putar
Waktu untuk kembali
Izinkanlah cintaku ini
Selalu mewangi
Tetap abadi
Meski kau pergi…!”
Dari
pintu masuk Yosi datang. Ia datang sendiri. Angela mendadak jatuh sakit. Yosi
menyimak penampilan kamelia yang menawan diatas pentas. Ia benar-benar pangling
mendapati kamelia yang sangat berubah. Kamelia yang kini pandai memikat hati
semuua orang. Tutur bicaranya yang lancar dan penuh sopan santun.
Namun didalam hati
Kamelia, kebencian itu bergejolak. Ia menatap mata yosi seperti elang yang
menerka mangsanya. Bayangan perlakuan buruk kepadanya dulu, terbayang lagi.
Setiap melihat, atau bahkan mendengar nama Yosi, ketakutan itu menjelma. Ia
teringat akan janji-janji palsu yang Yosi utarakan, kebohongannya, dan
penghianatannya bersatu membentuk sebuah gunung yang mengubur jiwa-raga. Yosi
tidak akan pernah tahu dan merasakan prihal luka, yang sangat dalam dihatinya
tersebut. Luka yang sangat- sangat
perih…!.
Seusai
Kamelia mengakhiri penampilannya, ia memberikan senyum manis yang memikat
penonton. Ia melihat Yosi sedang memperhatikannya dari tadi. Kamelia menatap Yosi
sejenak lalu mengalihkan pemandangannya pada tamu yang lain. Setelah itu
Kamelia turun. Ia menemui para undangan yang memuji-muji penampilannya tadi.
Yosi datang menghampiri Kamelia dengan membawakannya segelas orange jus.
“
Kamelia? Apa kabar?”
Kamelia tersentak kaget. Ditatapnya Yosi dengan senyuman
memikat.
“
Ini Mel saya bawakan orange jus. Kamu pasti haus karena menyanyi tadi.”
“
Thanks ya.” Kamelia terlihat mencari sosok Angela. Matanya memeriksa setiap
sudut dari tamu-tamu yang menghadiri pesta.
“
Dimana istrimu Yos?” tanya Kamelia.
“
Ah.., em..dia.., dia sakit! Jadi nggak ikut.” Ucap Yosi gugup.
“
Oh ya?”
“
Mel, saya senang bertemu kamu lagi. Kamu sekarang sudah jadi penulis. Saya
sudah baca novel kamu Mel.., adikarya yang luar biasa!” Yosi memuji.
Kemudian Kamelia pamit pada Yosi
untuk menemui sahrul. Sahrul terlihat sedang berbincang-bincang dengan tamu
yang lain.
“Sahrul,
sepertinya saya akan pulang agak malam! . Kalau kamu ingin pulang, tidak
apa-apa saya akan pulang sendiri.”
“
Ya sudah saya pulang duluan ya. Ingat loh Mel kamu harus diantar oleh
seseorang, jangan biarkan kamu pulang sendiri! tidak aman bagi perempuan
malam-malam begini.” Kata Sahrul.
“
Makasih ya Rul.”
Malam pun mulai larut
para undangan beranjak pilang. Begitu pula dengan Sahrul.
Dengan
sengaja kamelia menunggu kedatangan Yosi diluar gedung. Ia ingin mengobrol
dengan mantan kekasihnya tersebut. Baginya, entah Yosi atau Angel addalah orang
yang sama yang dulu memberikan pengaruh buruk dalam hidupnya. Beberapa menit
kemudian Yosi datang.
“Hai
Kamelia?’ sapa Yosi dengan nada lembut.
“
Hai..”
“
Apa kamu sendiri?’’
“
Iya. Saya berniat naik ojek!”
“
Boleh saya mengantar kamu Mel?’’ tawar Yosi.
“
Ah tidak usah. Saya takut merepotkan kamu! Bukankah istri kamu sedang menunggu
dirumah?”
“
Saya akan senang apabila kamu bersedia saya antar..”
“
Baiklah kalau begitu.”
Kamelia
pulang diantar oleh Yosi. Dinginnya malam itu merasuk sampai ketulang. Ia rasa,
jika memeluk tubuh Yosi tidak akan apa-apa! Pelukan hangat dari Kamelia
mengingatkan Yosi pada masa silam. Masa saat ia pernah bahagia dengan bidadari
cantik itu. Tujuan kamelia yaitu agar Yosi merasa jatuh cinta lagi kepadanya
untuk kedua kali. Dan ia telah berhasil…
Aku ingin kau tau sayang..
Sakitnya ditinggalkan
Luka didalam hatiku
sudah lama terjadi
Saat aku jadi kekasihmu.
Yosi
menarik nafas dalam-dalam. Tubuhnya terasa hangat oleh pelukan Kamelia. Sambil
mengendarai sepeda motor, tangan kirinya memegang jari-jari Kamelia. Indahnya
malam itu seperti beberapa tahun lalu saat mereka dimabuk cinta. Yosi menikmati
perjalanan malam itu..
Sedang
dirumah mereka, Angela menunggu suaminya. Ia tertidur di sofa, TV pun masih
menyala. Sementara itu, Yosi mengantar Kamelia sampai didepan rumah. Saat
hendak pulang, Kamelia berjabat tangan dengan Yosi, lalu melambaikan salam
perpisahan. Kamelia telah menyelipkan kartu nama dalam saku celana Yosi. Yosi
pun pulang.
Sesampainya
dirumah, ia menemui istrinya sedang tertidur disofa. Ia pun membopong Angela
menuju tempat tidur. Malam itu Yosi tidak bisa lelap. Kenangan masa lalunya
dengan Kamelia bagai dongeng Cinderela yang mengharu-biru. Cinta lama bersemi
kembali! Cinta lama, yang seharusnya tidak boleh terjadi! karena adanya ikatan
sakral antara dirinya dengan Angela. Apa boleh buat, kecantikan dan segala
kesempurnaan yang dimilki oleh Kamelia menggoda naluri kelelakiannya. Yosi
teringat saat kamelia memberikan senyum manisnya, dan pelukan hangat itu.
***
Kamelia dan Sahrul kembali ke Jakarta.
Malamnya,
dokter Gio mengajaknya makan malam. Kamelia memenuhi undangannya. Mereka dinner
disebuah lestoran dekat pantai. Disana mereka saling bercerita tentang
pengalaman-pengalamannya selama ini. Saat sedang asyik, sahrul menelpon Kamelia
untuk memberitahu bahwa Safira merasa cemburu akan kedekatan antara Sahrul dan Kamelia.
Kamelia pun merasa bersalah.
Kamelia menceritakan
prihal masalah itu kepada dokter Gio. Kamelia menelfon dr. Gio…
“
Ada masalah apa Mel?’’ tanya dr. Gio saat mendengar nada sedih Kamelia.
“
Teman pacar saya cemburu pada saya dok. Padahal saya dan teman saya itu hanya
teman biasa.”
“
Pantas saja pacar teman kamu cemburu.. siapa sih yang nggak jatuh cinta pada
perempuan cantik seperti kamu?”
“
Ah dokter ini!”
“
Saya punya ide. Bagaimana kalau kamu undang mereka, untuk makan malam disini
bersama kita? Saya akan berpura-pura menjadi pacar kamu Mel?. Agar Safira tidak
cemburu lagi padamu? ”
“
apa? Itu ide yang konyol dok!. Em.., Tapi sepertinya cara itu akan sangat
membantu?”
Kamelia
pun menelpon Sahrul untuk memberitahukan tentang ide tersebut. Sampai akhirnya
Sahrul berhasil membawa Safira hadir ditengah-tengah mereka. Pada saat Safira
diperkenalkan dengan dokter Gio, mendadak suasana hatinya menjadi baik, karena
kini ia tahu bahwa Kamelia sudah mempunyai kekasih.
Mereka
berempat pun, menikmati dinner dipantai tersebut. Kamelia mengedipkan matanya
kepada Sahrul, menandakan bahwa rencananya berjalan dengan lancar.
Mulai
semenjak itu dr. Gio dan Kamelia sering jalan bersama. Baik Sahrul maupun
Safira acap kali mengundang makan malam mereka. Cinta pun tumbuh dihati
keduannya. Dokter Gio adalah sosok yang tepat untuk menjadi pendamping hidup
Kamelia. Kepribadian mereka, disanjung-sanjung oleh lawan jenisnya
masing-masing.
***
Senja
yang indah. Warnanya memancarkan rona lembayung diatas tumpukan-tumpukan mawar.
Hari itu, setelah selesai kuliah, dokter Gio menjemputnya. Ia membawa Kamelia
ke sebuah danau. Disana terdapat jembatan dari kayu yang menghubungkan tempat
satu ke tempat yang lainnya. Ditengah jembatan tersebut air mengalir deras.
Burung-burung terbang di atas danau. Sebuah maha karya agung yang telah Tuhan
ciptakan. Matahari yang hampir tenggelam memancarkan warna keemasan, ada
pancaran dari matahari senja yang berkilau seperti permata. Danau yang indah…
Mereka
berdua menikmati senja didanau itu, tanpa satu pun kata-kata mereka yang mampu
melukiskan indahnya. Keduanya diam, hening. Perasaan sahdu mempertemukan
jiwa-jiwa mereka, hanya hati yang bicara. Dalam hati keduanya ada nyanyian dari
surga yang menghibur.., mendamaikan hatinya.seekor burung merpati terbang
mengepakan sayapnya menuju peraduan. Cahaya sang surya menyala bagaikan bara,
senja tenggelam.
Dokter
Gio meletakan tangannya diatas jemari Kamelia, lalu menggenggamnya. Perlahan
Kamelia menemui tatapan yang penuh energy cinta dari dokter Gio. Mata indah
mereka bertemu. Saling memandang. Sinar
cinta yang tajam menembus lubuk hati. Kamelia menggigit bibirnya, lalu
memejamkan matanya perlahan merasakan indahnya cinta yang tumbuh dihatinya.
Dokter Gio mengecup lembut lehernya,
lalu bibirnya…
Hebat
nian perasaan itu. Hatinya deg-degan tidak karuan. Kamelia membuka perlahan
matanya, dokter Gio memandangnya. Mereka bagaikan Adam dan Hawa yang telah
dipertamukan setelah bertahun lamanya. Love is miracle .
***
KAMELIA, YOSI DAN DOKTER GIO
Dokter
Gio dimabuk asmara. Begitu pun dengan Yosi. Kamelia telah menjatuhkan hati
mereka untuk mencintainya sebesar dunia. Yosi tidak menyangka, bahwa Kamelia
telah memaafkan kesalahannya terdahulu, meski kini ia telah beristri. Yosi
menganggap bahwa cinta Kamelia bersemi kembali kepadanya.
Angelia
kini hamil. Usia kandungannya baru 5 minggu. Ia ingin Yosi selalu hadir
disisinya. Namun hati Yosi kini mulai terbagi. Yosi mencintai kedua perempuan
itu. Yosi yang dulu pernah mengecewakan Kamelia, kini berjanji dengan
kesungguhan hatinya untuk siap-sedia berada disisi Kamelia. Ia berjanji untuk
membahagiakan Kamelia, dan tidak akan mengulangi kesalahannya. Yosi sangat
berharap agar kamelia mencintai dirinya seperti dahulu. Sayang, harapan
tersebut hanya hayalan saja karena cinta
Kamelia hanya sandiwara!
Terlanjur
hatinya terluka. Luka yang tak mungkin akan terobati! Sakit hati tersebut telah
mendarah daging dalam dirinya. Meskipun dengan sejuta cara, bekas itu tetap
berada.terukir dalam sanubarinya.
***
Sesudah
Kamelia menerima Yosi sebagai kekasih gelapnya.
“
Sayang, besok aku libur kuliah.., bisa kita ketemu? Aku ingin menghabiskan
waktu luang ku hanya bersama kamu..” SMS Kamelia pada Yosi.
“
Iya cintaku. Kita ketemu ya besok…”
Yosi
pun membatalkan janjinya dengan istrinya, demi pertemuannya dengan Kamelia.
Padahal janjinya pada Angela telah ia buat sebulan yang lalu. Namun karena
Kamelia yang meminta pertemuan itu, ia pun rela melakukan apapun demi Kamelia.
Cinta Yosi pada kamelia melebihi cintanya kepada siapapun. Bahkan demi dirinya
sendiri. Yosi tidak ingin lagi mengecewakan Kamelia, ia akan selalu berusaha
membahagiakannya. Menurutnya itu semua merupakan nilai yang harus dibayar atas
luka yang ia pebuat dahulu.
Yosi membawa Kamelia ke pantai.
Pantai yang dulu menjadi saksi cinta mereka.
“
Kamelia, dulu aku pernah berjanji kepadamu untuk selalu ada disisimu. Pantai
inilah yang menjadi saksi atas janji itu. Namun maafkan aku yang telah
mengecewakanmu. Mel, kini kau menjadi miliku lagi, terimakasih atas kesempatan
kedua yang kau berikan. Aku akan memenuhi janji ku yang dulu tidak sempat ku
penuhi. Aku sangat mencinaimu Mel!”
Kamelia
menyimak kata-kata Yosi. Ia terharu. Ucapan tersebut tulus dari hati Yosi yang
terdalam. Kamelia menemukan Yosi yang pernah ia kenal dahulu. Yosi yang sangat
mencintainya dahulu. Kebahagiaan yang singkat yang telah Yosi persembahkan
untuknya menari-nari bagai laksmi. Namun air mata kebencian itu mengggenang
dipelupuk. Bukan karena Kamelia ingin memiliki Yosi untuk selama-lamanya atau
karena ia telah menemukan kembali si Yosi yang dulu diharapkannya, namun air
mata tersebut karena penderitaan yang larut-larut, yang dulu ia hadapi! Saat
Yosi menghianati cintanya, saat Yosi tidak memperdulikannya..! itulah sebabnya!
Air matanya adalah airmata dendam…
Hahaha…,
tapi Yosi telah mengira bahwa, air mata yang jatuh dari air mata indah itu
adalah karena Kamelia terharu atas perkataannya. Kamelia menatapi Yosi dengan
manja, lalu memeluk tubuh Yosi erat-erat.
“
Jangan tinggakan aku lagi..! aku sangat mencintaimu…” ucap Kamelia mengisak
didadanya. Sementara, tangannya mengepal kuat, bertanda kebencian yang dalam.
“
Iya sayang. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi!”
“
Bagaimana dengan istrimu?”
Yosi sesaat diam mendengar
pertanyaan itu. Lalu menjawab.
“
Aku akan menceraikannya!” Kamelia
tercengang. Ia melepaskan pelukannya pada Yosi, lalu menatap matanya. Terlihat
kesungguhan dalam wajahnya.
“
Sungguh?” tanya kamelia. Yosi mengangguk. Ia memeluknya lagi.
***
Getar
handphone Kamelia sudah terasa sejak 2 jam yang lalu. 5 panggilan tak terjawab
dari dr. Gio. Sore itu, Kamelia lupa pada janjinya dengan dr. Gio. Dr. Gio
setia menunggu kedatangan Kamelia ditempat perjanjian. Sampai malam larut, Kamelia
tidak terlihat batang hidungnya. Dr. Gio pun pulang dengan penantian yang
sia-sia. Kamelia tidak sempat memberitahu dr. Gio kalau hari itu a tidak bisa
memenuhi janjinya. Baginya pertemuannya dengan Yosi lebih berarti dari
siapapun. Ini demi sakit hati itu…!
Setelah
Yosi mengantar kamelia pulang. Kamelia segera menelfon dr. Gio.
“
Assaalamualaikum dok? Maafkan saya karena tidak sempat memenuhi janji..” kata
Kamelia.
“
Tapi kenapa kamu tidak memberitahu sebelumnya? Mel, kamu anggap saya itu apa
sih?” tanya Dr. Gio.
“
Anda adalah teman yang baik bagi saya!..sekali lagi saya minta maaf..” jawab
Kamelia.
Kamelia
menutup telponnya. Ia menangis. Dr. Gio diam membisu. Senyuman Kamelia
berhambur dijiwanya. Lirikan matanya dan paras ayunya begitu indah. Ia meraih
lagi handphonenya untuk menelpon kembali Kamelia.
“
Mel, aku sungguh mencintaimu. Terimalah cinta ku ini…” ucap Dr. Gio. Kamelia
hanya diam, mendengarkan ucapan itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa, jatuh air
matanya…
Dr .Gio menanti jawaban Kamelia. Namun sia-sia. Mereka
diam membisu. Angin malam berhembus, menambah kepedihan dihati mereka. Cinta
yang ada masih mencari jalannya, untuk
bersama-sama mengarungi bahtera. Suatu hari akan bahagia. semoga.
***
Angela
menyiapkan makan malam untuk Yosi. Mawar merah dimeja makan dan lilin-lilin
kecil. Ia bermaksud memberikan kejutan bahagia prihal kehamilannya. Dari jam
19.00 WIB, Angela menunggu. Namun Yosi tak jua dating, hingga malam telah
larut. Angela menangis. Semua makanan yang ia hidangkan diatas meja, ia buang.
Angela marah! Ia kecewa.
Yosi
pun pulang.
“
Kenapa pulang larut malam begini? Kemana saja? ” tanya Angela sambil menahan
emosi.
“
Jangan ngajak saya bertengkar! Saya capek! Saya mau tidur! ” Yosi merebahkan
dirinya dikasur. Menutupi dirinya dengan selimut. Angela geram. Ditariknya
selimut tersebut. Pertengkaranpun terjadi.
“
Saya mau tidur! “ bentak Yosi.
“
Ada apa sebenarnya kamu mas? Kenapa kamu pulang dengan keadaan marah-marah? Apa
kamu tidak tahu kalau saya menunggumu? Saya nunggu kamu mas! Saya berniat
memberikan kejutan makan malm untuk kita! Saya hamil mas… ”
“
Apa? Hamil? ”
Rencana
Yosi untuk menceraikan Angelia pun masih ia simpan dalam hatinya. Ia tidak
menyangka atas Kehamilan istrinya.perceraian yang ia rencanakan pun terpaksa
harus tertunda.
***
Angela
menemukan kartu nama Kamelia dikantong celana Yosi. Ia pun menyobek-nyobek
kartu nama tersebut. Mulai sejak itu pertengkaran antara Yosi dan Angela
semakin sering terjadi. Yosi berubah 360 derajat. Ia yang dulu sangat
memperhatikan Angela, kini tak peduli lagi. Yosi jadi jarang pulang kerumah. Ia
lebih senang menghabiskan waktunya dirumah sakit. Namun saat Kamelia pulang,
Yosi dengan siap menemuinya dirumahnya. Pada saat bersama Kamelialah Yosi
menemukan kebahagiaannya. Ia senantiasa merindukan Kamelia.
Saat
beres-beres rumah, Angela menemukan novel tulisan Kamelia. Novel tersebut ia
temukan didalam tumpukan-tumpukan bajunya. Ketika Yosi pulang, ia melemparkan
buku tersebut ke wajah Yosi. Yosi hanya berdiri tegak, tampa perlawanan. Kemudian
buku itu diinjak-injak dan mengguntingnya lembar demi lembar. Serpihan
Kertas-kertas pun berterbangan.kesabaran Yosi habis sudah., ia menampar wajah
ayu Angela sampai ia terjatuh. Darah segar mendalir dari rahimnya. Angela
menjerit kesakitan.
Yosi
kalang-kabut. Ia merasa bersalah. Dibawanya Angela kerumah sakit terdekat. Ia
mengalami keguguran. Sakit hatinya, Yosi memperakukannya tak seperti dulu.
“
Kamelia…, Kamelia! Dia yang membuat hidup ku hancur…” tangis Angela.
***
CINTA YOSI
Angela terabaikan, setelah ia mengalami keguguran. Yosi melayangkan surat gugatan cerai padanya. Angela tidak menerima perceraian tersebut. Ia sangat mencintai Yosi. Angela yang dulu bagaikan dewi, kini bagai mawar yang layu. Keindahannya tiada lagi. Wajahnya pucat pasi. Ia seperti prahu yang terombang-ambing dilautan lepas. Ia seakan kehilangan nahkoda, sehingga ia tidak tahu kemana ia kan berlabuh?. Ia hiteris. Nama yosi disebutnya berulang kali. Sakit hatinya karena ia tinggalkan!.
Setelah
Yosi dan Angela resmi bercerai. Yosi pindah ke Jakarta, agar dia dan Kamelia
selalu bersama. Itu permintaan Kamelia. Yosi mengontrak rumah didekat rumah
sakit, dirumah sakit tersebutlah Yosi kelak akan bekerja. Nama rumah sakit
tersebut ‘’ Rumah sakit pelita harapan’’
Rumah
sakit pelita harapan, merupakan tempat dimana dr. Gio bekerja. Dr. Gio adalah
pewaris tunggal rumah sakit tersebut. Ayahnya yang juga menjabat sebagai
dokter, masih menjabat segagai diriktur utama. Jika kelak ayahnya pension, maka
dr. Gio lah yang akan menggantikan posisinya.
Pada
siang itu, Yosi menjemput Kamelia dikampusnya. Yosi menunggunya didapan
gerbang. Ada juga dokter Gio yang setia menunggu Kamelia. Beberapa lama
kemudian Kamelia keluar dari kampus. Kamela menuju tempat Yosi berada.
Sedangkan ditempat yang tidak jauh dari gerbang itu dokter Gio memanggil.
“Kamelia…!”
dr. Gio melambaikan tangannya. Kamelia tidak mendengar sapaan dr. Gio karena suara kendaraan yang melintasi
jalan.
Melihat
Kamelia bersama Yosi, dr. Gio merasa cemburu. Yosi tersenyum saat Kamelia
menyambutnya. Diciumnya kening Kamelia. Lalu mereka pergi. Dr. Gio patah hati.
Orang yang dicintainya telah mengabaikan perasaannya. Berbeda dengan Yosi, ia
merasa telah menjadi lelaki yang paling bahagia didunia ini…
“
Mel, terimakasih kau mau menerima cintaku lagi. Aku rela melakukan apapun demi
cinta kita Mel. Aku janji akan menjagamu sampai sepanjang hayatku. Percayalah
padaku dan kesungguhan cinta ini. Aku sangat cinta padamu, Kamelia.”
Kamelia
menggenggam tangan Yosi. Ia mengedipkan matanya tanda mempercayai apa yang
dikatakan Yosi. Lalu ia memeluknya.
Yosi
berkata : “ Aku akan segera melamarmu Mel..”
Kamelia tersentak
kaget, matanya terbelalak. Yosi terlihat begitu serius.
“
Apa?’’ desahnya. Ia masih belum siap…
***
Dokter Gio membuat
janji dengan Kamelia di danau itu. Ia menunggu Kamelia sampai ia datang.
Setelah
Kamelia tiba :
“Ada
apa dok?” ucap Kamelia.
Senja
selalu saja menampakan keanggunannya. Warna cinta mereka selalu menyala penuh
harap dan cita. 2 insan yang dimabuk cinta harus rela menahan hasratnya untuk
selalu bersama arungi jalan kehidupan.
“
Siapa dia Mel?” tanya Dr. Gio.
“
Maksudmu siapa?” tanya Kamelia tidak tahu.
“
Pria tadi?”
“
Yosi? Dia calon suamiku!” jawab Kamelia. Ia tidak ingin melukai hati Dr. Gio.
Namun demi janjinya akibat luka dihatinya, terpaksa dia harus mengambil cara
tersebut. Ia hanya tidak ingin memberikan harapan palsu pada Dr. Gio. Karena
sebelum dendam itu terbalas, ia akan tetap bersandiwara. Ia pikir, dengan
sendirinya kelak, dokter Gio akan mengerti. Kini ia tidak lagi takut dengan
misteri takdir Tuhan. Ia yakin keajaiban akan datang padanya, bila jodoh pasti
akan dipertemukan.
“
Mel..,” Dr. Gio memegang bahu Kamelia. Mata mereka bertemu. Dr. Gio meyakinkan
bahwa ada cinta dimata Kamelia. Ingin rasanya Kamelia memeluk tubuh kekar itu,
tapi hanya air matanya yang kembali jatuh. Dr. Gio semakin tak memahami, ada
apa gerangan dengan Kamelia.
Air
matanya merupakan jawaban yang tersurat. Kamelia sangat mencintainya. Dr. Gio
mencium bibirnya lebut dan mesra. Bagaikan anggur merah yang memabukan. Kamelia
seperti boneka Barbie yang hanya diam. Setelah ciuman itu, Kamelia meninggalkan
Dr. Gio. Ia berlari seraya mengusap bening air matanya. Dr. Gio mengejarnya,
namun kamelia menghiraukannya. Padahal hatinya ingin kembali, untuk
merentangkan tangannya menerima pelukan hangatnya.
Dr. Gio tidak berdaya. Tubuhnya
terhuyung-huyung ditepi danau.
Kamelia
aku tidak akan bosan. Aku menginginkanmu ! dalam garangnya matahari yang
memberengus siang atau semalu rembulan yang mengintip di mega hitam. Waktu ini.”
***
Diruang
perawat rumah sakit pelita harapan, Dr. Gio menjumpai Yosi. Ia ingat bahwa yosi
adalah lelaki yang menjemput Kamelia dikampusnya saat itu. Dr. Gio hanya
melihat sosok Yosi dari kejauhan, lalu ia kembali ke ruangannya.
Ditempat
lain, Kamelia teringat akan Dr. Gio..! Saat Dr. Gio menggenggam tangannya.
Apalagi kenangan di danau itu, saat Dr. Gio mencium mesra bibirnya. Tatapan
mata dari mata elangnya menyimpan cinta agung. Kamelia sangat merindukan
dirinya! Ia tahu dan sadar, bahwa sekarang Dr. Gio sedang terluka hatinya atas
penolakan cintanya. Namun pasti hanya sementara, kelak ia akan datang padanya
untuk mempertanyakan lagi cintanya. Kamelia menghitung hari yang tepat. Hari
disaat ia dan Dr. Gio akan dipersatukan. Bagai menyatunya pasir dan pantai.
Kamelia
mengambil handphonenya. Ia membuka
gallery. Diperhatikannya foto Dr. Gio, ia tersenyum. Ia sangat rindu padanya,
sudah berhari-hari ia tidak bertemu dengan Dr. Gio. Yang bisa dilakukan Kamelia
hanya menekan-nekan nomer handphonenya. Kamelia pun menelpon Dr. Gio. Ia hanya
ingin mendengar suaranya. Saat dr. Gio menjawab telpon darinya, hatinya
berdebar. Dr. Gio hanya diam, Kamelia pun hanya diam. Mereka saling diam! hanya
desah nafas mereka yang dirasakan. Keduanya hanya berbicara dari hati ke hati.
Rasa kesepian menghinggapi diri mereka bagaikan seorang anak kecil yang
ditinggal ibunya mencari beras! Mereka menangis. Lalu Kamelia menutup telpon
itu…
***
Safira
dan Sahrul bertemu dengan Dr. Gio. Maksud kedatangan mereka dalah untuk
memberitahukan acara pertunangan Kamelia denga Yosi. Dr. Gio memasrahkan
cintanya pada takdir Tuhan. Ia rela kehilangan kamelia. Do’an suci selalu ia
panjatkan demi kebahagiaan kamelia. Cintanya tulus…
“
Kalau itu sudah menjadi keputusan kamelia, maka saya bisa apa? Hanya do’a restu
yang dapat saya berikan.. semoga Kamelia bahagia dengan pilihan hatinya.” Ucap Dr.Gio.
Hari pertunangan pun diselenggarakan.
Mereka,
teman-teman karibnya dan juga Dr. Gio menghadiri pertunangan itu. Dr. Gio memberikan
ucapan selamat pada mereka. Pada Saat Dr. Gio menyalami Kamelia, Kamelia
menatap dalam-dalam matanya. Sinar cinta yang masih membara tersebut masih ia
temukan dibola mata Dr. Gio.
Yosi
menyelipkan cin-cin dijari manis Kamelia, begitu pun sebaliknya. Menyaksikan kemesraan
mereka, baginya sangat berat. Didalam hatinya sebenarnya telah terjadi
pergulatan: antara membatalkan acara pertunangan itu atau menerimanya dengan
lapang dada.meski begitu, hari itu adalah hari kemenangan terakhir bagi Yosi,
hari saat Kamelia membeberkan semua sandiwaranya. Dan setelah hari itu terjadi,
ia akan merasa bebas. Bebas karena dendamnya
terbalas.
Kamelia
melihat tawa itu dibibir Yosi. Ia berjanji hanya untuk hari itu saja ia bisa
tertawa. Bagi Kamelia, tawa Yosi merupakan suara langit ketika marah. Seperti
Guntur! Seperti hujan yang marah.
***
Senja
telah datang menyapa. Sepulang kerja, Dr.
Gio mampir sejenak didanau itu. Untuk melihat burung-burung terbang,
dahan-dahan yang bergoyang, dan mega yang melukiskan keindahan. Hanya tempat
itu yang membuat hatinya damai. Tidak ada yang meresahkan sanubarinya saat ia
merasakan hembusan angin yang menyapa. Rasa kehilangan pun menjadi terobati
saat ia tahu bahwa betapa indahnya dunia ini..
Sementara itu…
Kamelia
pun tidak tahan lagi atas perasaan cinta, yang tumbuh lebat dihatinya.
Kerinduannya pada Dr. Gio harus sampai
hari itu juga..! Ia mencarinya. Ia pergi ke rumah sakit pelita harapan, demi
hasratnya mencurahkan kangen. Tapi nihil. Ia pergi ke kampusnya, juga nihil.
Handphonenya pun tidak aktif. Kamelia pun putus asa. Hanya danau itulah yang
mungkin dapat meredakan gundah hatinya, Kamelia pun menuju kesana.
Setibanya
ia disana, ia menjumpai Dr. Gio, sedang menikmati keindahan alam di danau itu.
Kamelia merasa senang telah menemukan dr. Gio disana. Jarak mereka masih jauh.
Dr. Gio pun masih tidak mengetahui akan keberadaan Kamelia. Tiba-tiba Dr. Gio
membalikkan badannya, dan menemukan Kamelia sedang berdiri memandanginya.
Mereka saling memandang. Kamelia ingin segera memeluknya, membenamkan
kerinduannya. Air matanya jatuh, ia berlari menghampiri Dr. Gio yang mematung. Kamelia memeluk tubuh
tangguh itu, Dr. Gio membalas pelukannya.
“
sungguh aku mencintaimu. Sangat mencintaimu!” ucap Kamelia dengan air mata yang
berderai.
Kemudaian
mereka menghabiskan sisa senja itu berdua. Setelah itu mereka pulang, Dr. Gio
mengantarnya sampai ke kostan. Sebelum Dr. gio pulang, Kamelia memberikan buku
diarynya pada Dr. Gio.
***
Dihalaman
muka diary itu terdapat foto Yosi, yang telah ia silang dengan tinta merah.
Dokter Gio masih tidak mengerti maksud kamelia memberikan diarynya. Ia pun
membaca satu-persatu halaman buku diary tersebut.
Taiwan, 2009.
Sakit
hatiku mendengar berita pernikahanmu. Cinta yang dulu pernah menjadi istana,
yang telah memberiku segala kenyamanan dan kebahagiaan kini telah berubah jadi
kebencian. Dan kebencian ini serupa dangan remotte control yang mengontrolku
untuk membalas rasa sakit hati ini.
Kematian
salah satu pasienmu, kau tuduh aku sebagai penyebabnya? Apa sebenarnya salah
dan dosa ku? Padahal sedikit pun aku tidak pernah menyakiti hatimu? Sampai
akhirnya aku merasakan betapa terpenjaranya saat aku tahu aku telah berada
dirumah sakit jiwa. Saat kondisiku sangat terpuruk, kau pun tidak pernah datang
menjenguk keadaanku? Seandainyya engkau tahu bahwa hari itu aku sangat
mengharapkan kebaikanmu untuk sedikit saja menyemangati aku. Sungguh aku
membutuhkanmu saat itu!.
Aku
tahu mengapa waktu itu kau berubah drastis. Kau telah terlena dengan kecantikan Angela. Angela yang saat
itu menjebakmu dalam pesonanya. Dan aku.., mungkin bagimu pantas dilupakan!
Karena aku tidak berdaya saat itu, karena wajahku cacat saat itu…!
Setelah
aku sembuh aku sempat menelponmu tapi yang mengangkat adalah Angela. Angela mentertawakan
aku atas keterpurukan yang menimpaku. Kenapa kau begitu kejam padaku, sayang?.
Luka atas kesalahan fatalmu, tidak terobati. Bagaimana ini, aku menjadi sangat
membenci dirimu!. Sayang, sungguh aku sangat membencimu…
Kini setelah Dr.Gio membaca diary tersebut. Ia
jadi tahu tentang sandiwara yang selama ini Kamelia lakoni. Sekarang ia
percaya, bahwa kamelia pun mmencintainya. Hanya mencintainya. Karena cintanya
pada yosi hanya kebohongan.
Dihari
lain, Kamelia melihat kesungguhan cinta Yosi. Hati kecinya sebennarnya tak tega
melakukan sandiwara yang ia rencanakan sejak semula. Ia kini mengenang
hari-hari bahagianya dulu, dulu sewaktu pertama kali ia bertemu dengannya. Saat
Sonia dan Candra, dia dan Yosi: bertemu dialun-alun kota. Ia juga mengingat
prihal pengorbanan Yosi sejak ia kembali lagi mengulang kisah percintaan
dengannya. Kisah percintaan yang ternyata hanya sandiwara. Kasihan sekali dia,
karena sebenarnya Kamelia tidak pernah akan mencinttainya untuk kedua kali,
karena cinta tersebut telah binasa sejak ia menghianatinya. Cintanya dulu
hanyalah sejarah yang cukup baginya untuk dijadikan cerita kelam.
Kamelia
bermaksud akan membongkar semua kebohongan itu pada Yosi. Namun ada rasa tidak
tega, karena ia tahu itu semua akan sangat melukai hati Yosi. Tapi bukankah ini
yang Kamelia inginkan? Pembalasan
dendam? Tidak! Kamelia tidak tega! Ia pun menangis. Seandainya dulu
kisah cintanya berakhir secara baik-baik, mungkin tidak akan begini jadinya..,
akh ia harus segera mengakhiri kebohongan itu.
Kemudian,
Yosi dan kamelia bertemu disebuah rumah
makan. Yosi datang dengan raut wajah sumringah seperti biasanya. Hatinya selalu
merasa bahagia saat ia berada disisi Kamelia. Sungguh, Yosi tidak akan
melepaskan pujaan hatinya. Ia pun rela mati demi Kamelia. Namun sayang, hari
itu adalah momen-momen terakhir dimana ia merasakan bahagia.
Setelah mereka
menghabiskan makanan, Kamelia mulai berbicara :
“
Sebelumnya aku minta maaf…, aku tidak bisa teru-terusan begini. Aku tidak bisa
melanjutkan sandiwara ini..,” ucap Kamelia mengawali. Yosi tidak mengerti
secuil pun pada apa yang Kamelia bicarakan. Ia hanya diam mendengarkan
penjelasan selanjutnya.
“ Aku tidak mencintaimu lagi
seperti dulu. Perasaan yang tumbuh dihatiku kepadamu hanya dendam dan
kebencian.., atas luka yang kau goreskan begitu dalam. Aku sudah mencoba
memaafkanmu dan melupakan semua hal yang terjadi dalam hidupku, tapi aku tidak
bisa. Sungguh tidak mampu! Kau tahu? Betapa sakitnya perasaanku saat kau
tinggalkan?. Kau berpaling dariku dan tidak memperdulikan aku lagi. Kenapa
sayang? Kerena cacat yang terjadi pada wajahku? Apa kau merasa malu mencintai
aku dengan bekas luka hitam diwajahku? Atau karena kedatangan Angela yang
menghancurkan cinta kokoh dihatimu dulu, untukku? Hingga cintamu goyah! Dan aku
tahu, kau tidak benar-benar tulus mencintai aku…
Sayang..
Apa kau tahu selanjutnya yang
terjadi dalam hidupku? Apa kau ingat, sewaktu kau membohongi aku bahwa atas
kesalahankulah pasienmu itu meninggal dunia. Angela berkata padaku bahwa, itu
hanya kata-kata karanganmu saja! agar aku bisa segera pergi dari hidupmu.
Karena yang sebenarnya, kau hanya menjadikan aku sebagai congek, pengganggu
hidupmu!. Angela telah mencuci otak dan pemikiranmu. Aku depresi. Aku mengalami
gangguan jiwa. Aku menangisimu siang dan malam. Cinta besarku telah meracuni
arah pikiranku. Aku yang mengharapkanmu sebagai cinta terakhirku, aku yang
mengharapkanmu sebagai imam untuk hidupku, namun kenapa kau tega mencampakan
aku? Sepi dan sangat menyedihkan “
Kata-kata Kamelia bagaikan
halilintar pada saat hujan badai. Ia berharap bahwa semua ucapa kamelia
hanyalah sebuah puisi kekecewaan yang diperdendangkan oleh seorang sastrawan.
Tapi kenyataannya itu semua adalah kata hati Kamelia. Kemarahan terpendam
Kamelia!.
Pemuda gagah dan macho seperti Yosi
menangis dihadapan Kamelia. Ia memohon padanya agar apa yang ia ucapkan
hanyalah candaan.
“ Maafkan aku.., aku harus
mengakhiri hubungan ini. Anggaplah pertunangan kita tidak benar-benar terjadi.
Lupakan aku Yosi..,lupakan semuanya! Kita impas!!!” Kamelia mencopot cin-cin
yang melingkar dijarinya. Ia menyerahkan kepada Yosi. Lalu ia pergi
meninggalkan Yosi sendiri ditempat itu. Yosi mematung. Ia sama sekali tidak
mempercayai kenyataan pahit yang ia terima. Kini ia sepi dan sendiri.
***
1 bulan kemudian
Terbalas
sudah sakit hatinya. Kini ia tidak peduli lagi dengan masa lalu. Kisahnya
dengan Yosi telah tutup cerita!.
Lembar
kebahagiaan Mengisi halaman catatan diarynya. Puisi-puisinya kini bagaikan
sinaran fajar, yang siap menyongsong waktu. Ia telah bahagia dengan Dr.
Giovany, menjalani episode-episode menyenangkan! Mereka pun menyusun rencana
pernikahan itu. Undangan pernikahan diantarkan kepada saudara-saudara tercinta
dan sahabat, juga sampai ditangan Yosi. Yosi mengamuk! Setiap barang-barang
yang ada didepannya ia benting, dan tangannya yang kuat itu meninju kaca
lemarinya ; saat ia sedang memperhatikan bayangan dirinya sendiri, yang tampak
sangat menyedihkan dan terpuruk..! Ia merasa kini hidupnya tidak berarti lagi.
Tanpa Kamelia disisinya tamatlah hidupnya.
***
Alunan
musik bahagia mengalun indah. Pernikahan yang Kamelia damba-dambakan akhirnya
terjadi. Kebahagiaan ini bagaikan dongeng-dongeng yang selalu ia dengarkan
semasa ia kecil. Kamelia telah menemukan pendamping yang terbaik dalam
hidupnya. Seorang imam yang mampu memimpin dan mengayomi. Pendamping yang
menjadi teman sehidup-semati dalam suka-duka. Bila ia sakit, suainya yang akan
menjaganya begitu sebaliknya : cinta memang harus begitu. Saling berbagi dan
menerima apa adanya.
Dokter
Gio mengucap ijab-kobul. Dari pintu masuk, terlihat sosok Yosi yang datang
dengan wajah kusut dan pakaiannya yang kotor. Yosi berniat untuk membatalkan
acara pernikahan itu, ia tidak bisa hidup tanpa kamelia. Ia tidak ingin
hidupnya hampa, hanya karena kehilangan
orang yang dicintainya.
“
Kamelia!!! ” teriak Yosi. Para undangan tersentak kaget. mereka semua menengok
kearah Yosi. Dr. Gio dan kamelia pun sangat panik.
“
Cepat batalkan pernikahan ini! Kau adalah milikku Mel, kau harus menikah
denganku! Hanya denganku! Aku sangat mencintaimu Mel, aku rela berkorban apapun
demi kamu..! jika aku harus mati untuk mendapatkanmu, aku pun rela!” ucap Yosi
Orang-orang
tercengang. Segera beberapa bodyguard datang membereskan Yosi. Pernikahan pun
dilanjutkan.
“ Maafkan aku Yos. Kini, apakah kau
sudah mengerti betapa sakitnya dikhianati? Begitulah yang terjadi padaku dulu,
saat kau kecewakan…”